A.
Latar Belakang Masalah
Sistem pendidikan di Indonesia ternyata
telah mengalami banyak perubahan.Perubahan-perubahan itu terjadi karena telah
dilakukan berbagai usaha pembaharuan dalam pendidikan.Akibat pengaruh itu
pendidikan semakin mengalami kemajuan.
Sejalan dengan kemajuan tersebut, maka
dewasa ini pendidikan di sekolah-sekolah telah menunjukkan perkembangan yang
sangat pesat.Perkembangan itu terjadi karena terdorong adanya pembaharuan
tersebut, sehingga di dalam pengajaranpun guru selalu ingin menemukan metode
dan peralatan baru yang dapat memberikan semangat belajar bagi semua siswa. Bahkan secara keseluruhan dapat
dikatakan bahwa pembaharuan dalam sistem pendidi kan yang mencakup seluruh
komponen yang ada. Pembangunan di bidang pendidikan barulah ada artinya apabila
dalam pendidikan dapat dimanfaatkan sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan
bangsa Indonesia yang sedang membangun.
Dalam
standar proses pendidikan, pembelajaran didesain untuk membelajarkan siswa.
Artinya, sistem pembelajaran menempatkan siswa sebagai subjek belajar. Dengan
kata lain, pembelajaran ditekankan pada aktivitas siswa (Wina Sanjaya:
2008:135).
Guru dalam proses pembelajaran
memegang peran yang sangat penting. Peran guru, apalagi untuk siswa pada usia
pendidikan dasar, tidak mungkin dapat digantikan oleh perangkat lain, seperti
televisi, radio, komputer dan lain sebagainya. Sebab, siswa adalah organisme
yang sedang berkembang yang memerlukan bimbingan dan bantuan orang dewasa.Dalam
proses pembelajaran guru bukanlah hanya berperan sebagai model atau teladan
bagi siswa yang diajarnya, akan tetapi juga sebagai pengelola pembelajaran (manager
of learning). Dengan demikian efektivitas proses pembelajaran terletak
dipundak guru. Oleh karenanya keberhasilan suatu proses pembelajaran sangat
ditentukan oleh kualitas atau kemampuan guru (Wina Sanjaya, 2009:198).
Menurut
Gagne, dalam Agus Suprijono (2013:2) belajar adalah perubahan disposisi atau
kemampuan yang dicapai seseorang melalui aktivitas. Belajar bukanlah menghafal
sejumlah fakta atau informasi. Belajar adalah berbuat; memperoleh pengalaman
tertentu sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Oleh karena itu, strategi
pembelajaran harus dapat mendorong aktivitas siswa. Aktivitas tidak dimaksudkan
terbatas pada aktivitas fisik, akan tetapi juga meliputi aktivitas yang
bersifat psikis seperti aktivitas mental. Guru sering lupa dengan hal ini.
Banyak guru yang terkecoh oleh sikap siswa yang berpura-pura aktif padahal
sebenarnya tidak (Wina Sanjaya, 2008: 132).
Aktivitas
diartikan sebagai kegiatan yang dapat membawa individu melakukan sesuatu kearah
perkembangan jasmani dan rohani.Setiap gerak yang dilakukan dengan sadar oleh
seseorang dapat dikatakan aktivitas.
Ilmu
Pengetahuan Alam merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan dari
tingkat Madrasah Ibtidaiyah sampai Madrasah Aliyah yang berfungsi dan bertujuan
bahwa siswa menanamkan keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, mengembangkan
keterampilan, sikap dan nilai ilmiah, mempersiapkan siswa menjadi warga negara
yang mengetahui sains dan teknologi, serta menguasai konsep sains untuk bekal
hidup di masyarakat dan melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.
Membekali siswa dengan pengetahuan, sikap, nilai dan keterampilan, Depdiknas
(2003:2) dalam Trianto (2010:138).
