Makalah Penelitian Model Cooperatif Script

BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang Masalah
Pendidikan yang berkualitas akan menjadikan sumber daya manusia yang berkualitas. Sumber daya manusia yang berkualitas merupakan faktor yang sangat penting bagi pembangunan bangsa. Karena itu, pendidikan harus dilaksanakan dengan semestinya agar tujuan bangsa Indonesia yang terdapat pada UUD 1945 alinea ke-4 yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa tercapai. Dalam UU No. 20 Tahun 2003 bab 1 ayat 1 dinyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kemampuan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat bangsa, dan negara.
Berlandaskan pada undang-undang tersebut maka pendidikan yang dilakukan harus bisa membuat peserta didik mengembangkan potensi yang ada pada dirinya. pengertian “pendidikan” menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia yang dikutif Muhibbin Syah (2010:10) ialah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan. Sedangkan menurut Poerbakawatja dan Harahap dalam buku Muhibbin syah (2010:11) Pendidikan adalah usaha secara sengaja dari orang dewasa untuk dengan pengaruhnya meningkatkan si anak ke kedewasaan yang selalu diartikan mampu menimbulkan tanggung jawab moril dari segala perbuatannya. Poerbakawatja juga menyebutkan Orang dewasa itu adalah orang tua si anak atau orang tua yang atas dasar tugas dan kedudukannya mempunyai kewajiban untuk mendidik misalnya guru sekolah, pendeta atau kiai dalam lingkungan keagamaan kepala-kepala asrama dan sebagainya. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2012:232) Pendidikan berasal dari kata “didik”, lalu kata ini mendapat awalan me sehingga menjadi “mendidik”, artinya memelihara dan memberi latihan. Dalam memelihara dan memberi latihan diperlukan adanya ajaran, tuntutan, dan pimpinan mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran.
Faktor yang mendukung pendidikan dalam proses pembelajaran sebenarnya sangat kompleks dan dapat ditinjau dari berbagai hal. Adapun  hal-hal yang mendasar dan menentukan hasil pembelajaran siswa diantaranya pemilihan dan penggunaan model pembelajaran.
Wati (2012:40) menjelaskan bahwa Model Pembelajaran adalah sebagai pola interaksi siswa dengan guru di dalam kelas yang menyangkut strategi, pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran yang diterapkan dalam pelaksanaan kegiatan belajar-mengajar di kelas. Berbagai model pembelajaran yang ada, salah satunya yaitu model Cooperative Learning. Menurut Slavin yang dikutip Etin (2009:4)  menyatakan cooperative learning adalah suatu model pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolabororatif yang anggotaya terdiri dari 4-6 orang, dengan struktur kelompok yang heterogen. Etin (2009:4) mengatakan bahwa model cooperative learning mendorong peningkatan kemampuan siswa dalam memecahkan berbagai permasalahan yang ditemui selama pembelajaran, karena siswa dapat bekerja sama dengan siswa lain dalam menemukan dan merumuskan alternative pemecahan terhadap masalah materi pelajaran yang dihadapi.
Salah satu bentuk atau model pembelajaran kooperatif adalah Pembelajaran cooperative script. Miftahul A’la (2011: 97), mengatakan model pembelajaran cooperative script disebut juga Skrip kooperatif yaitu metode belajar dimana siswa bekerja berpasangan dan secara lisan mengikhtisarkan bagian-bagian dari materi yang dipelajarinya dalam ruangan kelas. Sementara menurut Slavin yang dikutip ijah nurhadijah (2013:2) Cooperative script adalah model pembelajaran dimana siswa bekerja berpasangan dan mengikhtisarkan bagian-bagian dari materi yang dipelajari. Slavin juga menyebutkan Cooperative script merupakan model pembelajaran yang dapat meningkatkan daya ingat siswa. Sehingga model pembelajaran ini dapat meningkatkan hasil belajar kognitif siswa.
