Makalah Filsafat Islam Ibnu Maskawaih

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Filsafat islam, Islamic Philosophy, pada hakikatnya adalah filsafat yang bercorak islami. Islam menempati posisi sebagai sifat, corak dan karakter dari filsafat. Filsafat islam bukan filsafat tentang islam, bukan the philosophy of islam. Dengan demikian filsafat islam berada dengan menyatakan keberpihakannya dan tidak netral. Keberpihakannya adalah kepada keselamatan dan kedamaian.Dalam hal ini, kami akan membahas salah satu filosof islam, yaitu Ibnu Maskawaih.
Ibnu Maskawaih adalah seorang ahli filsafat Islam termasuk yang pertama membicarakan akhlak. Tidak ada yang mengetahui keturunannya dan pendidikannya yang pertama. Dia di kenal orang dalam dunia filsafat sudah sebagai seorang yang pandai yang namanya menjadi buah bibirdari para-para pengarang Islam. Di samping itu ia juga dikenal sebagai seorang penya’ir yang masyhur, tabib, ahli sejarah dan ahli kimia.
Berdasarkan pemaparan tersebut, maka kami akan membahas makalah tentang Ibnu Maskawaih.
B.     Rumusan Masalah
1.      Bagaimana Riwayat Ibnu Maskawaih?
2.      Apa saja Karya Tulis Ibnu Maskawaih?
3.      Bagaimana Filsafat Ibnu Maskawaih?
4.       Bagaimana Pengaruh Pemikiran Ibnu Maskawaih  Terhadap Filosop lainnya?
C.    Tujuan
1.      Untuk mengetahui Riwayat Ibnu Maskawaih
2.      Untuk mengetahui Karya Tulis Ibnu Maskawaih
3.      Untuk mengetahui Filsafat Ibnu Maskawaih
4.       Untuk mengetahui Pengaruh Pemikiran Ibnu Maskawaih  Terhadap Filosop lainnya.



BAB II
PEMBAHASAN
A.    Riwayat Ibnu Maskawaih
Nama lengkap Ibnu Maskawaih adalah Abu Ali Ahmad ibnu Muhammad ibnu Ya’kub ibnu Maskawaih. Nama itu diambil dari nama kakeknya yang semula beragama Masuji (Persia) kemudian masuk Islam. Gelarnya adalah Abu Ali, yang bagi kaum sy’iah dipandang sebagai yang berhak menggantikan nabi dalam kedudukannya sebagai pemimpin umat Islam sepeninggalnya. Dari gelar ini tidak salah jika orang mengatakan bahwa Maskawaih tergolong penganut aliran syi’ah. Gelar ini juga sering disebutkan yaitu Al-Khazim yang berarti bendaharawan. Ia dilahirkan di kota Rayy (Taheran sekarang), Iran pada tahun 330 H/ 941 M dan wafat di Asfahan pada tanggal 9 Shafar 421 H/ 16 februari 1030 M.
Ibnu Maskawaih pada dasarnya adalah ahli sejarah dan moralis. Ia juga seorang penyair. Kesederhanaannya dalam melayani hawa nafsu, ketegaran dalam menundukkan diri yang serakah dan kebijakan dalam mengatur dorongan-dorongan yang tak rasional merupakan pokok-pokok petunjuk ini. Dia sendiri berbicara tentang perubahan moral dalam bukunya Tahdzib al-Aqhlak yang menunjukkan bahwa ia melaksanakan dengan baik apa yang telah ditulisnya tentang etika.
Riwayat pendidikan Ibnu Maskawaih tidak diketahui dengan jelas.  Ibnu Maskawaih tidak menulis Autobiografinya, dan para penulis riwayatnyapun tidak memberikan informasi yang jelas mengenai latar belakang pendidikannya. Namun demikian, dapat diduga bahwa Maskawaih tidak berbeda dari kebiasaan anak menuntut ilmu pada masanya. Ahmad Amin memberikan gambaran pendidikan anak pada zaman Abbasiyah bahwa pada umumnya anak-anak bermula dengan belajar membaca, menulis, mempelajari Al-qur’an, dasar-dasarbahasa Arab, tata bahasa Arab (nahwu) dan arudh (ilmu membaca dan membuat syair). Mata pelajaran-mata pelajaran dasar tersebut diberikan di surau, di kalangan keluarga yang berada dimana guru didatangkan ke rumahnya untuk diberikan les privat kepada anak-anaknya. Setelah ilmu-ilmu dasar itu diselesaikan, kemudian anak-anak diberikan pelajaran ilmu fiqih, hadits, sejarah (khususnya sejarah Arab, Parsi dan India) dan matematika. Selain itu diberikan pula macam-macam ilmu praktis, seperti: musik, bermain catur dan furunsiah (semacam ilmu kemiliteran.