Dengan
demikian, semakin jelaslah bahwa proses belajar mengajar IPA lebih ditekankan
pada pendekatan keterampilan proses, hingga siswa dapat menemukan fakta-fakta,
membangun konsep-konsep, teori-teori dan sikap ilmiah siswa itu sendiri yang
akhirnya dapat berpengaruh positif terhadap kualitas proses pendidikan maupun
produk pendidikan.
Untuk
itu diperlukan suatu upaya dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan dan
pengajaran salah satunya adalah dengan memilih model dan teknik menyampaikan
materi pelajaran yang dapat mendukung peranan tersebut, sehingga kegiatan
pembelajaran dapat diselenggarakan dengan efektif. Namun demikian, kenyataan di
lapangan bahwa proses pembelajaran masih menggunakan metode konvensional.
Proses pembelajaran lebih banyak menggunakan metode ceramah,
yang mengarah kepada mudahnya mengalami kebosanan, kejenuhan dan kurangnya
minat dalam belajar, serta materi pelajaran tidak disampaikan
secara kronologis. Sehingga dalam proses pembelajaran aktivitas siswa hanya
sekedar diam mendengarkan materi penjelasan guru, sehingga suasana belajar
terlihat pasif tidak ada aktivitas siswa yang diharapkan dalam proses pembelajaran yang menyenangkan. Untuk
itu sebagai seorang guru disamping menguasai materi, juga diharapkan dapat
menetapkan dan melaksanakan penyajian materi yang sesuai kemampuan dan kesiapan
anak, sehingga menghasilkan penguasaan materi yang optimal bagi siswa.
Gurubertugas membimbing siswa untuk bersama-sama terlibat aktif
dalam proses pembelajaran dan mampu membantu siswa berkembang sesuai dengan
taraf intelektualnya akan lebih menguatkan pemahaman siswa terhadap konsep-konsep
yang diajarkan. Pemahaman ini memerlukan minat dan motivasi. Tanpa adanya minat
menandakan bahwa siswa tidak mempunyai motivasi untuk belajar. Untuk itu, guru
harus memberikan suntikan dalam bentuk motivasi sehingga dengan bantuan itu
anak didik dapat keluar dari kesulitan belajar.
Pernyataan tersebut yaitu berdasarkan pengalaman PPL di MI
Miftahulfallah Kecamatan Rancasari1 Kota Bandung, Selama
ini dalam proses pembelajaran IPA di MI
Miftahulfallah 1 Kota Bandung berjalan secara konvensional, banyak siswa
yang kurang antusias dan serius dalam mengikuti pelajaran, kurang adanya
motivasi, ini terbukti dengan dalam proses pembelajaran adanya siswa yang ngobrol,
kurang bersemangat menerima materi pelajaran, malas mencatat, kurang aktif
bertanya, kondisi kelas yang gaduh dan berisik dan selalu lupa mengerjakan
pekerjaan rumah, sehingga berimplikasi pada proses dan hasil belajar yang tidak
optimal.
Menghadapi permasalahan tersebut,maka salah satu solusi atau
tindakan yang dapat dilakukan ialah dengan memilih model pembelajaran yang
berbeda dari yang biasanya agar kegiatan pembelajaran lebih aktif, kondusif,
efektif serta lebih menyenangkan untuk siswa.Salah satu model pembelajaran yang
dapat di pilih dan dilaksanakan oleh seorang pendidik ialah dengan menggunakan
model snowball
throwinguntuk
mengungkapkan apakah dengan model snowball throwing dapat meningkatkan aktivitas
belajar IPA. Penulis memilih model pembelajaran ini mengkondisikan siswa untuk
terbiasa mencari dan memecahkan permasalahan. Menurut Lilis Solihah, dalam
Hanafiah, (2010:70)mengatakan model pembelajaran snowball throwing
adalah permainan mencari dan memecahkan permasalahan yang dilontarkan oleh
temannya setelah sebelumnya diberitahukan tentang tema yang akan dipelajari.Model
pembelajaran snowball throwing memiliki keunggulan yang bebeda dengan model
yang lainnya khususnya dari sisi afektif dan psikomotorik siswa.Beberapa
kelebihan model pembelajaran ini antara lain: dapat memperbaiki hubungan sosial
antar siswa, meningkatkan kemahiran sosial, meningkatkan kemahiran
berkomunikasi, dan meningkatkan rasa percaya diri.