Menurut Suprijono (2012:5) menyatakan hasil belajar adalah pola-pola perbuatan nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan. Sementara Winataputra dan Rosita (1996:177) menyatakan Hasil belajar adalah sesuatu yang dialami siswa dalam proses pengetahuan kemampuannya merupakan apa yang diperolehnya. Pengalaman tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti kualitas interaksi antar siswa dan karakteristik siswa.
Hasil belajar termasuk kedalam beberapa ranah, diantaranya ranah kognitif, afektif, dan psikomotoris, ranah kognitif paling banyak digunakan oleh guru dalam pembelajaran di sekolah. Hal ini, karena ranah kognitif berkaitan dengan kemampuan siswa dalam menguasai isi bahan pengajaran. Hasil belajar aspek pengetahuan termasuk tingkat kognitif yang paling rendah, meliputi pengetahuan faktual dan pengetahuan hafalan atau untuk diingat. Namun, tipe hasil belajar pengetahuan menjadi prasarat bagi pemahaman.
Menurut Sudjana yang dikutip Zul Afdal (2012) dalam artikelnya menyatakan ranah kognitif merupakan hasil belajar yang berhubungan dengan kemampuan intelektual. Ranah kognitif meliput enam aspek, yakni 1)pengetahuan atau ingatan (knowledge), 2) pemahaman, 3) aplikasi, 4) analisis, 5) sintesis, dan evaluasi. Aspek pengetahuan dan pemahaman merupakan kognitif tingkat rendah, sedangkan aspek aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi termasuk kognitif tingkat tinggi. Ranah afektif terdiri diri dari lima aspek, yaitu 1) penerimaan, 2) jawaban atau reaksi, 3) penilaian, 4) organisasi, dan 5) internalisasi. Sedangkan ranah psikomotoris berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak, yang meliputi enam aspek, yaitu 1) gerakan refleks, 2) keterampilan derak dasar, 3)kemampuan perseprtual, 4) gerakan ekspresif dan interpretative.
Prestasi hasil belajar yang didapatkan siswa tidak lepas dari proses berjalannya pendidikan tersebut. Pendidikan di Indonesia diberikan kepada peserta didik dalam bentuk beberapa mata pelajaran. Salah satunya mata pelajaran matematika, dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan mata pelajaran matematika perlu diberikan kepada semua peserta didik mulai dari sekolah dasar untuk membekali peserta didik dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan bekerjasama. Pembelajaran matematika dapat meningkatkan kemampuan siswa, apabila pembelajaran dilakukan dengan baik dan benar. Dalam hal ini guru harus melihat dari berbagai aspek yang dapat menjadikan pembelajaran menjadi efektif.
Hudoyo yang dikutip Wati, (2012:6) mendefinisikan matematika sebagai berikut : (1) Matematika adalah cabang ilmu pengetahuan eksak dan terorganisir secara sistematik. Matematika adalah pengetahuan tentang bilangan dan kalkulasi. (2) Matematika adalah pengetahuan tentang penalaran logic dan berhubungan dengan bilangan. (3) Matematika adalah pengetahuan tentang fakta-fakta kuantitatif dan masalah tentang ruang dan bentuk. (4) Matematika adalah pengetahuan tentang struktur-struktur  yang logika. (5) Matematika adalah pengetahuan tentang aturan-aturan yang ketat.  Sementara itu Wati (2011:69) mengungkapkan pembelajaran matematika disajikan untuk membangkitkan minat siswa agar mengasah dan menata pola berfikir. Berangkat dari hal itu maka proses pembelajaran matematika harus dilaksanakan secara benar dan tidak asal-asalan sehingga dapat meningkatkan kemampuan siswa.
Berdasarkan hasil pengamatan peneliti dan wawancara kepada guru matematika di kelas V MIN 2 Margasari Kota Bandung, sebagian siswa yang berjumlah 11 orang kelas V di MIN 2 Margasari, Kota Bandung masih rendah dalam pemahaman pada mata pelajaran matematika. Hal ini disebabkan dari sistem pembelajaran yang digunakan masih pembelajaran yang berpusat pada guru dengan menggunakan metode ceramah. Pada saat pembelajaran dilaksanakan siswa hanya duduk manis di bangkunya masing-masing sambil mendengarkan dan mencatat.
