BAB I
PENDAHULUAN
A.
LatarBelakangMasalah
Pendidikan adalah
proses memproduksi sistem nilai dan budaya kearah yang lebih baik, antara lain
dalam pembentukan kepribadian, keterampilan dan perkembangan intelektual siswa.
Dalam lembaga formal proses reproduksi sistem nilai dan budaya ini dilakukan
terutama dengan mediasi proses belajar mengajar sejumlah mata pelajaran di
kelas. Salah satu mata pelajaran yang turut berperan penting dalam pendidikanwawasan, keterampilan dan sikap ilmiah sejak dini bagi anak adalah mata
pelajaran IPA.
Ilmu Pengetahuan Alam adalah pengetahuan yang rasional
dan objektif tentang alam semesta dengan
segala isinya. IPA membahas tentang
gejala-gejala alam yang disusun secara sistematis olah manusia yang didasarkan
pada hasil percobaan dan pengamatan yang dilakukan manusia. Pembelajaran IPA
berupaya membangkitkan minat manusia agar mau meningkatkan kecerdasan dan
pemahamannya tentang alam seisinya yang penuh rahasia yang tak habis-habisnya.
Khusus untuk IPA di MI hendaknya membuka
kesempatan untuk memupuk rasa ingin tahu siswa secara alamiah dan juga bisa
dikaitkan dengan akhlak mereka dalam kehidupan sehari-hari. Menurut pandangan
konstruktivisme keberhasilan belajar bukan hanya bergantung lingkungan atau
kondisi belajar melainkan juga pada pengetahuan awal siswa. Pengetahuan itu
tidak dapat dipindahkan secara utuh dari pikiran guru ke siswa, namun secara
aktif dibangun oleh siswa sendiri
melalui pengalaman nyata, hal ini sesuai dengan apa yang dilakukan oleh Piaget
yaitu belajar merupakan proses adaptasi
terhadap lingkungan yang melibatkan asimilasi, yaitu proses bergabungnya
stimulus kedalam struktur kognitif. Bila stimulus baru tersebut masuk kedalam
struktur kognitif diasimilasikan, maka akan terjadi proses adaptasi yang disebut
kesinambungan dan struktur kognitif menjadi bertambah.
Dengan demikian jelas bahwa tahap berfikir anak usia MI harus
dikaitkan dengan hal-hal
yang nyata dan pengetahuan awal siswa yang
telah dibangun mereka dengan sendirinya. Pada saat pembelajaran IPA di kelas V
MI Negeri 1 Tegal Kepuh Kecamatan Surade Kabupaten Sukabumi, mengenai
jenis-jenis tanah dan tingkat kesuburannya, guru diawal pembelajaran tidak
melakukan apersepsi, guru langsung menulis materi di papan tulis, kemudian
siswa disuruh mancatat materi tersebut, setelah siswa mencatat guru langsung
menjelaskan materi, ketika guru menjelaskan banyak siswa yang tidak
memperhatikan penjelasan guru, mereka bergurau, ngobrol dengan teman-temannya.
Bahkan ada siswa yang menaikan kakinya ke atas meja. Melihat kondisi kelas
seperti itu guru langsung memberikan pertanyaan kepada siswa seputar materi,
namun mereka terdiam dan tidak paham. Dalam proses pembelajaran,
guru juga tidak melakukan percobaan mengenai jenis-jenis tanah, pembelajaran
yang dilakukan guru tidak berpusat pada siswa.
Pada saat guru melakukan evaluasi sebagian siswa tidak
dapat menjawab soal evaluasi sehingga hasil evaluasi siswa pun tidak sesuai
dengan apa yang diharapkan, yaitu nilainya dibawah KKM. Adapun nilai yang
diperoleh siswa pada pembelajaran tersebut dibawah rata-rata.
Dengan jumlah siswa 25, hanya 10 siswa yang mendapatkan nilai di
atas 6 atau sekitar 40 %. Siswa yang mendapatkan nilai di bawah 6 sebanyak 15
atau sekitar 60 %,Yaitudengan
rata-rata 5,28. Dengan demikian tujuan
pembelajaran tidak sesuai dengan apa yang diharapkan.
