makalah pendidikan karakter melalui Agama Islam



BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang
Pendidikan islam merupakan peran yang penting dalam proses pembentuk kepribadian. Pemahaman tentang kepribadian merupakan dasar untuk mengenal diri sendiri yang akan membantu setiap pribadi muslim untuk mengendalikan hawa nafsu, memelihara diri dari perilaku menyimpang, dan mengarahkan hidupnya menuju kepada kebaikan dalam tingkah laku yang benar. Pemahaman ini merupakan landasan untuk hidup sesuai dengan fitrah kejadian dan dapat dijadikan pedoman untuk menuju kehidupan yang damai, dinamis, dan bahagia dunia akhirat.
Pembentuk kepribadian dalam pendidikan islam meliputi sikap, sifat, reaksi, perbuatan, dan perilaku. Pembentukan ini secara relatif menetap pada diri seseorang yang disertai beberapa pendekatan, yakni pembahasan mengenai tipe kepribadian, tipe kematangan kesadaran beragama, dan tipe orang-orang beriman. Melihat kondisi dunia pendidikan di indonesia sekarang, pendidikan yang dihasilkan belum mampu melahirkan pribadi-pribadi muslim yang mandiri dan berkepribadian islam. Akibatnya banyak pribadi-pribadi yang berjiwa lemah seperti jiwa koruptor, kriminal, dan tidak amanah. Untuk itu membentuk kepribadian dalam pendidikan islam harus direalisasikan sesuai Al-Qur’an dan al-Sunnah nabi sebagai identitas kemuslimannya, dan mampu mengejar ketinggalan dalam bidang pembangunan sekaligus mampu mengentas kebodohan dan kemiskinan. Konsep kepribadian dalam pendidikan islam identik dengan ajaran islam itu sendiri, keduanya tidak dapat dipisahkan karena saling berkaitan.

B.Rumusan Masalah
a)      Upaya membentuk insan muslim berkualitas melalui pendidikan karakter (tinjauan surat al-isra’ ayat 23)

C.Metode Penelitian
       a)  tafsir bi’rayi al-maraghi,al-misbah dan shafwatu at-tafasir.
BAB II
PEMBAHASAN
TINJAUAN TEORITIS
A.    Tinjauan Turats (keilmuan islam)
Kepribadian berasal dari kata “pribadi” yang berarti diri sendiri, atau perseorangan. Sedangkan dalam bahasa inggris digunakan istilah personality, yang berarti kumpulan kualitas jasmani, rohani, dan susila yang membedakan seseorang dengan orang lain.
Kepribadian secara utuh hanya mungkin dibentuk melalui pengaruh lingkungan, khususnya pendidikan.Adapun sasaran yang dituju dalam pembentukan kepribadian ini adalah kepribadian yang dimiliki akhlak yang mulia.Tingkat kemuliaan akhlak erat kaitannya dengan tingkat keimanan. Sebab Nabi mengemukakan “ Orang mukmin yang paling sempurna imannya adalah orang mukmin yang paling baik akhlaknya.
Seseorang yang islam disebut muslim. Muslim adalah orang atau seseorang yang menyerahkan dirinya secara sungguh – sungguh kepada Allah. Jadi, dapat dijelaskan bahwa “wujud pribadi muslim” itu adalah manusia yang mengabdikan dirinya kepada Allah, tunduk dan patuh serta ikhlas dalam amal perbuatannya, karena iman kepada-Nya. Pola sesorang yang beriman kepada Tuhan, selain berbuat kebajikan yang diperintahkan adalah membentuk keselarasan dan keterpaduan antara faktor  iman, islam dan ikhsan.
Secara terminologi kepribadian Islam memiliki arti serangkaian perilaku normatif manusia, baik sebagai makhluk individu maupun makhluk sosial yang normanya diturunkan dari ajaran islam dan  bersumber dari Al-Quran dan al-Sunnah.