Ibnu Maskawaih seorang yang tekun dalam melakukan percobaan-percoabaan unuk mendapatkan ilmu-ilmu baru. Dan ia juga suka mendalami Ilmu Mantiq dan Filasafat akhlaq sebagaimana Al-Ghazali lebih banayak menunjukkan perhatiannya kepada filsafat alamiah. Tetapi Ibnu Maskawaih adalah seoarang teoritis dalam hal-hal akhlaq artinya ia telah mengupas filsafat akhlaqiyah secara analisa pengetahuan. Ini tidaklah berarti bahwa Ibnu Maskawaih tidak berakhlaq, hanya saja persoalannya ditinjau dari segi pengetahuan semata-mata.
B.     Karya Tulis Ibnu Maskawaih
Beberapa karyanya yang terekam oleh para penulis (sejarawan) di antaranya adalah:
1.      Al-Fauz al-Akbar
2.      Al-Fauz al-Asghar
3.      Tajarib al-Umam (sebuah sejarah tentang banjir besar yang ditulisnya pada tahun 369 H/979 M)
4.      Uns al-farid (koleksi anekdot, sya’ir, pribahasa, dan kata-kata hikmah)
5.      Tartib al-Sa’adah (tentang akhlak dan politik)
6.      Al-Mustada ( sya’ir–sya’ir pilihan)
7.      Jawidan Khirad (koleksi ungkapan bijak)
8.      Al-jami
9.      Al-Syi’ar (tentang tingkahlaku kehidupan)
10.  On the Simple Drugs (tentang kedokteran)
11.  On the Composition of the bajats (seni memasak)
12.  Kitab al-Asyribah ( tentang minuman)
13.  Tahdzib al-Akhlaq (tentang akhlak)
14.  Risalah fi al-Lazzah wa al-Alam fi Jauhar al-Nafs
15.  Ajwibah wa As’ilah fi al-Nafs wa al-Aql
16.  Al-Jawab fi al-Masa’il al-Tsalats
17.  Risalah fi Jawab fi Su’al Ali abn Muhammad Abu Hayyan al-Shufi fi Haqiqah al-Aqli
18.  Thaharah al-Nafs.
C.    Filsafat Ibnu Maskawaih
Maskawaih membedakan antara pengertian hikmah (kebijaksanaan wisdom) dan falsafah (filsafat). Menurutnya, hikmah adalah keutamaan jiwa yang cerdas (aqilah) yang mampu membeda-bedakan (mumayyiz). Hikmah adalah: bahwa engkau mengetahui perkara-perkara ilahiah (ketuhanan) dan perkara-perkara insaniah (kemanusiaan), dan hasil dari pengetahuan engkau mengetahui kebenaran-kebenaran spiritual (ma’qulat) dapat membedakan mana yang wajib dilakukan dan mana yang wajib ditinggalkan. Maskawaih hanya membagi filsafat menjadi dua bagian, bagian teori dan bagian praktis. Bagian teori merupakan kesempurnaan manusia yang mengisi potensinya untuk dapat mengetahui segala sesuatu, hingga dengan kesempurnaan ilmunya itu pikirannya benar, keyakinannya benar dan tidak ragu-ragu terhadap kebenaran. Sedangkan bagian praktis merupakan kesempurnaan manusia mengisi potensinya untuk melakukan perbuatan-perbuatan moral. Dan akhir dari kesempurnaan moral adalah sampai dapat mengatur hubungan antar sesame manusia hingga tercipta kebahagiaan hidup bersama.
1.   Filsafat Ketuhanan
   Tuhan menurut Ibnu Maskawaih adalah zat yang tidak berjisim, Azali, dan Pencipta. Tuhan Esa dalam segala aspek. Ia tidak terbagi-bagi dan tidak mengandung kejamakan dan tidak satu pun yang setara dengan-Nya. Ia ada tanpa diadakan dan ada-Nya tidak bergantung kepada yang lain. Sementara yang lain membutuhkan-Nya. Kalau dilihat sekilas pemikiran Ibnu maskawaih ini sama dengan pemikiran Al-kindi.