Dari analisis masalah yang ada, ditemukanlah beberapa
penyebab masalah, antara lain :pada awal pembelajaran guru tidak melakukan
apersepsi, guru kurang membangkitkan motivasi terhadap pembelajaran, siswa
tidak memperhatikan penjelasan guru, dalam menyampaikan materi kurang menarik
sehingga pembelajaran terasa membosankan dan dalam pembelajaran juga guru tidak
melakukan percobaan mengenai jenis-jenis tanah.
Pembelajaran yang terjadi di atas mengakibatkan siswa
tidak paham tentang jenis-jenis tanah dan siswa tidak berani mengungkapkan
pendapatnya. Masih sering terjadi, dalam pembelajaran IPA guru mengharapkan
siswa diam dengan sikap duduk tegak dan menghadap ke depan, sementara guru
dengan fasih menceramahkan materi IPA. Pembelajaran demikian jelas bertentangan
dengan hakikat anak dan pendidikan IPA itu sendiri. Pembelajaran IPA yang
efektif dicirikan antara lain oleh tingginya kemampuan pembelajaran tersebut
dalam menyajikan hakekat pendidikan IPA di MI yakni sebagai proses, produk dan
sikap.
Untuk mengatasi permasalahan di atas, peneliti mencoba
menerapkan model pembelajaran konstruktivisme dalam pembelajaran IPA. Karena
pembelajaran yang mengacu pada pandangan konstruktivisme lebih memfokuskan pada
kesuksesan dan keaktifan siswa dalam mengorganisasikan pengalaman mereka,
dengan kata lain siswa lebih berpengalaman untuk mengkonstruksikan sendiri
pengetahuan mereka melalui asimilasi dan akomodasi.
Latar belakang di atas mendorong penulis untuk megambil
fokus penelitian dengan judul “Upaya penerapan model pembelajaran
konstruktivisme untuk meningkatkan pemahaman siswa pada mata pelajaran ipa
mengenai jenis-jenis tanah (penelitian tindakan kelas, pada siswa kelas V MI
Negeri 1 Tegal Kepuh Kecamatan Surade Kabupaten Sukabumi)”.
B. Perumusan
Masalah
Berdasarkan latar
belakang masalah yang diuraikan di atas, maka rumusan masalah penelitian
tindakan kelas yaitu :
1) Bagaimana penerapan model
pembelajaran konstruktivisme untuk meningkatkan pemahaman siswa dalam
pembelajaran IPA pada pokok bahasan tanah di kelas V MI Negeri 1 Tegal Kepuh
Kecamatan Surade Kabupaten Sukabumi?
2)
Bagaimana
kemampuan pemahaman IPA siswa pada setiap siklus pembelajaran yang sedang
berlangsung dengan menggunakan modelpembelajarankonstruktivisme?
3)
Bagaimana
kemampuan pemahaman siswa setelah mengikuti seluruh siklus pembelajaran dengan
menggunakan model pembelajarankonstruktivisme?
C. Tujuan
Penelitian
Berdasarkan
pertanyaan penelitian tindakan kelas yang terdapat dalam perumusan masalah di
atas, maka penelitian ini bertujuan :
1) Mengetahui gambaran penerapan model
pembelajaran konstruktivisme untuk meningkatkan pemahaman siswa dalam
pembelajaran IPA pada pokok bahasan tanah di kelas V MI Negeri 1 tegal kepuh
kec. Surade kab. sukabumi
2)
Mengetahui
kemampuan pemahaman konsep siswa pada setiap siklus pembelajaran yang sedang
berlangsung dengan menggunakan model pembelajaran konstruktivisme
3)
Mengetahui
kemampuan pemahaman siswa setelah mengikuti seluruh siklus pembelajaran dengan
menggunakan model pembelajaran konstruktivisme
D. HipotesisTindakan
Dari hasil
analisis tindakan, penulis membuat hopotesis bahwa, jika guru menggunakan model
pembelajaran konstruktivisme maka pemahaman siswa tentang jenis-jenis tanah
akan meningkat.