Kurangnya keaktifan siswa dalam proses pembelajaran berpengaruh terhadap pemahaman siswa. Siswa juga tidak terbiasa untuk belajar mandiri dan tidak akan belajar apabila tidak diberi penjelasan oleh guru. Akibatnya ketika dilakukan tes di akhir pembelajaran, banyak siswa yang tidak bisa menjawab pertanyaan dari guru mengenai materi yang telah disampaikan.
Berdasarkan permasalahan tersebut penulis berasumsi perlu ada perbaikan khususnya pada proses pembelajaran matematika di kelas V untuk meningkatkan hasil belajar kognitif siswa.
Sesuai uraian permasalahan diatas, maka peneliti akan menggunakan judul penelitian “Penerapan Model cooperative script untuk meningkatkan hasil pembelajaran kognitif siswa pada mata pelajaran matematika materi sifat-sifat bangun datar (PTK di kelas V MIN 2 Margasari Bandung)”.
B.       Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah ditemukan, maka secara umum permasalahan yang akan diteliti dalam penelitian ini dirumuskan dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut
1.      Bagaimana gambaran proses penerapan Model Cooperative Script pada pembelajaran matematika materi sifat-sifat bangun datar di kelas V MIN 2 Margasari Kota Bandung?
2.      Bagaimana hasil belajar kognitif siswa kelas V MIN 2 Margasari Kota Bandung pada materi sifat-sifat bangun datar yang menggunakan Model Cooperative Script pada setiap siklusnya?
3.      Bagaimana hasil belajar kognitif siswa kelas V MIN 2 Margasari Kota Bandung pada materi sifat-sifat bangun datar yang menggunakan Model Cooperative Script akhir siklus?
C.      Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran Matematika di kelas V MIN 2 Margasari Kota Bandung melalui penerapan Model Cooperative Scipt. Secara khusus penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan sebagai berikut:
1.      Untuk mengetahui gambaran proses penerapan model Cooperative Script pada pembelajaran matematika materi sifat-sifat bangunn datar di kelas V MIN 2 Margasari Kota Bandung.
2.      Untuk mengetahui hasil belajar kognitif siswa dalam pembelajaran Matematika dengan Model Cooperative Script di kelas V MIN 2 Margasari Kota Bandung pada setiap siklus.  
3.      Untuk mengetahui hasil belajar kognitif siswa melalui Model Cooperative Script pada mata pelajaran Matematika di kelas V MIN 2 Margasari Kota Bandung akhir siklus.
D.      Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dan dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam memahami pelajaran Matematika, sehingga dapat dijadikan perbaikan dalam proses pembelajaran Matematika selanjutnya. Penelitian ini juga diharapkan dapat bermanfaat untuk berbagai pihak antara lain sebagai berikut:
1.      Bagi siswa, diharapkan dapat meningkatkan kemampuan pemahaman siswa tentang sifat-sifat bangun datar.
2.      Bagi guru MI, hasil penelitian ini dapat bermanfaat sebagai masukan contoh model pembelajaran yang dapat dikembangkan pada materi lain.
3.      Bagi PGMI yang mengelola program S1, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan masukan dalam perkuliahan mata kuliah Pendidikan Matematika MI.
4.      Bagi peneliti, dengan penelitian ini dapat memberikan pengalaman yang berharga dan wawasan dalam pembelajaran lebih dalam lagi.
E.       Kerangka Pemikiran
Belajar menurut Gagne (dalam Dimyati dan Mugjiono. 2009:10) adalah seperangkat proses kognitif yang mengubah sifat stimulasi lingkungan, melewati pengolahan informasi, menjadi kapabilitas baru. Dengan kata lain belajar merupakan perubahan pengetahuan dari tidak tahu menjadi tahu, sedangkan menurut Muhibbin Syah (2010: 90), secara umum belajar dapat dipahami sebagai tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif.
Dalam belajar terbagi ke dalam tiga ranah yaitu: ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotor. Dalam ranah kognitif terdapat enam aspek atau jenjang proses berfikir, mulai dari jenjang terendah sampai dengan jenjang yang paling tinggi. Keenam jenjang atau aspek yang dimaksud adalah:

  1. Pengetahuan/hafalan/ingatan (knowledge)  C1
Kemampuan seseorang untuk mengingat-ingat kembali (recall) atau mengenali kembali tentang nama, istilah, ide, rumus-rumus, dan sebagainya, tanpa mengharapkan kemampuan untuk menggunakannya. Pengetahuan atau ingatan adalah merupakan proses berfikir yang paling rendah.
2.      Pemahaman (comprehension) C2
Kemampuan seseorang untuk mengerti atau memahami sesuatu setelah sesuatu itu diketahui dan diingat. Dengan kata lain, memahami adalah mengetahui tentang sesuatu dan dapat melihatnya dari berbagai segi.  Seseorang peserta didik dikatakan memahami sesuatu apabila ia dapat memberikan penjelasan atau memberi uraian yang lebih rinci tentang hal itu dengan menggunakan kata-katanya sendiri. Pemahaman merupakan jenjang kemampuan berfikir yang setingkat lebih tinggi dari ingatan atau hafalan.
3.      Penerapan (application) C3
Kesanggupan seseorang untuk menerapkan atau menggunakan ide-ide umum, tata cara ataupun metode-metode, prinsip-prinsip, rumus-rumus, teori-teori dan sebagainya, dalam situasi yang baru dan kongkret. Penerapan ini adalah merupakan proses berfikir setingkat lebih tinggi ketimbang pemahaman.
4.      Analisis (analysis) C4
Kemampuan seseorang untuk merinci atau menguraikan suatu bahan atau keadaan menurut bagian-bagian yang lebih kecil dan mampu memahami hubungan di antara bagian-bagian atau faktor-faktor yang satu dengan faktor-faktor lainnya. Jenjang analisis adalah setingkat lebih tinggi ketimbang jenjang aplikasi.
5.      Sintesis (syntesis) C5
Kemampuan berfikir yang merupakan kebalikan dari proses berfikir analisis. Sisntesis merupakan suatu proses yang memadukan bagian-bagian atau unsur-unsur secara logis, sehingga menjelma menjadi suatu pola yang yang berstruktur atau bebrbentuk pola baru. Jenjang sintesis kedudukannya setingkat lebih tinggi daripada jenjang analisis. Salah satu jasil belajar kognitif dari jenjang sintesis ini adalah: peserta didik dapat menulis karangan tentang pentingnya kedisiplinan sebagiamana telah diajarkan oleh islam.
6.      Penilaian/penghargaan/evaluasi (evaluation) C6
Jenjang berpikir paling tinggi dalam ranah kognitif dalam taksonomi Bloom adalah Penilaian/evaluasi disini merupakan kemampuan seseorang untuk membuat pertimbangan terhadap suatu kondisi, nilai atau ide, misalkan jika seseorang dihadapkan pada beberapa pilihan maka ia akan mampu memilih satu pilihan yang terbaik sesuai dengan patokan-patokan atau kriteria yang ada.
Setelah proses belajar dilaksanakan sudah dipastikan di akhir pembelajaran kita akan mendapatkan hasil belajar. Menurut Bloom yang dikutip Suprijono (2012:6) hasil belajar mencakup kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik. Hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh dua faktor utama yakni faktor dari dalam diri siswa itu dan faktor yang datang dari luar diri siswa atau faktor lingkungan
Menurut Muhibbin Syah (2006:51) indicator dari hasil belajar kognitif adalah suatu hasil usaha dalam mengadakan perubahan tingkah laku diri seseorang dalam bentuk pengetahuan kemampuan atau ingatan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, evaluasi dan menerapkan ilmu pengetahuan yang diinginkan. Namun demikian, indikator yang banyak dipakai sebagai tolakukur keberhasilan adalah daya serap. Daya serap adalah pengetahuan materi-materi yang telah dapat diterima dan dipahami oleh siswa setelah proses pembelajaran dilaksanakan.
Menurut Suprijono (2012:126) Skrip kooperatif merupakan metode belajar dimana siswa bekerja berpasangan dan bergantian secara lisan mengikhtisarkan, bagian-bagian dari materi yang dipelajari. Pembelajaran ini dilakukan oleh dua orang.
langkah-langkahnya:
a.       Guru membagi siswa untuk berpasangan.
b.      Guru membagikan wacana/materi tiap siswa untuk dibaca dan membuat ringkasan .
c.       Guru dan siswa menetapkan siapa yang pertama berperan sebagai pembicara dan pendengar.
d.      Pembicara membacakan ringkasannya selengkap mungkin, dengan memasukan ide-ide pokok dalam ringkasannya, Sementara pendengar :
Menyimak / mengoreksi / menunjukkan ide-ide pokok yang kurang lengkap. Membantu mengingat / menghafal ide-ide pokok dengan menghubungkan materi sebelumnya atau dengan materi lainnya.
Bertukar peran, semula sebagai pembicara ditukar menjadi pendengar dan sebaliknya. Serta lakukan seperti diatas.
e.       Kesimpulan siswa bersama-sama dengan guru
f.       Penutup
Penerapan model pembelajaran cooperative script diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa, hal ini dikarenakan model pembelajaran cooperative script seperti yang dikatakan Slavin yang dikutip ijah nurhadijah (2013:2) merupakan model pembelajaran yang dapat meningkatkan daya ingat siswa. Sehingga apabila siswa mengingat dan memahami materi yang telah dipelaajari, maka pada saat diakhir pembelajaran ataupun pelaksaanaan tes siswa akan bisa mengerjakan soal secara baik dan benar.
Dari uraian diatas secara sederhana kerangka pemikiran dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
 