Kepribadian muslim dalam kontek ini barang kali dapat diartikan sebagai identitas yang dimiliki seseorang  sebagai ciri khas bagi keseluruhan tingkah laku sebagai muslim, baik yang disampaikan dalam tingkah laku secara lahiriyah maupun sikap batinnya. Tingkah laku lahiriyah seperti cara berkata-kata, berjalan, makan, minum, berhadapan dengan orang tua, guru, teman sejawat, sanak famili dan sebagainya. Sedangkan sikap batin seperti penyabar, ikhlas, tidak sengaja, dan sikap terpuji yang timbul dari dorongan batin.
Konsep pembentuk kepribadian dalam pendidikan islam menurut Syaikh Hasan al-Banna ada 10 aspek:
a.       Bersihnya akidah,
b.      Lurusnya ibadah,
c.       Kukuhnya akhlak,
d.      Mampu mencari penghidupan,
e.       Luasnya wawasan berfikir,
f.       Kuat fisiknya,
g.      Teratur urusannya,
h.      Perjuangan diri sendiri,
i.        Memperhatikan waktunya, dan
j.        Bermanfaat bagi orang lain.
Disini terlihat ada dua sisi penting dalam pembentukan kepribadian muslim, yaitu iman dan akhlak. Bila iman dianggap sebagai konsep batin, maka batin adalah implikasi dari konsep itu yang tampilanya tercermin dalam sikap perilaku sehari-hari.Keimanan merupakan sisi abstrak dari kepatuhan kepada hukum-hukum Tuhan yang ditampilkan dalam lakon akhlak mulia.
Muhammad Omar al-Toumy al-Syaibani mengatakan, bahwa tujuan pendidikan islam adalah untuk mempertinggi nilai-nilai akhlak hingga mencapai nilai akhlak al-karimah.
Adapun beberapa tujuan dalam pendidikan islam antara lain:
a)      Membimbing manusia agar dapat menempatkan diri dan berperan sebagai individu yang taat dalam menjalankan ajaran agama allah,
b)      Pembentuk sikap takwa,
c)      Menumbuhkan pola kepribadian manusia yang sempurna,
d)     Menegakkan kebenaran dalam rangka membentuk manusia yang berbudi luhur menurut ajaran islam,
e)      Penguasaan ilmu terhadap agama islam,
f)       Mencapai keseimbangan pertumbuhan pribadi manusia secara menyeluruh melalui latihan-latihan kejiwaan, akal pemikiran, kecerdasan, dan pancaindra,
g)      Pembentuk kepribadian yang akhlakul karimah,
h)      Menopang keselamatan dan kesejahteraan hidup didunia sesuai dengan perintah syari’at islam, dan
i)        Memiliki keterampilan yang serasi dengan bakat yang dimiliki.
              Pendidikan islam adalah sistem pendidikan yang dapat memberikan kemampuan seseorang untuk memimpin kehidupannya, sesuai dengan cita-cita islam karena nilai-nilai islam telah menjiwai kepribadian seseorang dan mempedomani kehidupan manusia muslim dalam aspek duniawi dan ukhrawi.
Ø  .     Langkah-langkah Pembentuk Kepribadian Muslim
Dalam membentuk kepribadian dalam pendidikan islam diperlukan beberapa langkah yang berperan dalam perubahannya, antara lain:
a.        Peran Keluarga
Keluarga mempunyai peran yang sangat besar dalam membentuk kepribadian dalam pendidikan islam. Orang tua menjadi penanggung jawab bagi masa depan anak-anaknya, maka setiap orang tua harus menjalankan fungsi edukasi. Mengenalkan islam sebagai ideologi agar mereka mampu membentuk pola pikir dan pola sikap islami yang sesuai dengan akidah dan syari’at islam.
b.    Peran Negara
Negara harus mampu membangun pendidikan yang mampu untuk membentuk pribadi yang memiliki karakter islami dengan cara menyusun kurikulum yang sama bagi seluruh sekolah dengan berlandaskan akidah islam, melakukan seleksi yang ketat terhadap calon-calon pendidik, pemikiran diajarkan untuk diamalkan, dan tidak meninggalkan pengajaran sains, teknologi maupun seni. Semua diajarkan tetap memperhatikan kaidah syara’.
c.    Peran Masyarakat                                                                      
Masyarakat juga ikut serta dalam pembentuk kepribadian dalam pendidikan islam karena dalam masyarakat kita bisa mengikuti organisasi yang berhubungan dengan kemaslahatan lingkungan. Dari sini tanpa kita sadari pembentukan kepribadian dapat terealisasi.Dalam masyarakat yang mayoritas masyarakatnya berpendidikan, maka baiklah untuk menciptakan kepribadian berakhlakul karimah.