E. MetodologiPenelitian
1. Rencana Penelitian
a) Tempat Penelitian
Lokasi tempat
penulis melaksanakan penelitian adalah MI Negeri 1 Tegal Kepuh, dengan alamat
jalan Surade, Desa Pasir Ipis, Kecamatan Surade, Kabupaten Sukabumi. Lokasi ini
dipilih sebagai tempat penelitian karena data yang diperoleh ada di sekolah ini.
b) Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas V MI
Negeri 1 Tegal Kepuh Tahun Pelajaran 2012/2013 yang berjumlah 25 orang, terdiri
dari 17 siswa laki-laki dan 8 siswa perempuan. Latar belakang ekonomi orang tua
adalah menengah ke bawah. Pendidikan orang tua siswa 65 % MI. Mata Pencahariannya 90 % sebagai
wiraswasta dan sisanya sebagai buruh dan pegawai. Alasan peneliti memilih
sampel kelas V yaitu karena peneliti mengajar di kelas V sehingga peneliti
mengetahui karakteristik siswa.
c) Waktu penelitian
Diperkirakan penelitian tindakan
kelas ini akan dilaksanakan sekitar bulan februari sampai dengan bulan juli
2013
2. Prosedur Penilaian
Prosedur yang dilaksanakan dalam penelitian
tindakan kelas ini berbentuk siklus yang akan berlangsung lebih dari satu
siklus bergantung dari tingkat keberhasilan dari target yang akan dicapai,
dimana setiap siklus bisa terdiri dari satu atau lebih pertemuan. Adapun
prosedur penelitian yang dipilih yaitu dengan menggunakan model spiral dari
Kemmis dan Mc Taggart (1998). Siklus model Kemmis dan Mc Taggart ini dilakukan
secara berulang dan berkelanjutan, seperti siklus di bawah ini :
Gambar
1
Model
Penelitian Tindakan Kelas Kemmis & Mc Taggart
(Suharsimi
Arikunto, 2006 : 97)
Langkah-langkah pada modul siklus Kemmis dan Taggart di
atas yaitu sebagai berikut :
1)
Perencanaan tindakan
2)
Pelaksanaan tindakan
3)
Observasi
4)
refleksi.
a.
Perencanaan tindakan
Tahap ini
mencakup semua perencanaan tindakan seperti pembuatan rencana pelaksanaan
pembelajaran yang dialami, menyiapkan metode alat dan sumber pembelajaran serta
merencanakan pula langkah-langkah dan tindakan apa yang akan dilakukan untuk
menguji hipotesis yang telah ditetapkan.
Dalam tahap ini penulis menetapkan seluruh
rencana tindakan yang akan dilakukan untuk memperbaiki praktek pembelajaran
mengenai jenis-jenis tanah, yaitu dengan menerapkan pembelajaran
konstruktivisme, adapun langkah-langkah perencanaannya yaitu :
1) Meminta izin kepada kepala
sekolah dan guru MI kelas V.
2) Membuat rencana pelaksanaan
pembelajaran.
3) Merumuskan langkah-langkah
dan tindakan yang akan dilakukan untuk menguji hipotesis.
4) Memilih prosedur evaluasi penelitian.
5) Melaksanakan tindakan.
b.
Pelaksanaan Tindakan
Dalam tahap ini
langkah-langkah pembelajaran dan tindakan mengacu pada perencanaan yang telah
dibuat yaitu :
Tahap Awal Pembelajaran
1) Guru mengucapkan salam.
2) Guru mengkondisikan siswa
kearah pembelajaran.
3) Guru mengecek kehadiran
siswa.
4) Guru melakukan apersepsi
dengan mengajukan pertanyaan
Tahap Inti Pembelajaran
1) Siswa dibagi kedalam 5
kelompok (tiap kelompok terdiri dari 4-5 orang). Seminggu sebelum dilaksanakan
pembelajaran tiap kelompok ditugaskan untuk membawa alat pencukil tanah.
2) Guru mengkondisikan siswa
supaya duduk berkelompok.
3) Siswa menyimak panjelasan
guru tentang tugas yang harus diselesaikan dalam kelompoknya.
4) Guru memberikan LKS kepada
setiap kelompok.
5) Masing-masing kelompok
melakukan percobaan untuk membuktikan bahwa jenis tanah itu berbeda-beda
6) Siswa berdiskusi untuk
menyelesaikan tugas yang terdapat dalam LKS.
7) Siswa bersama guru membahas
LKS yang telah didiskusikan dalam kelompok.
8) Siswa bersama guru
menghubungkan materi pelajaran mengenai jenis-jenis tanah dan manfaatnya dengan
kehidupan kehidupan sehari-hari.