Gambar 1.1 Skema Kerangka Pemikiran
F.     Metodologi Penelitian
1.      Metode Penelitian
Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Menurut Zainal Aqib, dkk (2011:3) PTK adalah penelitian yang dilakukan oleh guru dikelasnya sendiri melalui refleksi diri dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sehingga hasil belajar meningkat. Maka berangkat dari pengertian tersebut peneliti berasumsi dengan menggunakan penelitian ini maka apa yang akan diteliti akan tercapai.
2.      Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas V A di MIN 2 Margasari Kota Bandung dengan jumlah siswa sebanyak 28 orang, yang terdiri dari 14 siswa perempuan dan 14 siswa laki-laki. Alasan dipilihnya kelas tersebut antara lain:
a.       Model pembelajaran cooperative script belum diterapakan mata pelajaran matematika di kelas V A MIN 2 Margasari.
b.      Hasil belajar siswa khususnya pada aspek kognitif masih kurang, dikarenakan model pembelajaran yang kurang efektif dan cenderung membuat jenuh siswa.
3.      Lokasi penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di MIN 2 Margasari Kota Bandung.
Madrasah Ibtidaiyah Negeri 2 Margasari berada di Jl. Ters. Derwati Cipamokolan kebon Jeruk RT. 02 RW. 07 Kelurahan Derwati Kecamatan Rancasari Kota Bandung Provinsi Jawa Barat Kode Pos 40296 No. Telepon/Fax : (022) 7507769.