      Tuhan dapat dikenal dengan propogasi negative dan tidak dapat dikenal dengan sebaliknya ,prograsi positif .Alasannya prograsi posotif akan menyamakan Tuhan dengan alam. Segala sesuatu di alam ini ada gerakan.Gerakan tersebut merupakan sifat bagi alam yang menimbulkan perubahan pada sesuatu dari bentuknya semula .ia bukti tentang adanya Tuhan pencipta alam.pendapat ini berdasarkan pada pemikiran aristoteles bahwa segala sesuatu selalu dalam perubahan yang mengubahnya dari bentuk semula.    Sabagai filosofis releguis sejati, Ibnu Miskawaih mengatakan,alam semesta ini diciptakan Allah dari tiada menjadi ada,karena penciptaan yang suadah ada bahan sebelumnya tidak ada artinya.disinilah letak persamaan pemikirannya dengan Al-Kindi dan berbeda dengan Al-Farabi bahwa Allah menciptakan alam dari sesuatu yuang sudah ada. Maskawaih berkesimpulan bahwa karena tidak ada jalan rasional untuk memahami Tuhan, kita harus mengikuti petunjuk-petunjuk agama dan pandangan-pandangan umum komunitas religius. Ia sangat peduli pada penyelarasan pandangan filosofis dengan pandangan religius mengenai sifat dasar dunia, sehingga tidak menemukan adanya masalah dalam menyatukan pandangan bahwa Tuhan menciptakan dunia dari ketiadaan dengan gagasan emanasi terputus neoplatisme.
      Sebagaimana Al-Farabi, Ibnu Maskawaih juga menganut paham emanasi, yakni Allah menciptakan alam secara pancaran. Namun Emanasinya berbeda dengan Al-Farabi. Menurut entitas pertama yang memancarkan dari Allah ialah akal aktif. Akal aktif ini tanpa perantara apapun. Ia kadim, Sempurna dan tak berubah. Dari akal inilah timbul jiwa dengan perantaraan jiwa pula timbullah planet. Pelimpahan dan pemancaran yang terus menerus dari Allah dapat memelihara tatanan di dalam alam ini. Andaikan Allah menahan Pancaran-nya, maka akan terhenti kemaujudan alam ini.
      Untuk lebih jelasnya dapat dikemukakan perbedaan Emanasi Antara Ibnu Miskawah dan Al-Farabi sebagai berikut.
1.      Bagi Ibnu Miskawaih, Allah menjadiakan alam ini secara Emanasi dari tiada menjadi ada. Sementara itu menurut Al-Farabi alam dijadikan Tuhan secara pancaran dari bahan yang sudah ada menjadi ada.
2.      Bagi Ibnu Miskawaih Ciptaan Allah yang pertama ialah akal aktif. Sementara itu, bagi Al-Farabi ciptaan Allah yang pertama ialah akal pertama dan akal aktif adalah akal kesepuluh.
      Dari uaraian diatas dapat ditegaskan bahwa dalam masalah pokok Ibnu Miskawaih sejalan dengan pemikiran Guru Kedua, Al-Farabi akan tetapi. Dalam penyelesaian masalah ini lebuh cendrung kepada Al-Kindi dan Teolog Muslim. Sebagaimana Ikhwan Al-Shafa, Ibnu Miskawaih juga mengemukakan teori Evolusi, menurutnya alam mineral, alam tumbuh-tumbuhan, alam hewan dan alam manusia merupakan rentetan yang sambung mernyambung. Antara setiap alam tersebut terdapat jarak waktu yang sangat panjang. Transisi dari alam mineral kealam  tumbuh-tumbuhan terjadi melalui merjan dari alam tumbuh tumbuhan kea lam hewan melalui pohon kurma dan dari alam hewan ke alam manusia melalui kera.