9) Siswa diberi kesempatan
untuk menanyakan apa yang telah dipelajari bersama.
10) Guru melakukan evaluasi.
Tahap Akhir Pembelajaran
1) Guru dan siswa menyimpulkan
materi yang telah dipelajari.
2) Melakukan tindak lanjut.
c.
Observasi
Pada tahap ini
terdiri dari pengumpulan data serta mencatat setiap aktivitas siswa dan kinerja
guru pada saat pelaksanaan tindakan berlangsung. Observer bertugas mengamati
kinerja guru dan aktivitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung dengan
mengacu pada lembar observasi.
Observasi ini
dilakukan oleh peneliti yaitu dengan mengamati aktivitas siswa dan kinerja guru
dalam pembelajaran IPA mengenai jenis-jenis tanah dari awal pembelajaran sampai
akhir pembelajaran. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah aktivitas siswa
dan kinerja guru sudah sesuai dengan apa yang tercantum dalam lembar observasi
atau tidak. Sehingga hasil observasi
dapat diperbaiki pada siklus berikutnya.
d.
Refleksi
Refleksi
merupakan pengkajian hasil data yang telah diperoleh saat observasi oleh
peneliti, praktikan dan pembimbing. Refleksi berguna untuk memberikan makna
terhadap proses dan hasil (perubahan) yang telah dilakukan. Hasil refleksi yang
ada dijadikan bahan pertimbangan untuk membuat perencanaan tindakan dalam
siklus selanjutnya yang berkelanjutan sampai pembelajaran dinyatakan berhasil.
Peneliti akan melakukan refleksi diakhir pembelajaran dengan
merenungkan kembali secara intensif kejadian atau peristiwa yang menyebabkan
sesuatu yang diharapkan atau tidak diharapkan. Refleksi merupakan bagian yang
sangat penting untuk memahami dan memberikan makna terhadap proses dan hasil
pembelajaran yang terjadi yang dilakukan dengan cara sebagai berikut :
1)
Mengecek kelengkapan data pengumpulan data yang terjaring selama
proses tindakan.
2)
Mendiskusikan dan pengumpulan data antara guru, peneliti dan
kepala sekolah (pembimbing) berupa hasil nilai siswa, hasil pengamatan, catatan
lapangan, dan lain-lain.
3)
Penyusunan rencana tindakan berikutnya yang dirumuskan dalam
skenario pembelajaran dengan berdasar pada analisa data dari proses dalam
tindakan sebelumnya untuk memperbaiki proses pembelajaran yang telah dilakukan
pada siklus I untuk menyusun tindakan yang akan dilakukan pada siklus II.
3. Instrumen Penelitian
a. pedoman Observasi
Pedoman observasi
yang dilakukan peneliti, untuk mengamati seluruh kegiatan yang berlangsung baik
dari kinerja guru maupun aktivitas siswa, mulai dari awal pembelajaran sampai
akhir pembelajaran IPA. Tujuan tindakan observasi adalah untuk memperoleh data
perilaku siswa sehingga didapatkan hasil perubahan perilaku siswa dalam
memperbaiki pembelajaran (format observasi terlampir).
b. Pedoman Wawancara
Wawancara adalah
sebuah dialog yang dilakukan oleh pewawancara untuk memperoleh informasi dari
terwawancara. Yang diwawancarai oleh peneliti adalah guru dan siswa. Pedoman
wawancara ini bisa mengenai pembelajaran yang telah dilaksanakan. Tujuan
diadakannya wawancara adalah untuk memperoleh data verbal atau konfirmasi dari
siswa dan guru mengenai penyebab kesulitan siswa dalam memahami konsep
perubahan sifat-sifat benda dikelas V MI Negeri 1 Tegal Kepuh (format wawancara
terlampir).
c. Tes
Tes adalah serentatan
pertanyaan atau latihan yang digunakan untuk mengukur kemampuan siswa. Tes yang
digunakan peneliti untuk mengetahui kemampuan siswa dalam memahamikonsepperubahansifat-sifatbenda. Tes yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu tes tertulis
berbentuk pilihan ganda 10 soal dan uraian sebanyak 5 soal.
4. Data dan Sumber Data
Data dalam
penelitian ini diperoleh dari hasil observasi, wawancara dan tes yang dilakukan
terhadap siswa kelas V MI Negeri 1 Tegal Kepuh Kecamatan Surade Kabupaten Sukabumi berkaitan
dengan pemahaman siswa mengenai jenis-jenistanah.