4.      Desain Penelitian
Penelitian Tindakan kelas ini akan dilaksanakan selama tiga siklus. Setiap siklus akan terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi.
a.      Siklus 1
Adapun desain penelitian pada siklus 1 tentang materi sifat-sifat bangun datar jajar genjang adalah sebagai berikut.
1)      Perencanaan
Dalam perencanaan PTK disini ada beberapa hal yang akan dilaksanakan yaitu:
a)      Merencanakan proses pembelajaran yang akan dilaksanakan.
b)      Menentukan pokok materi bahasan.
c)      Mengembangkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran.
d)     Menyiapkan sumber belajar yang dapat membantu materi yang akan disampaikan.
2)      Pelaksanaan
a)      Pelaksanaan tindakan mengacu pada skenario RPP.
3)      Observasi
Pada kegiatan observasi yang akan dilakukan yaitu
a)      Menilai kegiatan aktivitas guru dan siswa selama proses pembelajaran berlangsung dengan menggunakan format yang telah disiapkan.
b)      Menilai hasil belajar kognitif siswa dengan menggunakan format yang telah disiapkan.
4)      Refleksi
Pada tahapan kegiatan refleksi yang akan dilaksanakan adalah sebagai berikut.
a)      Melakukan refleksi dari apa yang telah dilakukan.
b)      Melakukan pertemuan dengan guru untuk membahas hasil evaluasi tentang scenario pembelajaran
c)      Memperbaiki pelaksanaan tindakan sesuai hasil evaluasi, untuk digunakan pada siklus selanjutya
b.      Siklus 2
Kegiatan pada siklus 2 dengan materi sifat-sifat bangun datar belah ketupat tindakan yang akan dilakukan yaitu:
1)      Perencanaan
Dalam perencanaan PTK pada siklus 2 disini ada beberapa hal yang akan dilaksanakan yaitu:
a)      Merencanakan proses pembelajaran dengan  mengacu pada hasil refleksi dan diskusi dengan guru pada siklus pertama.
2)      Pelaksanaan
Pelaksanaan tindakan mengacu pada skenario RPP yang telah direvisi.
3)      Observasi
Pada kegiatan observasi yang akan dilakukan yaitu
a)      Menilai kegiatan aktivitas guru dan siswa selama proses pembelajaran berlangsung dengan menggunakan format yang telah disiapkan, dan berkaca pada observasi siklus 1.
b)      Menilai hasil belajar kognitif siswa dengan menggunakan format yang telah disiapkan, dan berkaca pada observasi pada siklus 1.
4)      Refleksi
Pada tahapan kegiatan refleksi yang akan dilaksanakan adalah sebagai berikut.
a)      Melakukan refleksi dari apa yang telah dilakukan.
c.       Siklus 3
Kegiatan pada siklus 3 tindakan yang akan dilakukan yaitu:
1)      Perencanaan
Dalam perencanaan PTK pada siklus 3 disini ada beberapa hal yang akan dilaksanakan yaitu:
a)      Merencanakan proses pembelajaran dengan mengacu pada hasil refleksi dan diskusi dengan guru pada siklus kedua.
2)      Pelaksanaan
Pelaksanaan tindakan mengacu pada skenario RPP yang telah direvisi, dan berkaca pada siklus 2.
3)      Observasi
Pada kegiatan observasi yang akan dilakukan yaitu
a)      Menilai kegiatan aktivitas guru dan siswa selama proses pembelajaran berlangsung dengan menggunakan format yang telah disiapkan. Dan berkaca pada siklus 2.
b)      Menilai hasil belajar kognitif siswa dengan menggunakan format yang telah disiapkan, dan berkaca pada observasi pada siklus 2.
4)      Refleksi
Pada tahapan kegiatan refleksi yang akan dilaksanakan yaitu:
a)      Melakukan refleksi dari apa yang telah dilakukan.
Apabila pada siklus ke 1, 2 dan 3 telah dilakukan, dan hasilnya masih belum nampak, maka akan dilanjutkan siklus ke 4 dan selanjutnya sehingga tercapai.