      Menurut De Boer dalam bukunya Tarikh al-Falsafat fi Islamdisana ibnu maskawaih menyatakan, Tuhan adalah zat yang jelas dan zat yang tidak jelas. Dikatakan zat yang jelas bahwa ia adalah yang hak ( Benar ). Yang benar adalah terang. Dikatakan tidak jelas karena kelemahan akal pikiran kita untuk menangkapnya, disebabkan banyak dinding-dinding atau kendala keberadaan yang menutupi-Nya
      Adapun argumen lain yang ditambahkan Ibnu Maskawaih, yang penting adalah adanya gerak atau perubahan yang terjadi pada alam. Memperhatikan bahwa segala macam benda mempunyai sifat gerak atau berubah sesuai dengan watak pembawaan masing-masing (sifat gerak itu berbeda-beda yang berbeda), maka adanya gerak yang berbeda-beda itu membuktikan adanya yang menjadi sumber gerak, pengerak pertama yang tidak bergerak yaitu tuhan. Argument gerak ini di ambil dari argumen Aristoteles. Sebagai pengerak pertama yang tidak bergerak, juga menjadi sebab pertama dari segala yang ada, adanya segala sesuatu diciptakan tuhan, dan adanya tuhan adalah pada dirinya. Tuhan sebagai pencipta segala sesuatu menciptakan dari awal : segala sesuatu diciptakan tuhan dari tiada menjadi ada, sebab tidak ada artinya jika menciptakan sesuatu dari wujud yang telah ada. Seandainya tuhan berhenti mencipta, atau menahan pancaran keberadaan alam ini, niscaya ala mini akan menjadi tiada sekita itu juga.begitu juga tentang perubahan yang terjadi di alam menyebutkan bahwa setiap betuk itu berobah-robah di gantikan dengan bentuk yang baru. Dalam pertukaran bentuk Ibnu Maskawaih mengatakan bentuk yang lama tadi menjadi tiada. Dengan demikian terjadilah penciptaan yang terus menerus dari satu generasi ke generasi yang lain dan setiap ciptaan yang baru berasal dari yang tiada
2.   Filsafat Jiwa
        Menurut Ibnu Maskawaih, jiwa adalah jauhar rohani yang tidak hancur dengan sebab kematian jasad, ia adalah kesatuan yang tidak terbagi-bagi. Ia akan hidup selalu, Ia tidak dapat diraba dengan pancaindra karena ia bukan jisim dan bagian dari jisim. Jiwa dapat menangkap keberadaan zatnya dan ia mengetahui ketahuan dan keaktifisannya.
        Ibnu Maskawaih juga mengsinyalkan bahwa jiwa yang tidak dapat dibagi-bagi itu tidak mempunyai unsur, sedangkan unsur-unsur hanya terdapat pada materi. Namun demikian, jiwa dapat menyerap materi yang komplek dan nonmateri yang sederhana.
        Misalnya: jiwa dapat menerima gambaran konsep putih dan hitam dalam waktu yang sama, sedangkan materi hanya dapat menerima dalam satu waktu putih atau hitam saja. Jiwa dapat meneria gambaran segala sesuatu, baik yang indrawi maupun spiritual.
        Maskawih menonjolkan kelebihan jiwa manusia atas binatan dengan adanya kekuatan berfikir yang menjadi sumber pertimbangan tingkah laku, yang selalu mengarah kepada kebaikan. Menurut maskawaih, jiwa manusia mempunyai iga kekuatan yang bertingkat-tingkat.dari tingkat yang paling rendah disebutkan urutannya sebagai berikut:
1.      An-nafs al-bahimiyah(nafsu kebinatangan)yang buruk.
2.      An-nafs al-subu’iah(nafsu binatang buas) yang sedang.
3.      An-nafs an-nathiqah(jiwa yang cerdas)yang baik.
      Dalam membicarakan berbagai penyakit dalam jiwa, maskawaih meninggung masalah takut mati yang banyak dialami orang pada umumnya.Takut mati yang merupakan penyakit jiwa itu dapat terjadi karena adanya sebab-sebab berikut:
1.      Tidak mengetahui hakikat kematian
2.      Tidak mengetahui kesudahan jiwa.
3.      Tidak mengetahui kekekalan jiwa
4.      Mempunyai sangkaan bahwa kematian itu merupakan sakit yang amat berat, melebihi pedihnya sakit yag mendahuliunya.
5.      Adanya kebingungan karena tidak tahu apa yang dialaminya setelah mati.
6.      Karena adanya rasa berat untuk bercerai dengan yang disenanginya yaitu keluarga, anak, harta benda dan kenikmatan-kenikmatan duniawia lainnya.
Ibnu Maskawaih mengatakan bahwa jiwalah yang akan menrima balasan kebahagiaan dan kesengsaraan diakhirat. Karena menurutnya kelezatan jasmaniya bukanlah kelezatan yang sebenarnya.
3.   Filsafat Kenabian (An-Nubuwwah)
      Sebagaimana Al-Farabi, Ibnu Maskawaih juga menginterprestasikan kenabian secara ilmiah. Usaha nya ini dapat pula memperkecil keadaan antara nabi dan filosof dan memperkuat hubungan dan keharmonisan antara wahyu dan akal.