            Ketiga peraran diatas sangat berperan aktif dalam pembentukan kepribadian dalam pendidikan islam karena semua saling mempengaruhi untuk pembentukannya.
Untuk merealisasikan kepribadian dalam pendidikan islam yang ada maka diperlukan tiga proses dasar pembentukan:
1.    Pembentukan Pembiasaan
            Pembentukan ini ditujukan pada aspek kejasmanian dari kepribadian yang memberi kecakapan berbuat dan mengucapkan sesuatu, seperti puasa, sholat, dan lain-lain.
2.    Pembentukan Pengertian
            Pembentukan yang meliputi sikap dan minat untuk memberi pengertian tentang aktifitas yang akan dilaksanakan, agar seseorang terdorong ke arah perbuatan yang positif.
3.    Pembentukan Kerohanian yang Luhur
            Pembentukan ini tergerak untuk terbentuknya sifat takwa yang mengandung nilai-nilai luhur, seperti jujur, toleransi, ikhlas, dan menepati janji.
            Proses pembentukan kepribadian dalam pendidikan islam berlangsung secara bertahap dan berkesinambungan. Dengan demikian pembentukan kepribadian merupakan rangkaian kegiatan yang saling berhubungan dan saling tergantung sesamanya.
Dalam islam, pendidikan mengacu pada tujuan hidup manusia itu sendiri.
Dalam hakikat tujuan hidup manusia adalah mengabdikan dirinya pada Tuhan, dengan penyerahan mutlak. Dengan kata lain sorang muslim selalu mengaitkan segala aktifitas kegiatannya dengan melihat dan menyesuaikannya di atas ketentuan norma – norma yang ditetapkan Allah.
Ø  . Macam-Macam Kepribadian Muslim
1.  Kepribadian Kemanusiaan (Basyariah)
a. Kepribadian individu; yang meliputi ciri khas seseorang dalam bentuk sikap dan tingkah laku serta intelektual yang dimiliki masing-masing secara khas sehingga ia berbeda dengan orang lain. Menurut pandangan Islam memang manusia mempunyai dan memiliki potensi yang berbeda (Al-farq al-fardiah) yang meliputi aspek fisik dan psikis.firman allah swt dalam surat al-isra’ ayat 21
öÝàR$# y#øx. $oYù=žÒsù öNåk|Õ÷èt/ 4n?tã <Ù÷èt/ 4 äotÅzEzs9ur çŽt9ø.r& ;M»y_uyŠ çŽy9ø.r&ur WxÅÒøÿs? ÇËÊÈ  
Artinya:”Perhatikanlah bagaimana Kami lebihkan sebagian dari mereka atas sebagian (yang lain). Dan pasti kehidupan akhirat lebih tinggi tingkatnya dan lebih besar keutamaannya.
b. Kepribadian ummah: yang meliputi ciri khas kepribadian muslim sebagai suatu ummah (bangsa/negara) muslim yang meliputi sikap dan tingkah laku ummah muslim yang berbeda dengan ummah lainnya, mempunyai ciri khas kelompok dan memiliki kemampuan untuk mempertahankan identitas tersebut dari pengaruh luar, baik ideologi maupun lainnya yang dapat memberi dampak negatif.allah swt berfirman dalam surat al-hujurat ayat 13:
öNä3»oYù=yèy_ur $\/qãèä© Ÿ@ͬ!$t7s%ur (#þqèùu$yètGÏ9 4
Artinya:”dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal.