SIKLUS I
Sifat-sifat bangun datar jajar genjang
 

PLAN
 
Siklus ini mengacu pada model Kemmis dan taggart yang dikutip ekawarna (2013:20)
 



             
 












Gambar 1.2 Siklus PTK Model Kemmis dan taggart
5.      Teknik pengumpulan data
Pada penelitian ini teknik pengumpulan data yang dilakukan yaitu dengan menggunakan data kuantitatif.
a.       Observasi
Observasi dilakukan untuk memperoleh informasi kegiatan aktifitas siswa dan guru selama proses pembelajaran berlangsung. Di dalam observasi  pengamatan, peneliti akan memperoleh masukan tentang aktifitas siswa dan guru, cara belajar, untuk mengoptimalkan pemahaman tentang sifat-sifat bangun datar.
b.      Tes
Tes yang akan dilaksanakan adalah dengan bentuk tes uraian. Tes ini dilakukan pada setiap kegiatan/siklus.
1)      Pada siklus 1 tes yang akan digunakan berisi 2 soal materi sifat-sifat bangun datar jajar genjang. Dengan jenjang kemampuan satu soal mudah (C1) dan satu soal sedang (C2).
2)      Pada siklus 2 tes yang akan digunakan berisi 2 soal materi sifat-sifat bangun datar belah ketupat. Dengan jenjang kemampuan satu soal mudah (C1) dan satu soal sedang (C2).
3)      Pada siklus 3 tes yang akan digunakan berisi 2 soal materi sifat-sifat bangun datar layang-layang. Dengan jenjang kemampuan satu soal mudah (C1) dan satu soal sedang (C2).
maupun dari hasil penelitian yaitu berupa :
a.       Lembar tes yang diberikan kepada secara individual yang dilakukan pada setiap akhir pembelajaran/siklus.
Adapun untuk mengetahui presentase jawaban benar setiap siswa,yaitu dengan menggunakan rumus: Hayati (2012:21) :
Skor =   x 100
6.      Teknik analisis data
1)      Data Observasi
Analisis pada lembar observasi guru dan siswa berdasarkan penilaian YA atau TIDAK melaksanakan poin-poin yang sesuai pada lembar observasi tersebut digunakan untuk mengetahui proses pembelajaran Matematika dalam penerapan model Cooperative Script. Untuk menghitung aktivitas siswa dan guru dilakukan dengan rumus:
Tabel 1.1
Interpretasi Analisis Observasi Aktivitas Guru dan Siswa

Kriteria penilaian
Interpretasi
81,7%  - 100%
48,3%  - 81,3%
0%     - 48%
Baik
Cukup
Jelek

                                                            (Jihad dikutip Sakinatunnisa 2013:70)
2)      Data Tes
Analisis data yang dimaksud yaitu untuk mengetahui hasil belajar siswa dari setiap siklus yang dihasilkan dari evaluasi pada akhir pembelajaran yang telah dilakukan. Dalam menafsirkan data yang kita peroleh dapat dibedakan menjadi dua jenis.

a.       Ketuntasan Belajar secara individual.
Ketuntasan belajar secara individu ini dimaksudkan untuk mengetahui siswa mana yang tuntas atau sudah lulus dalam pembelajaran. Rumus : Hayati (2012:21) :
Skor =  x 100%
b.      Ketuntasan Belajar secara klasikal.
Ketuntasan belajara secara klasikal ini dimaksudkan untuk mengetahui ketuntasan belajar secara keseluruhan. Jika banyaknya siswa yang tuntas belajar mencapai 85% atau lebih maka siswa secara keseluruhan dinyatakan tuntas dalam belajar. Adapun untuk menghitung ketuntasan belajar secara klasikal dengan menggunakan rumus:
Skor =   x 100 %
Sedangkan untuk mengetahui nilai rata-rata hasil belajar siswa digunakan rumus :
Skor =    x 100




Related Posts :

0 Response to "Makalah Penelitian Model Cooperatif Script"