      Menurut Ibnu Miskawaih, nabi adalah seorang muslim yang memperoleh hakikat-hakikat atau kebenaran karena pengaruh akal aktif atas imajinasinya, hakikat ini diperoleh juga oleh seorang filosof, pertbedaan hanya terletak pada teknik memperolehnya. Filosof mendapatkan kebenaran tersebut daribawah ke atas, yakni dari daya indrawi naik ke daya khayal dan naik lagi ke daya berfikir yang dapat berhubungan dan menangkap hakikat-hakikat atau kebenaran dari akal aktif. Sementara itu, Nabi mendapatkan kebenaran diturunkan lansung dariatas ke bawah, yakni dari akal aktif lansung ke pada nabi sebagai rahmat Allah. Maka dari itu sumber kebenaran yang diperoleh nabi dan filosof adalah sama, yaitu akal aktif.
      Dalam hal ini, Ibnu Maskawaih berusaha mengkonsiliasikan antar agam dan filsafat, dan keduanya mesti cocok, dan serasi, karena sumber keduanya sam. Justru itulah filosof adalah orang yang paling cepat menerima dan mempercayai apa yang dibawa nabi karena nabi membawa ajaran yang tidak bisa ditolak akal dan tidak ula bertentangan denganya. Ajaran yang dibawa para nabi ini tidak dapat diketahui oleh manusia, kecuali oleh para filosof. Dengan kata lain tidak dapat ditangkap semua lapisan masyarakat.
      Persamaan antara nabi dan filosof, bagi ibnu maskawaih adalah dalam mencapai kebenaran, bukan persamaan keduanya dalam tingkatan kemuliaan dan kemaksumam.

4.    Filsafat Moral (Akhlak)
      Ibnu Maskawaih seorang moralis yang terkenal, hampir setiap pembahasan akhlak dalam Islam, filsafat nya ini selalu mendapat perhatian utama, keistimewaan yang menarik dalam tulisannya ialah pembahasan yang didasarkan pada ajaran Islam ( Al-qur’an dan Hadis ) dan dikombinasikan dengan pemikiran yang lain sebagai pelengkap, seperti filsafat Yunani kuno dan pemikiran Persia. Dimaksud dengan pelengkap ialah sumber baru diambilnya apabila sejalan dengan ajaran Islam dan sebaliknya ia tolak, jika tidak demikian.
      Akhlaq, menurut Ibnu Maskawaih ialah sutu sikap mental atau keadaan jiwa yang mendorongnya untyuk berbuat tanpa dipikirkan dan dipertimbangkan terlebih dahulu. Sementara tingkah laku manusia terbagi menjadi dua unsure, yakni unsure watak naluriah dan junsur lewat kebiasaan dan latihan.
      Kalau kita lihat teks diatas barusan, sepertinya sangat bertentangan dengan pandangan orang-oarang Yunani yang mengatakan bahawa akhlaq mnusia tidak dapat berobah. Tetapi bagi Ibnu Maskawaih, akhlaq yang tercela dapat dirobah menjadi akhlaq yang terpuji dengan jalan pendidikan ( tarbiyah al-akhlaq ) dan latihan-latihan. Pemikian seperti ini sangat sejalan dengan ajaran Islam secara eksplisit telah mengisyaratkan kearah ini dan pada hakikatnya syari’at agama bertujuan mengokohkan dan memperbaiki akhlaq manusia.