  1. Kepribadian Samaai (Kewahyuan)
Kepribadian samaai (Kewahyuan) yaitu corak kepribadian yang dibentuk melalui petunjuk wahyu dalam kitab suci Al-Qur’an, yang antara lain difirmankan Allah sebagai berikut :
¨br&ur #x»yd ÏÛºuŽÅÀ $VJŠÉ)tGó¡ãB çnqãèÎ7¨?$$sù ( Ÿwur (#qãèÎ7­Fs? Ÿ@ç6¡9$# s-§xÿtGsù öNä3Î/ `tã ¾Ï&Î#Î7y 4 öNä3Ï9ºsŒ Nä38¢¹ur ¾ÏmÎ/ öNà6¯=yès9 tbqà)­Gs? ÇÊÎÌÈ  
Artinya:”dan bahwa (yang Kami perintahkan ini) adalah jalanKu yang lurus, maka ikutilah dia, dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain)[152], karena jalan-jalan itu mencerai beraikan kamu dari jalanNya. Yang demikian itu diperintahkan Allah agar kamu bertakwa.
Kepribadian muslim sebagai individu dan sebagai ummah, terintergrasi dalam bentuk suatu pola yang sama. Dalam hal ini dasar teori kepribadian muslim,  baik sebagai individu maupun sebagai suatu ummah yang satu, terjadi suatu bentuk dikotomi yang terintegrasikan. Dikotomi terletak hanya dalam pembagian saja, namun dalam dasar yang sama (Filsafat pendidikan Islam yang bersumberkan Al-Qur’an dan Hadits), serta tujuan yang satu yaitu menjadi pengabdi Allah Swt yang taat sesuai dengan firmannya dalam surat adz-zariyat:53
$tBur àMø)n=yz £`Ågø:$# }§RM}$#ur žwÎ) Èbrßç7÷èuÏ9 ÇÎÏÈ  
Artinya:”Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.
Ada beberapa karakteristik yang harus dipenuhi seseorang sehingga ia dapat disebut berkepribadian muslim, yaitu :
1.    Salimul ‘Aqidah/ ‘Aqidatus Salima (Aqidah yang lurus/selamat)
Salimul aqidah merupakan sesuatu yang harus ada pada setiap muslim. Dengan aqidah yang lurus, seorang muslim akan memiliki ikatan yang kuat kepada Allah Swt, dan tidak akan menyimpang dari jalan serta ketentuan-ketentuan-Nya. Dengan kelurusan dan kemantapan aqidah, seorang muslim akan menyerahkan segala perbuatannya kepada Allah sebagaimana firman-Nya dalam surat al-an’am ayat 162:
ö@è% ¨bÎ) ÎAŸx|¹ Å5Ý¡èSur y$uøtxCur ÎA$yJtBur ¬! Éb>u tûüÏHs>»yèø9$# ÇÊÏËÈ  
“katakanlah “Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku dan matiku, semua bagi Allah tuhan semesta alam”. (QS. al-An’aam [6]:162).
 Karena aqidah yang lurus/selamat merupakan dasar ajaran tauhid, maka dalam awal da’wahnya kepada para sahabat di Mekkah, Rasulullah SAW mengutamakan pembinaan aqidah, iman, dan tauhid.
2.   Shahihul Ibadah (ibadah yang benar)
       Shahihul ibadah merupakan salah satu perintah Rasulullah SAW yang penting. Dalam satu haditsnya, beliau bersabda: “Shalatlah kamu sebagaimana melihat aku shalat”. Maka dapat disimpulkan bahwa dalam melaksanakan setiap peribadatan haruslah merujuk/mengikuti (ittiba’) kepada sunnah Rasul SAW yang berarti tidak boleh ditambah-tambahi atau dikurang-kurangi.
3.   Matinul Khuluq (akhlak kokoh)
Matinul khuluq merupakan sikap dan perilaku yang harus dimiliki oleh setiap muslim, baik dalam hubungannya kepada Allah maupun dengan makhluk2-Nya. Dengan akhlak yang mulia, manusia akan bahagia dalam hidupnya, baik di dunia apalagi di akhirat. Karena akhlak yang mulia begitu penting bagi umat manusia, maka salah satu tugas diutusnya Rasulullah Saw adalah untuk memperbaiki akhlak manusia, dimana beliau sendiri langsung mencontohkan kepada kita bagaimana keagungan akhlaknya sehingga diabadikan oleh Allah Swt. di dalam Al Qur’an allah swt berfirman dalam surat al-qalam ayat 4:
y7¯RÎ)ur 4n?yès9 @,è=äz 5OŠÏàtã ÇÍÈ  
Artinya:“Dan sesungguhnya kamu benar-benar memiliki akhlak yang agung”. (QS. al-Qalam [68]:4).