Sumber data dalam
penelitian ini adalah siswa kelas V MI Negeri 1 Tegal Kepuhdan
guru sebagai mitra peneliti serta seluruh komponen sekolah.
1. Validasi Data
Validasi data
yang dipilih peneliti dalam penelitian ini merujuk pada pendapat Hopkins (dalam
Wiraatmadja, 2005 : 168-171), yaitu :
a) Member chek, memeriksa kembali keterangan-keterangan atau informasi yang
diperoleh selama observasi atau wawancara dilakukan dengan cara mengkonfirmasi
dengan guru dan siswa melalui diskusi pada akhir pembelajaran.
b) Triangulasi, yaitu memeriksa kebenaran data yang diperoleh peneliti dengan
membandingkan terhadap hasil yang diperoleh mitra peneliti secara kolaboratif.
c) Audit Trail, yaitu mengecek kebenaran prosedur dan metode pengumpulan data
dengan cara mendiskusikan dengan pembimbing.
d) Expert Opinion, pengecekan terakhir terhadap kesahihan temuan peneliti kepada
pakar profesional, dalam hal ini penulis mengkonfirmasikan temuan kepada
pembimbing atau dosen. Berdasarkan validasi diatas, maka validasi data yang
akan digunakan oleh peneliti yaitu member chek dan triangulasi.
Untuk validasi member chek, setelah wawancara dengan guru dan siswa
serta observasi terhadap kinerja guru dan aktivitas siswa dalam pembelajaran
IPA. Peneliti memeriksa hasil wawancara dan obsevasi, apakah sudah tercatat
sesuai yang terjadi atau ada yang belum tercatat.
Dalam melakukan triangulasi,
setelah observasi dan wawancara terhadap kinerja guru dan aktivitas siswa
peneliti akan membandingkan serta mendiskusikan hasil observasi tersebut dengan
guru kelas V pada saat pembelajaran IPA.
1.
Analisis Data
Setelah semua data diperoleh dengan alat pengumpul data yang
telah ditetapkan, maka langkah selanjutnya adalah proses analisis data. Dalam
tahapan penganalisisan ini akan dilakukan prosedur penghitungan statistik.
Data yang dianalisis meliputi: tes akhir siklus dengan tujuan
mengetahui tingkat ketuntasan belajar siswa dalam memahami materi pelajaran IPA
dan untuk mengukur kemampuan pemahaman siswa akan dilakukan melalui:
a)
Ketuntasan Individu
Pada analisis ini dilakukan dengan menggunakan aturan ketuntasan
yang berlaku di MIN 1 TegalKepuh, dengan KKM rata-rata 60 maka siswa telah dikatakan
tuntas belajar, artinya siswa dapat mengerjakan soal dengan minimal 60%. Untuk
mengetahui ketuntasan belajar secara individu diperoleh dengan menggunakan rumus
sebagai berikut:
ketercapaian individu
b)
Ketuntasan Klasikal
Pada ketuntasan klasikal ini hasil belajar dapat dilihat dari
hasil proses pembelajaran secara berkelompok. Ketuntasan klasikal dapat
dikatakan jika sekurang-kurangnya siswa telah tuntas belajar sebesar 80%, dan
jika perolehan mencapai 70% maka dikatakan cukup, dan dikatakan kurang jika
perolehan kuurang dari 60%. Untuk menentukan skor yang diperoleh digunakan
persamaan sebagai berikut:
ketuntasan klasikal
c)
Daya Serap Klasikal
Daya serap belajar
klasikal digunakan untuk mengetahui apakah materi pelajaran dapat dilanjutkan
atau tidak. Jika daya serap belajar klasikal siswa ≥60% maka materi pelajaran
suah diperbolehkan untuk dilanjutkan. Untuk menghitung daya serap siswa
digunakan rumus :
Diadaptasi suherman (Astusti,2009:23)
2. Kriteria analisis data observasi
Cara pengisian lembar
observasi untuk setiap pertemuan yaitu dengan memberikan tanda checklist (√) pada kolom “Ya” atau
“Tidak” untuk setiap aktivitas yang dilakukan guru dan siswa selama proses
pembelajaran. Skor untuk kolom “Ya” adalah 1 sedangkan kolom “Tidak” skornya
adalah 0. Adapun langkah-langkah analisis selanjutnya adalah sebagai berikut :
1. Menghitung jumlah skor keterlaksanaan
yang dicari
2. Mengubah jumlah skor untuk setiap
pertemuan yang telah diperoleh menjadi nilai persentase dengan menggunakan
rumus :
Keterangan
:
NP
= Nilai persentase keterlaksanaan yang dicari
R = Jumlah skor yang diperoleh
SM
= Skor maksimal ideal
100=
Bilangan konstan
3. Menghitung persentase keterlaksanaan
tertinggi dan terendah serta membuat deskripsi berdasarkan komentar observer
4. Menghitung rata-rata persentase
keterlaksanaan model pembelajaran konstruktivisme untuk ketiga pertemuan dengan
menggunakan rumus :
5. Menghihtung rata-rata persentase
keterlaksanaan untuk seluruh pertemuan berdasarkan setiap tahapan model
6. Menganalisis keterlaksanaan setiap
tahapan metode pembelajaran berdasarkan komentar observer
7. Mengubah persentase yang diperoleh ke
dalam kriteria keterlaksanaan sebagai berikut :
Tabel
5.