Berdasarkan permasalahan tersebut, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitiandengan judulUpaya Meningkatkan Aktivitas
Belajar Siswa Pada Pelajaran IPA Sub
Pokok Bahasan Pesawat
Sederhana Melalui Model Snowball Throwing(Penelitian Tindakan Kelas di Kelas V MI MIftahulfalah 1 Kecamatan RancasariKota
Bandung).
B.
Rumusan Masalah
Dalam
penelitian ini, peneliti membatasi masalah pada kajian “Bagaimanakah penerapan
model pembelajaran Snowball Throwing bagi siswa Madrasah Ibtidaiyah
di MI Miftahulfalah 1 Rancasari ?”.
Setelah penulis membatasi permasalahan
di atas, selanjutnya masalah itu dijabarkan menjadi beberapa pertanyaan
penelitian sebagai berikut :
1.
Bagaimana
penerapan model Snowball Throwing pada pelajaran
IPA di kelas V MIMiftahulfalah 1Rancasari?
2.
Bagaimana
peningkatan aktivitas siswa pada pembelajaran IPA dengan menggunakan model Snowball Throwing pada mata pelajaran IPA di MI Miftahulfalah 1Rancasari
pada setiap siklus?
3.
Bagaimana
peningkatan aktivitas siswa pada pembelajaran IPA dengan menggunakan model Snowball Throwing pada mata pelajaran IPA di MI Miftahulfalah 1Rancasaripada
akhir siklus?
C.
TujuanPenelitian
Secara umum penelitian ini bertujuan
untuk menerapkan model Snowball Throwing
pada mata pelajaran IPA bagi siswa
Madrasah Ibtidaiyah. Secara lebih
khusus penelitian ini bertujuan:
1. Untuk mengetahui penerapan model
Snowball Throwing pada pelajaran IPA di kelas V MI Miftahulfalah
1Rancasari?
2. Untuk mengetahui peningkatan aktivitas
siswa pada pembelajaran IPA dengan menggunakan model Snowball Throwing pada mata pelajaran IPA di MI Miftahulfalah 1
Rancasari pada setiap siklus?
3. Untuk mengetahui peningkatan aktivitas
siswa pada pembelajaran IPA dengan menggunakan model Snowball Throwing pada mata pelajaran IPA di MI Miftahulfalah 1
Rancasari pada akhir siklus?
D. Manfaat
Penelitian
Manfaat yang ingin
dicapai dari penelitian ini, yaitu manfaat bagi kepentingan teoritis dan
kepentingan praktis. Untuk lebih jelasnya kedua manfaat itu penulis uraikan
sebagai berikut:
1.
Manfaat Teoretis: Hasil penelitian ini diharapkan dapat
menemukan prinsip-prinsip pembelajaran IPA melalui model Snowball Throwing ,
khususnya pada jenjang Madrasah
Ibtidaiyah. Hal ini dianggap penting
mengingat bahan referensi yang
membahas tentang penggunaan model snowball throwing masih kurang.
2.
Manfaat Praktis:diharapkan dapat memberikan manfaat
kepada guru, menjadi bahan masukan terhadap upaya-upaya
peningkatan kualitas pengembangan kemampuan bagi siswa Madrasah Ibtidaiyah.
E. Kerangka
Berpikir
Penggunaan pendekatan, metode, strategi dan
model pembelajaran yang tidak tepat serta tidak disertai media pembelajaran
dalam suatu proses pembelajaran diasumsikan merupakan salah satu faktor penentu
kurang maksimalnya pencapaian tujuan pembelajaran di sekolah.