4.    Mutsaqqoful Fikri (wawasan yg luas)
Mutsaqqoful fikriwajib dipunyai oleh pribadi muslim. Karena itu salah satu sifat Rasulullah SAW adalah fatonah (cerdas). Al Qur’an juga banyak mengungkap ayat-ayat yang merangsang manusia untuk berfikir, misalnya firman Allah dalam surat al-baqarah ayat 219:
y7tRqè=t«ó¡o ÇÆtã ̍ôJyø9$# ÎŽÅ£÷yJø9$#ur ( ö@è% !$yJÎgŠÏù ÖNøOÎ) ׎Î7Ÿ2 ßìÏÿ»oYtBur Ĩ$¨Z=Ï9 !$yJßgßJøOÎ)ur çŽt9ò2r& `ÏB $yJÎgÏèøÿ¯R 3 štRqè=t«ó¡our #sŒ$tB tbqà)ÏÿZムÈ@è% uqøÿyèø9$# 3 šÏ9ºxx. ßûÎiüt7ムª!$# ãNä3s9 ÏM»tƒFy$# öNà6¯=yès9 tbr㍩3xÿtFs? ÇËÊÒÈ  
Artinya:”Mereka bertanya kepadamu tentang khamar[136] dan judi. Katakanlah: "Pada keduanya terdapat dosa yang besar dan beberapa manfaat bagi manusia, tetapi dosa keduanya lebih besar dari manfaatnya." Dan mereka bertanya kepadamu apa yang mereka nafkahkan. Katakanlah: " Yang lebih dari keperluan." Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu supaya kamu berfikir.
5.   Qowiyyul Jismi (jasmani yg kuat)
Seorang muslim haruslah memiliki daya tahan tubuh sehingga dapat melaksanakan ajaran Islam secara optimal dengan fisiknya yang kuat. Shalat, puasa, zakat dan haji merupakan amalan di dalam Islam yang harus dilaksanakan dengan kondisi fisik yang sehat dan kuat. Apalagi berjihad di jalan Allah dan bentuk-bentuk perjuangan lainnya.Oleh karena itu, kesehatan jasmani harus mendapat perhatian seorang muslim dan pencegahan dari penyakit jauh lebih utama daripada pengobatan. Meskipun demikian, sakit tetap kita anggap sebagai sesuatu yang wajar bila hal itu kadang-kadang terjadi. Namun jangan sampai seorang muslim sakit-sakitan. Bahkan Rasulullah SAW menekankan pentingnya kekuatan jasmani seorang muslim spt sabda beliau yang artinya: “Mukmin yang kuat lebih aku cintai daripada mukmin yang lemah”.(HR. Muslim).
6.   Mujahadatul Linafsihi (berjuang melawan hawa nafsu)
Hal ini penting bagi seorang muslim karena setiap manusia memiliki kecenderungan pada yang baik dan yang buruk. Melaksanakan kecenderungan pada yang baik dan menghindari yang buruk amat menuntut adanya kesungguhan. Kesungguhan itu akan ada manakala seseorang berjuang dalam melawan hawa nafsu. Hawa nafsu yang ada pada setiap diri manusia harus diupayakan tunduk pada ajaran Islam. Rasulullah SAW bersabda yang artinya: “Tidak beriman seseorang dari kamu sehingga ia menjadikan hawa nafsunya mengikuti apa yang aku bawa (ajaran Islam)”.(HR. Hakim).