      Ibnu maskawaih juga menjelaskan sifat-sifat yang utama pada diri manusia. Sifat ini, menurutnya erat kaitannya dengan jiwa yang memiliki tiga daya : daya pikir, daya marah, dan daya keinginan. Sifat hikmah adalah sifat utama bagi jiwa berpikir yang lahir dari ilmu. Berani adalah sifat utama bagi jiwa marah yang timbul dari sifat hilm( mawas diri ). Sementara murah adalah sifat utama bagi keinginan yang lahir dari ‘iffah’ ( memelihara kehormatan diri ). Dengan demikian ada tiga sifat utama dalam diri manusia yaitu : hikmah,berani, dan murah. Apabila ketiga sifat utama ini serasi, maka muncul sifat utama yang ke empat, yakni adil. Adapun lawan dari ke empat sifat utama ini ialah bodoh,rakus,penakut, dan zalim
      Keberhasilan miskawaih dalam menyusun filsafat moral, mengantarkan miskawaih pada jajaran filosof muslim ternama. Dengan mendapat gelar sebagai bapak etika islam. Maskawaih dikenal juga sebagai guru ketiga (Al-mualim Al-TSalis), setelah Al-Parabi yang digelari guru kedua (Al-mualimAl-Tsalis) sedangkan guru pertama (Al-Mualim Al-Awwal) adalah Aristoteles. Pemikiran-pemikiran Maskawaih Ikhwal Ahlak atau etika secara gamlang ditulis dalam sebuah karya monumentalnya yaitu kitab Thdzibul Alahlak wat tathhir Al-Araq. Kontruksi teori etika persi Maskawaih tidak seluruhnya utuh berssumber dari pemikiran maskawaih sendiri, karena pemikiran maskawaih tentang teori etika bersumber juga dari filsafat yunani, peradaban persia, dan ajaran syriat islam menurut Ibnu Maskawaih moral (Akhlak) adalah suatu sikap mental (halun li al-nafs)  yang mengandung daya dorong untuk berbuat tanpa berpikir dan pertimbangan. Dengan demikian  sikap mental yang mewujud menjadi perbuatan itu merupakan perbuatan spontanitas sikap mental ini terbagi mnejadi dua berdasar dari watak dan juga berasal dari kebiasaan dan latihan oleh sebab itu sangatlah penting meneggakan ahlak yang benar dan sehat sebab dengan landasan yang demikian, akan melahirkan perbuatan-perbuatan baik tanpa ada kesulitan.
      Akhlak tidak bersifat natural atau pembawaan tetapi hal itu perlu diusahakan, perubahanya dapat dilakukan secara bertahap akhlak yang terpuji bisa dicapai dengan belajar dan latihan terutama untuk generasi muda mereka harus membiasak berbuat baik mencari kebaikan dsb. Ahklak terpuji sebagai menipestasi dari watak tidak banyak dijumpai yang sering dijumpai adalah dikalangan manusia mereka yang memiliki sifat yang kurang terpuji. Ibnu Maskawih menolak pendapat sebagai pemikir yunani yang mengatakan ahklak yang berasal dari watak tidak mungkin berubah oleh Ibnu maskaih ditegaskan kemungkinan perubahan ahklak itu terutama melalui pendidikan. Dengan demikian, dijumpai ditengah masyarakat ada orang yang memiliki ahklak yang dekat kepada malaikat dan ada pula yang lebih dekat kepada hewan.
a.      Pandangan maskawaih tentang pendidikan Akhlak
Teori pendidikan persi Maskawaih didasarkan pada teori Aristoteles yang menekakankan padan segi intelektual, kejiwaan, dan pendidikan moral yang ditujukan pada upaya melahirkan manusia yang baik menurut pandangan masyarakat agar mencapai kebahagian hidup yang abadi. Ilmu pengetahuan adalah dasar tumbuh kepribadian yang baik dan akar seluruh kebaikan adalah ilmu pengetahuan, dengan itu manusia akan mencapai tingkat kesempurnaan.
Pandangan maskawaih tentang konsep pendidikan anak bahwaa kehidupan utama pada anak-anak memerlukan dua syarat yaitu syarat kejiwaan dan sarat sosial. Sarat pertama tersimpul dalam menumbuhkan watak Cinta kebaikan, syarat yang kedua adalah dapat dicapai dengan cara memilihkan teman-teman yang baik, menjauhkan dari pergaulan dengan teman-temannya yang berperangi buruk.
Bedasarkan deskripsi diatas, dalam masalah konsep pendidikan, Maskawaih melakukan pengkondisian terhadap watak yang berupa bawaan manusia sejak lahir. Selain itu Maskawaih juga melakukan pengkondisian terhadap lingkungan. Dengan demikian, konsep pendidikannya sejalan dengan para penganut teori konpergensi, yang menyatakan bahwa perkemabangan manusia ditentukan oleh faktor bawaan dan lingkungan.