Menurut Lilis
Solihah dalam Hanafiah (2010:70), walaupun terdengar agak asing tetapi model
pembelajaran Snowball Throwingadalah bagian dari permainan yang biasa
dilakukan guru kreatif masa lalu. Siswa diajak untuk bermain mencari dan
memecahkan permasalahan yang dilontarkan oleh temannya setelah sebelumnya
diberitahukan tentang tema yang akan dipelajari.Tema belajar yang ditetapkan
guru tersebut diamati oleh masing-masing siswa dalam kelompok.Setelah membuat
laporan baik pertanyaan maupun tanggapan terhadap tema tersebut dalam sebuah
kertas kemudian digulung dalam beberapa gulungan sehingga membentuk bola yang
siap untuk dilemparkan kepada siswa yang lainnya. Hal ini akan meningkatkan
semangat serta kesungguhan siswa dalam memberikan tanggapannya terhadap tema
pembelajaran yang disampaikan sebelumnya.
Menurut Miftahul Huda (2013:226), Strategi Pembelajaran Snowball
Throwing (ST) atau juga sering dikenal dengan Snowball Fight merupakan pembelajran yang diadopsi pertama
kali dari game fisik dimana segumpalan salju dilempar dengan maksud
memukul orang lain. Dalam konteks pembelajaran, Snowball Throwing diterapkan
dengan melempar segumpalan kertas untuk menunjuk siswa yang diharuskan menjawab
soal dari guru.Strategi ini digunakan untuk memberikan konsep pemahaman materi
yang sulit kepada siswa serta dapat juga digunakan untuk mengetahui sejauh mana
engetahuan dan kemampuan siswa dalam materi tersebut.
Pada pembelajaran ST, siswa dibagi menjadi beberapa kelompok yang
masing-masing kelompok diwakili seorang ketua kelompok untuk mendapat tugas
dari guru. Kemudian, masing-masing siswa membuat pertanyaan di selembar kertas
yang dibentuk seperti bola (kertas pertanyaan) lalu dilempar ke siswa lain.
Siswa yang mendapat lemparan kertas harus menjawab pertanyaan dalam kertas yang
diperoleh.
Strategi pembelajaran ini melatih siswa untuk lebih tanggap
menerima pesan dari orang lain dan menyampaikan pesan tersebut kepada teman
satu kelompoknya. Lemparan pertanyaan tidak menggunakan tongkat sebagaimana
pada strategi Talking Stick, tetapi menggunakan kertas yang berisi
pertanyaan yang diremas menjadi sebuah bola kertas lalu dilempar-lemparkan kepada
siswa lai.Siswa yang mendapat bola kertas lalu membuka dan menjawab pertanyaan
di dalamnya.
Aktivitas adalah segala kegiatan yang
dilaksanakan baik secara jasmani atau rohani. Aktivitas siswa selama proses pembelajaran
merupakan salah satu indikator adanya keinginan siswa untuk belajar. Aktivitas
siswa merupakan kegiatan atau perilaku yang terjadi selama proses pembelajaran.
Kegiatan-kegiatan yang dimaksud adalah kegiatan yang mengarah pada proses
belajar seperti bertanya, mengajukan pendapat, mengerjakan tugas -tugas, dapat
menjawab pertanyaan guru dan bisa bekerjasama dengan siswa lain, serta tanggung
jawab terhadap tugas yang diberikan. Sejalan dengan pernyataan Nanang Hanafiah,
dkk (2012:23) proses aktivitas pembelajaran harus melibatkan seluruh aspek
psikofisis peserta didik, baik jasmani maupun rohani sehingga akselerasi
perubahan perilakunya dapat terjadi secara cepat, tepat, mudah, dan benar, baik
berkaitan dengan aspek kognitif, afektif, maupun psikomotor.