7.    Harishun Ala Waqtihi (disiplin menggunakan waktu)
Harishun ala waqtihi merupakan faktor penting bagi manusia. Hal ini karena waktu mendapat perhatian yang begitu besar dari Allah dan Rasul-Nya. Allah SWT banyak bersumpah di dalam Al Qur’an dengan menyebut nama waktu seperti wal fajri, wad dhuha, wal asri, wallaili dan seterusnya.Waktu merupakan sesuatu yang cepat berlalu dan tidak akan pernah kembali lagi. Oleh karena itu setiap muslim amat dituntut untuk disiplin mengelola waktunya dengan baik sehingga waktu berlalu dengan penggunaan yang efektif, tak ada yang sia-sia. Maka diantara yang disinggung oleh Nabi SAW adalah memanfaatkan momentum lima perkara sebelum datang lima perkara, yakni waktu hidup sebelum mati, sehat sebelum datang sakit, muda sebelum tua, senggang sebelum sibuk dan kaya sebelum miskin.
8.   Munazhzhamun fi Syuunihi (teratur dalam suatu urusan)
Munazhzhaman fi syuunihi termasuk kepribadian seorang muslim yang ditekankan oleh Al Qur’an maupun sunnah. Dimana segala suatu urusan mesti dikerjakan secara profesional. Apapun yang dikerjakan, profesionalisme selalu diperhatikan. Bersungguh-sungguh, bersemangat , berkorban, berkelanjutan dan berbasis ilmu pengetahuan merupakan hal-hal yang mesti mendapat perhatian serius dalam penunaian tugas-tugas.
9.   Qodirun Alal Kasbi (memiliki kemampuan usaha sendiri/mandiri)
Qodirun alal kasbi merupakan ciri lain yang harus ada pada diri seorang muslim. Ini merupakan sesuatu yang amat diperlukan. Mempertahankan kebenaran dan berjuang menegakkannya baru bisa dilaksanakan manakala seseorang memiliki kemandirian terutama dari segi ekonomi. Tak sedikit seseorang mengorbankan prinsip yang telah dianutnya karena tidak memiliki kemandirian dari segi ekonomi. Karena pribadi muslim tidaklah mesti miskin, seorang muslim boleh saja kaya bahkan memang harus kaya agar dia bisa menunaikan ibadah haji dan umroh, zakat, infaq, shadaqah dan mempersiapkan masa depan yang baik. Oleh karena itu perintah mencari nafkah amat banyak di dalam Al Qur’an maupun hadits dan hal itu memiliki keutamaan yang sangat tinggi.Dalam kaitan menciptakan kemandirian inilah seorang muslim amat dituntut memiliki keahlian apa saja yang baik. Keahliannya itu menjadi sebab baginya mendapat rizki dari Allah SWT. Rezeki yang telah Allah sediakan harus diambil dan untuk mengambilnya diperlukan skill atau ketrampilan.
10.   Nafi’un Lighoirihi (bermanfaat bagi orang lain)
Manfaat yang dimaksud disini adalah manfaat yang baik sehingga dimanapun dia berada, orang disekitarnya merasakan keberadaan. Jangan sampai keberadaan seorang muslim tidak menggenapkan dan ketiadaannya tidak mengganjilkan.Ini berarti setiap muslim itu harus selalu mempersiapkan dirinya dan berupaya semaksimal untuk bisa bermanfaat dan mengambil peran yang baik dalam masyarakatnya. Rasulullah SAW bersabda yang artinya: “Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain”.(HR. Qudhy dari Jabir).

B.     Tinjauan Teori Antropologi (Clifford Geertz)
Menurut Allport, kepribadian adalah organisasi sistem jiwa raga yang dinamis dalam diri individu yang menentukan penyesuaian dirinya yang unik terhadap lingkungannya.
           Carl Gustav Jung mengatakan, bahwa kepribadian merupakan wujud pernyataan kejiwaan yang ditampilkan seseorang dalam kehidupannya.
Jadi,kepribadian adalah kualitas mental individu manusia yang tersusun atas hubungan unsur-unsur akal dan jiwa melalui tahap pembentukan gagasan,perbuatan dan pembiasaan sehingga menentukan perbedaan tingkah laku antar individu.
Ø  Faktor-faktor Pembentuk Kepribadian:
a.  Faktor Internal
·         Instink Biologis, seperti lapar, dorongan makan yang berlebihan dan berlangsung lama akan menimbulkan sifat rakus. Maka sifat itu akan menjadi perilaku tetap.