Dengan demikian implementasi pendidikan dalam pandangan Maskawaih sesungguhnya di proyeksikan kepada pembinaan ahklak mulia peserta didik, dengan harapan peserta didik mampu memiliki ahklak mulia sebagaimana yang dicontohkan Rasulullah saw. Yang kedua .
b.       Kebahagian
Maskawaih membedakan antara Alkhair (kebaikan) dan Al-Sa’adah (kebahagian). Kebaikan mempunyai identitas tertentu, sedangkan kebahagian berbeda-beda bergantung kepda orang-orang yang berusaha memperolehnya. Maskawaih kebahagian tertinggi itu lain adalah kebijaksanaan yang meenghimpun dua aspek yaitu aspek teoritis yang bersumber kepada kontiunitas pikir akan ahklak-ahklak wujud dan aspek praktis yang berupa keutamaan jiwa yang mampu melahirkan perbuatan yang baik. Maskawaih  sebagaimana Aristoteles, mengelompokan kebahagian, tetapi menembahkannya secara lebih terperinci, yang mungkin diambil dari komentar porphyry. Pengelompokan ini terdiri atas. Kesehatan, kekayaan, kemashuran, kehormatan, keberhasilan dan pemikiran yang baik.  Setelah memaparkan ajaran Aristoteles tentang kebahagian, Maskawih menyodorkan pendapat-pendapa Hipokrates, Phytagoras, Plato, Kaum Stoa, dan beberapa dokter yang percaya bahwa tubuh adalah bagian ddari manusia dan bukan alat dari manusia; kaarena itu kebahagian ruh tidak akan lengkap apabila tidak disertai kebahagiaan tubuh.
c.       Cinta dan Persahabatan
         Cinta menurutnya ada  macam. Cinta kepada Allah dan cinta kepada Manusia, terutama cinta murid kepada gurunya.  Cinta yang tinggi yang paling tinggi nilainya adalah cinta kepada allah, tetapi cinta tipe ini hanya dapat dicapai sedikit orang. Ccinta kepada manusia ada kesamaan antara cinta anak kepada orangtua dan cinta murid kepada guru, tetaapi cinta murid kepada guru dipandang lebih mulia dan lebih berperanan, guru adalah bapak rohani bagi muridnya gurulah yang mendidik murid-muridnya untuk dapat memiliki keutamaan yang sempurna.
         Konsep Maskawih tentang cinta dan persahabatab tersebut menjadi modal utama dalam menjalani hidup dan kehidupan ini. Nampaknya Maskawih berusaha mewujudkan nuansa kehidupan yang harmoni dengan mengedepankan kebersamaan,persatua, dan kesatuan, kekeluargaan, dan kedamaian.
5.      Filsafat politik
        Maskawih  menegaskan bahawa syariat islam adlah imam yang kekusanya seperti raja.yang berpaling pada agama adalah penjajah (inugthaghallig) , tisak berhak disebut raja. Raja adalah paengawal utama aturan atura tuhan dan menjaga masyarakat tetap berpegang teguh pada ajaran agama
        Oleh karenya maskwih berpendapat bahwa antara agama dengan negara tidak bisa dipisahkan. Dikutipnya pendapat Azdsher (raja dan filosof bangsa persia)  yang mengatakan bahwa agama dan kerajan ibarat dua krajan kembar atau dua sisi mata  uangnya yang sama , yang satu tidak dapat sempurna tanpa yang lain agama merupakan landasan dasar, kerajan adalah pengawalnya .segala sesuatu tandpa landasan dasr akan hancur,dansegala sesuatu tanpa pengawal akan sia sia . menurutnya raja yang berkuasa guna menjaga tegaknya agama, dan harus selalu waspada menjaga posisinya melaksanakn tgasnya dengan sungguh ,tidak lengah, tidak mengejar kenukmatan pribadi, tidak mengejar kehormatam ,dan kesenangan melainkan dengan jalan yang sah menurut agama.
        Raja yang melapaui batas kewenangan akan menakibatkan kelemahan dan kerusakan. Kedudukan agama menjadi goyah. Rakyat akan hdup menuruti keinginan nafsu syahwat mereka. Makin banyak orang yang berbuat sesui syahwatnya akhirnya kebagyagyan berbalik menjdi kesengsaraan ,perselisihan,perpecahan ,dan tujuan ajaran syariat tidak tecapai. Jika demikian , tibalah satanya untuk mengadakan perubahan pemimpin kerajan dan dicarikan imam yang sebenarnya, dan raja yang adil.
        Maskawih memeperingatakan juga adanya  rajaj yang disebtkan oleh khalifah Abu Bakakr Ash_shidiq falam pidato penobatanya  sebagai khlifah : manusia yang paling sengsara di dunia dan akhirat adalah raja-raja. Yang dimaksud adalah raja yang setelah berkuasa amat sayang memebelanjakan harta yang di miliki , tetepai tamak terhadap harta orang lain, dan htinya selalu diliputi rasa ketakutan. Eaja yang demikian selalu mengharapkan hilangnya kenikmatan pada orang pakirmiskin dan menunjukan rasa tidak senang kepada orang kaya merasa bosan ter,hadap kemkmuran  bersama. Raja yang demikian itu ibarat mata uang palsu dan fatamorgana yang menipu, lahirnya tanmpak pemberani tetapi batinya pengecut.