Diedrich yang dikutip Hamalik (1980:288-209) dalam
Nanang Hanafiah (2012:24-25) menyatakan, aktivitas belajar dibagi ke dalam
delapan kelompok, yaitu sebagai berikut:
1. Kegiatan-kegiatan visual, yaitu membaca, melihatgambar-gambar, mengamati
eksperimen, demonstrasi, pameran, dan mengamati orang bekerja atau bermain.
2. Kegiatan-kegiatan lisan (Oral), yaitu mengemukakan suatu fakta atau prinsip, menghubungkan suatu
kejadian, mengajukan
pertanyaan, memberi saran, mengemukakan pendapat, berwawancara,
diskusi, dan interupsi.
3. Kegiatan-kegiatan
mendengarkan, yaitu mendengarkan penyajian bahan, mendengarkan
percakapan atau diskusi kelompok, mendengarkan suatu permainan, atau
mendengarkan radio.
4. Kegiatan-kegiatan menulis, yaitu menulis cerita, menulis laporan, memeriksa karangan, bahan-bahan
copy, membuat outline atau rangkuman, dan mengerjakan tes, serta mengisi angket.
5. Kegiatan-kegiatan menggambar, yaitu menggambar,
membuat grafik, chart, diagram, peta, dan pola.
6.
Kegiatan-kegiatan metric, yaitu
melakukanmelakukan percobaan,
melaksanakan pameran, membuat model, menyelenggarakan permainan, serta menari
dan berkebun.
7. Kegiatan-kegiatan mental, yaitu
merenungkan, mengingat,
memecahkan masalah,
menganalisa faktor-faktor, melihat hubungan-hubungan, dan membuat keputusan.
8. Kegiatan-kegiatan emosional, yaitu minat, membedakan, berani,
tenang, dan lain-lain.
Semua
kegiatan tersebut merupakan aktivitas siswa. Siswa diharapkan dapat berperan
aktif dalam mencari sesuatu informasi guna memecahkan suatu permasalahan.
Banyak cara yang dapat dilakukan untuk menciptakan suasana belajar yang
kondusif, dimana para peserta didik dapat mengembangkan aktivitas belajarnya
secara optimal, sesuai dengan kemampuannya masing-masing.Keaktifan siswa tentu juga dipengaruhi oleh guru dalam memberikan
pembelajaran, keaktifan tersebut dapat dilihat saat proses pembelajaran
berlangsung. Guru tidak hanya mengajarkan materi saja namun juga mempunyai
tugas sebagai pembimbing siswa dalam belajar.
Pembelajaran IPAmengandung
makna aktivitas guru mengatur kelas sebaik-baiknya dan menciptakan kondisi yang
kondusif sehingga murid dapat belajar IPS. Siswa dikatakan memiliki keaktifan
apabila ditemukan ciri-ciri perilaku seperti : sering bertanya kepada guru atau
siswa lain, mau mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru, mampu menjawab
pertanyaan, senang diberi tugas belajar. Ciri-ciri perilaku tersebut dapat
ditinjau dari dua segi yaitu segi proses dan dari segi hasil.
Pembelajaran
IPA
Pesawat
Sederhana
|
Aktivitas
Belajar Siswa
1. Kegiatan-kegiatan
visual
2. Kegiatan-kegiatan
lisan (Oral)
3. Kegiatan-kegiatan
mendengarkan
4. Kegiatan-kegiatan
menulis
5. Kegiatan-kegiatan
menggambar
6. Kegiatan-kegiatan
metric
7. Kegiatan-kegiatan
mental
8. Kegiatan-kegiatan
emosional
|
Penerapan
Model
Snowball Throwing
1.
Guru menyampaikan materi yang akan
disajikan
2.
Guru membentuk kelompok-kelompok dan
memanggil masing-masing ketua kelompok untuk memberikan penjelasan tentang
materi
3.