Kriteria
Keterlaksanaan Model Pembelajaran Konstruktivisme
No.
|
Persentase Keterlaksanaan
|
Kategori
|
1.
|
0 % - 19 %
|
Kurang Sekali
|
2.
|
20 % - 39 %
|
Kurang
|
3.
|
40 % - 59 %
|
Cukup
|
4.
|
60 % - 79%
|
Baik
|
5.
|
80 % - 100 %
|
Baik sekali
|
(Purwanto dalam
Hamidah, 2012 : 24)
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, dkk, 2010.
Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta:
PT. Bumi Aksara
BSNP, 2006. Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah.
Hamidah,
Ni’mah. 2012. Model Pembelajaran Bebasis
Fenomena (PBF) untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Siswa Pada Materi Getaran
dan gelombang. Skripsi Program Studi MIPA Fakultas Tarbiyah dan Keguruan
Univesitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung. Tidak diterbitkan.
Karli, H., Sri Yuliariatiningsih M. 2004. Implementasi
Kurikulum Berbasis
Kompetensi. Bandung :
Bina Media Informasi.
Kartini. 2007. Model-model
Pembelajaran (Modul). STAIN Cirebon.
Nasution, H. Noehi. 1999. Pendidikan IPA di SD. Jakarta :
Universitas Terbuka.
Wiriaatmadja, Rochiati. 2009. Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: PT RemajaRosda Karya.
JADWAL
KEGIATAN PENELITIAN
No
|
Kegiatan
|
Bulan
|
||||||||||||||||||||||||
I
|
II
|
III
|
IV
|
V
|
VI
|
|||||||||||||||||||||
1
|
2
|
3
|
4
|
1
|
2
|
3
|
4
|
1
|
2
|
3
|
4
|
1
|
2
|
3
|
4
|
1
|
2
|
3
|
4
|
1
|
2
|
3
|
4
|
|||
1
|
Penyusunan proposal
|
|
x
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
2
|
Pengajuan proposal
|
|
|
|
|
|
|
x
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
3
|
Revisi proposal
|
|
|
|
|
|
|
x
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
4
|
Seminar proposal
|
|
|
|
|
|
|
|
x
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
5
|
Pengurusan izin
|
|
|
|
|
|
|
|
|
x
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
6
|
Pembuatan instrumen penelitian.
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
x
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
7
|
Pelaksanaan dan kegiatan penelitian dan
tindakan siklus I
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
x
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
8
|
Pelaksanaan dan kegiatan penelitian dan
tindakan siklus II
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
x
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
9
|
Pelaksanaan dan kegiatan penelitian dan
tindakan siklus III
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
x
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
10
|
Penyusunan laporan
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
x
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
11
|
Revisi laporan
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
x
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
12
|
Penyerahan laporan
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
x
|
|
|
|
|
|
|
|
0 Response to "Upaya penerapan model pembelajaran konstruktivisme untuk meningkatkan pemahaman siswa pada mata pelajaran ipa mengenai jenis-jenis tanah "
Post a Comment