D.     Pengaruh Pemikiran Ibnu Maskawaih  Terhadap Filosop lainnya
      Bilamanapun, orisnalitas pemikiran Maskawaih jelas sangat berpnagruh dan baik, selam masa hidupnya maupun sesudah mati sebagian karyanya yang menggabungkan pemikiran abstrak dengan saran-saran praktris adalah gaya yang merangsang, memikat seluruh rentang pendengar yang berbeda dan sangat populer lama setelah ia meninggal. Pemikiran ibnu Maskawaih membawa filisof yang lainnya, salah satunya adalah ibnu sinna yang terkenal dengan ahli kedokteran, tetapi pengaruh pemikiran yang diadopsi dari ibnu Maskawaih adalah tentang kenabian yang mana Ibnu sinna juga berpendapat bahwa nabi bertitik tolak dari tingkatan akal.
      Dari pemaparan pendapat Ibnu sinna diatas, dapat terlihat bahwa pemikiran tersebut dipengaruhi oleh pendapat Ibnu maskawaih,  yang berpendapat bahwa seorang nabi memiliki akal tertinggi yang bisa langsung berhubungan dan mengkap hakikat-hakikat kebenaran dari akal aktif. Denagan demikian, nabia adalah orang yang membawa ajaran yang tidak bertentangan dengan akal sehinnga bisa membawa atau mengantarkan kita kepada kebahagian di dunia maupun kelak diakhirat.
      Pemikiran ibnu Maskawaih memberikan pengaruh pada pemikiran Al-Ghazali terutama tentang pembahasan proses penciptaan alam dan filsafat moral/ahklah. Bahkan devinisi ahklak yang dilontarkan keduanya relatif sama. Namun disisi lain, Ibnu maskawaih menolak segala bentuk kehidupan Al-mutawahhid (pertapaan) menurut, hal tersebut dapat menyebabkan terlambatnya syiar keagaaman seperti shalat jamaah, haji, dan yang lainnya yang menyyangkut kehidupan yang berhungan dengan orang lain dan juga yang bersifat sosial. Sedangkan AL-gazalli tidak menolak adanya pertapaan tersebut, karena pertapaan yang dilakukan itu bukan untuk menghindari kehidupa sosial, tetapi untuk merenungkan atau juga dapat disebut untuk intropeksi diri sehingga ada perubahan hidup yang lebih baik setelah melakukan pertapaan tersebut.













BAB III
PENUTUP
1.      Riwayat Ibnu Al-Maskawaih
Ibnu Maskawaih pada dasarnya adalah ahli sejarah dan moralis. Ia juga seorang penyair. Kesederhanaannya dalam melayani hawa nafsu, ketegaran dalam menundukkan diri yang serakah dan kebijakan dalam mengatur dorongan-dorongan yang tak rasional merupakan pokok-pokok petunjuk ini. Dia sendiri berbicara tentang perubahan moral dalam bukunya Tahdzib al-Aqhlak yang menunjukkan bahwa ia melaksanakan dengan baik apa yang telah ditulisnya tentang etika.
2.      Karya Ibnu Al-Maskawaih
Beberapa karyanya adalah:Al-Fauz al-Akbar,Al-Fauz al-Asghar,al-Umam (sebuah sejarah tentang banjir besar yang ditulisnya pada tahun 369 H/979 M),Uns al-farid (koleksi anekdot, sya’ir, pribahasa, dan kata-kata hikmah),Tartib al-Sa’adah (tentang akhlak dan politik),Al-Mustada ( sya’ir–sya’ir pilihan)
3.      Filsafat Ibnu Al-Maskawaih
·         Filsafat ketuhanan
·         Filsafat kenabian
·         Filsafat jiwa
·         Filsafat moral
·         Filsafat politik
4.      Pengaruh Filsafat Ibnu Al-Maskawaih
      Filsafat Ibnu Al-Maskawaih membawa pengaruh pada filosof lain, salah satunya kepada ibnu sina mengenai kenabian, selain itu juga berpengaruh kepada Al-Ghazali terutama tentang pembahasan proses penciptaan alam dan filsafat moral atau etika.









0 Response to "Makalah Filsafat Islam Ibnu Maskawaih"