Masing-masing ketua kelompok kembali ke
kelompoknya masing-masing, kemudian menjelaskan materi yang disampaikan
oleh guru kepada temannya
4.
Kemudian masing-masing siswa diberikan satu
lembar kertas kerja, untuk menuliskan satu pertanyaan apa saja yang
menyangkut materi yang sudah dijelaskan oleh ketua kelompok
5.
Kemudian kertas tersebut dibuat seperti
bola dan dilempar dari satu siswa ke siswa yang lain selama ± 15 menit
6.
Setelah siswa dapat satu bola/satu
pertanyaan diberikan kesempatan kepada siswa untuk menjawab pertanyaan yang
tertulis dalam kertas berbentuk bola tersebut secara bergantian
7.
Evaluasi
8.
Penutup
(Hanafiah:2012:49)
|
Hasil
Pembelajaran
|
Gambar 1.1. Bagan Kerangka Pemikiran
F. Hipotesis
Tindakan
Adapun
hipotesis pada penelitian ini adalah:penerapan model Snowball
Throwing pada pelajaran IPA
sub pokok bahasan Pesawat Sederhana di kelas V MIMiftahulfallah 1 Rancasari dapat meningkatkan aktivitas belajar
siswa.
G. Metode
Penelitian
1.
Pendekatan
dan Metode Penelitian
Metode penelitian yang penulis
gunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas. Hopkins (1993)
dalam (Masnur Muslich, 2012:8). Penelitian Tindakan Kelas adalah suatu bentuk
kajian yang bersifat reflektif, yang dilakukan oleh pelaku tindakan untuk
meningkatkan kemantapan rasional dari tindakan-tindakannya dalam melaksanakan
tugas dan memperdalam pemahaman terdapat kondisi dalam praktik pembelajaran.
Alasan
penulis menggunakan metode PTK adalah karena metode PTK dilakukan secara
kolaborasi antara guru, peneliti dan siswa guna mengadakan perubahan, perbaikan
dan peningkatan pada proses pembelajaran.
Penelitian
Tindakan Kelas melaluimodel Snowball
Throwing dilaksanakan selama dua siklus, dengan
langkah-langkah yang akan dilaksanakan dijabarkan sebagai berikut:
a. Perencanaan
b. Pelaksanaan Tindakan
c. Observasi
d. Refleksi
2.
Fokus
Masalah
Agar
pemecahan masalah lebih terfokus, rumusan masalah dan pertanyaan penelitian
tindakan dalam hal sebagai berikut:
a.
Model
pembelajaran yang digunakan pada pembelajaran IPAtentang Pesawat Sederhana adalah model Snowball Trowing.
b. Materi pembelajaran IPA yang akan dijadikan
penelitian adalah mengenai Pesawat
Sederhana.
c. Penelitian yang digunakan adalah
penelitian tindakan kelas pada pembelajaran IPA tentang Pesawat Sederhana di kelas V MI Miftahulfallah 1 Rancasari.
3. Teknik dan Instrumen Penelitian
a.
Subjek
Penelitian
Subjek penelitian adalah siswa kelas V MI Miftahulfalah 1 Rancasari
tahun ajaran 2013/2014. Siswa di kelas ini berjumlah 24 orang siswa, terdiri
dari 13 siswa laki-laki dan 11 siswa perempuan yang secara keseluruhan memiliki
karakteristik umum seperti kelas-kelas lainnya.
b.
Langkah-langkah
Penelitian
Langkah-langkah
penelitian tindakan kelas ini terdiri atas dua siklus, yang meliputi:
a. Perencanaan
Dalam tahap
penyusunan perencanaan, peneliti menentukan titik atau fokus peristiwa yang
perlu mendapatkan perhatian khusus untuk diamati, kemudian membuat instrumen
pengamatan untuk membantu peneliti mengetahui fakta yang terjadi selama
tindakan berlangsung.
b. Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan tindakan
merupakan implementasi atau penerapan isi rancangan, yaitu mengenai tindakan
dikelas. Hal yang perlu diingat adalah bahwa dalam tahap ini pelaksanaan guru
harus ingat dan berusaha menaati apa yang sudah dirumuskan dalam perencanaan,
tetapi harus pula berlaku wajar, tidak dibuat-buat.
c. Observasi
Observasi yaitu
kegiatan pengamatan yang dilakukan olehpeneliti. Pelaksanaan pengamatan ini
dilakukan pada waktu tindakan sedang berlangsung. Jadi, keduanya berlangsung
dalam waktu yang sama.
d. Refleksi
Refleksi yaitu uraian tentang prosedur analisis terhadap hasil pemantauan dan
refleksi berkenaan dengan proses dan dampak tindakan perbaikan yang akan
digelar, personel yang akan dilibatkan, serta kriteria dan rencana bagi tindakan
siklus berikutnya (Masnur Muslich, 2012:205).
Identifikasi
Masalah
|
Siklus 1
|
Siklus 2
|
Refleksi Siklus 1
|
Refleksi Siklus 2
|
Menyusun
Rencana
|
Tindakan & Observasi
Pembelajaran Siklus 1
|
Tindakan & Observasi
Pembelajaran Siklus 2
|
Perbaikan
Rencana
|
Evalusi
Keseluruhan
Tindakan&MembuatRekomendasi
(Saran)
|
Gambar 1.1 Bagan Model Dasar Siklus PTK
c.
Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di MI Miftahulfalah 1 Rancasari Kota Bandung dengan pertimbangan
sebagai berikut :
1)
Sekolah tersebut
telah memenuhi syarat untuk dijadikan objek penelitian sebagaimana sekolah pada
umumnya, baik dalam bidang administrasi maupun dalam proses belajar mengajar.
2)
Sekolah tersebut
memiliki jumlah siswa yang memadai untuk dijadikan objek penelitian, khususnya
di kelas V.
3)
Di sekolah ini belum
pernah diadakan penelitian yang sejenis dengan yang dilakukan.
d.
Teknik Pengumpulan
Data
Teknik pengumpulan data yang
digunakan dalam Penelitian Tindakan Kelas ini adalah lembar observasi dan
dokumentasi.Data dikumpulkan secara kuantitatif dan kualitatif. Uraian
masing-masng teknik tersebut dijelaskan lebih rinci di bawah ini:
1)
Observasi
Menurut Nawawi
& Martini, observasi adalah pengamatan dan pencatatan secara sistematik
terhadap unsur-unsur yang tampak dalam suatu gejala-gejala dalam objek
penelitian (Afifuddin, 2009: 134).
Observasi dilakukan
pada siswa kelas V MI Miftahulfalah 1 Rancasari Kota Bandung.Observasi dilaksanakan untuk
memperoleh data aktivitas belajar siswa selama pembelajaran
berlangsung. Observasi ini dilakukan dengan menggunakan lembar observasi yang
telah disusun. Obsevasi dilakukan oleh observer.
2)
Dokumentasi
Dokumentasi adalah teknik pengumpulan
data dan informasi melalui pencarian dan penemuan bukti-bukti. Metode
dokumenter ini merupakan metode pengumpulan data yang berasal dari sumber
nonmanusia. Salah satu bahan dokumenter adalah foto.Foto bermanfaat sebagai
sumber informasi karena mampu membekukan dan menggambarkan peristiwa yang terjadi
(Afifuddin, 2009: 141).
Pengambilan dokumentasi berupa
fotodilakukan pada kelas V MI Miftahulfalah 1 Rancasari Kota Bandung.Dilakukan
dengan memotret atau pengambilan gambar aktivitas siswa selama pembelajaran
berlangsung.
3)
Data Kualitatif
Data kualitatif adalah penelitian yang berdasarkan pada kondisi objektif
alamiah yang terjadi di kelas, yang terdiri dari:
a.
Pengamatan oleh
peneliti sebagai observer, yaitu pengamatan yang dilakukan terhadap siswa
selama KBM berlangsung, pengamatan ini dilakukan untuk mengumpulkan data
aktivitas belajar siswa.
b.
Pengamatan yang
dilakukan oleh observer terhadap guru untuk mengamati jalannya proses
pembelajaran yang dilaksanakan guru di kelas.
4)
Data Kuantitatif
Data kuantitatif adalah data yang diperoleh dari analisis tindakan oleh
guru dan aktivitas belajar siswa melalui lembar observasi.
f.
Prosedur Analisis
Data
Untuk mengetahui adanya peningkatan
aktivitas belajar siswa dengan melalui modelsnowball
throwing pada mata pelajaran IPA pokok bahasan pesawat sederhana digunakan
paparan sederhana dari hasil analisis lembar observasi yaitu dengan menceklist
(√) pada kolom “Ya” atau “Tidak” pada masing-masing tahapan/kegiatan yang
dilakukan oleh guru dan siswa pada saat proses pembelajaran. Point 1 untuk
kegiatan yang terlaksana/meningkat dan point 0 untuk kegiatan yang tidak
terlaksana. Adapun langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:
·
Menghitung jumlah
skor aktivitas siswa yang telah diperoleh.
·
Mengubah jumlah
skor yang diperoleh menjadi nilai persentase dengan rumus:
NP =
X 100 %(Purwanto,
2006: 102)
Keterangan:
NP = Nilai persen aktivitas siswa yang
dicari/yang dicapai.
R = Jumlah skor yang diperoleh
SM = Skor maksimal ideal
100 = Bilangan tetap
·
Menginterpretasikan
persentase yang diperoleh ke dalam kriteria keterlaksanaan sebagai berikut:
Tabel Kriteria Keterlaksanaan Aktivitas Pembelajaran
No
|
Presentase
Keterlaksanaan
|
Kategori
|
1
|
0 – 24
|
Kurang Aktif
|
2
|
25 – 49
|
Cukup Aktif
|
3
|
50 – 74
|
Aktif
|
4
|
75 – 100
|
Sangat Aktif
|
(Purwanto,
2006: 102)
DAFTAR
PUSTAKA
Afifuddin, dkk.(2009). Metodologi Penelitian
Kualitatif.Bandung: Pustaka Setia.
Hanafiah,
dkk.(2010). Konsep Dasar Pendidikan Tindakan Kelas dan Model-Model
Pembelajaran.Bandung: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Islam Nusantara.
Hanafiah Nanang. (2012). Konsep
Strategi Pembelajaran. Bandung: Refika Aditama.
Huda Miftahul. (2013). Model-Model Pengajaran dan Pembelajaran.Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Musclih Masnur.
(2012). Melaksanakan PTK Itu Mudah.Jakarta: Bumi Aksara.
Purwanto, Ngalim. (2006). Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung: Remaja Rosda
Karya.
Sanjaya Wina. (2008). Strategi pembelajaran berorientasi Standar
Proses Pendidikan.Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Sanjaya Wina. (2009). Kurikulum dan Pembelajaran: Teori dan
Praktik Pengembangan Kurikulum KTSP. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Suprijono
Agus. (2013). Cooperative Learning.Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Trianto.(2011). Model pembelajaran Terpadu (Konsep, Strategi,
dan Implementasinya dan Kurikulum Tingkat satuan Pendidikan (KTSP).
Jakarta: Bumi Aksara.
0 Response to "UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADA PELAJARAN IPA SUB POKOK BAHASAN PESAWAT SEDERHANAMELALUI MODEL SNOWBALL THROWING (Penelitian Tindakan Kelas di Kelas V MI MIftahulfalah 1 Kecamatan Rancasari Kota Bandung)"
Post a Comment