·         Kebutuhan Psikologis, seperti rasa aman, penghargaan, penerimaan, dan aktualisasi diri.
·         Kebutuhan Pemikiran, yaitu akumulasi informasi yang membentuk cara berfikir seseorang, seperti mitos, agama, dan sebagainya.
b.  Faktor Ekstrnal
·         Lingkungan Keluarga,
·         Lingkungan Sosial, dan
·         Lingkungan Pendidikan.
Ø  Tujuan Pembentuk Kepribadian
Menjadi diri sendiri harus dimulai dari nalar berpikir kearah mana tujuan hidup individu selama dia hidup. Adapun tujuan yang diinginkan dalam membentuk kepribadian yaitu:
·                Membentuk sikap disiplin terhadap waktu,
·               Mampu mengendalikan hawa nafsu,
·                Memelihara diri dari perilaku menyimpang,
·               Mengarahkan hidup menuju kepada kebaikan dan tingkah laku yang benar,
·               Mempelajari perubahan-perubahan dalam gaya hidup,
·               Meningkatkan pengertian diri, nilai-nilai diri, kebutuhan diri, agar dapat  membantu orang lain melakukan hal yang sama, dan
·            Mengembangkan perasaan harga diri  dan percaya diri melalui aspek dukungan dan tanggung jawab yang bersifat timbal balik.
Ø  . Unsur-Unsur Kepribadian
Unsur-unsur kepribadian
1.pengetahuan
Pengetahuan adalah segala apa yang mengisi akal dan alam jiwa manusia secara sadaar.orang yang tahu disebut memiliki pengetahuan.umumnya pengetahuan diperoleh melalui pengalaman,yakni persentuhan dengan panca indra.
Unsur-unsur kepribadian menurut koentjaraningrat:
a.       Persepsi,yakni seluruh proses akal manusia secara sadar sejak proses pengindraan suatu objek sampai dengan memperoleh gambaran tentang objek tersebut.
b.      Apersepsi,yakni proses penggambaran akal tentang suatu objek yang diamati dengan pengertian baru karena menghubungkan gambaran tersebut dengan persepsi lain sejenis yang telah diterima oleh akal sebelumnya.
c.       Pengamatan,yakni proses penggambaran akal yang lebih intensif dan terfokus pada bagian khusus dari suatu objek.
d.      Konsep,yakni penggambaran abstrak tentang suatu objek dengan menggabung atau membandingkan gambaran lain yang sejenis berdasarkan azas-azas tertentu.
e.       Fantasi,yakni proses penggambaran baru dengan memodifikasi gambaran-gambaran yang telah ada secara tidak realistik.
2.perasaan
Perasaan adalah suatu keadaan dalam kesadaran manusia yang karena pengaruh pengetahuannya muncullah penilaian positif atau negatif terhadap sesuatu.

3.dorongan naluri
Dorongan naluri adalah suatu keadaan dalam kesadaran individu manusia yang tidak  ditimbulkan karena pengaruh pengetahuannya,tapi karena sudah terkandung dalam gen yang dibawanya sejak lahir.
Macam-macam dorongan naluri menurut w.macdougall:
a)      Dorongan mempertahankan hidup
b)      Dorongan sex
c)      Dorongan untuk mencari makan
d)     Dorongan untuk berinteraksi
e)      Dorongan untuk imitasi (meniru) tingkah laku sesamanya
f)       Dorongan untuk berbakti (altruisme)
g)      Dorongan untuk cenderung kepada keindahan.













BAB III
HASIL RISET
A.   Upaya Membentuk Insan Muslim Yang Berkualitas Melalui Pendidikan Karakter (Tinjauan Tafsir Surat Al-Isra’ Ayat 23)
4Ó|Ós%ur y7/u žwr& (#ÿrßç7÷ès? HwÎ) çn$­ƒÎ) Èûøït$Î!ºuqø9$$Î/ur $·Z»|¡ômÎ) 4 $¨BÎ) £`tóè=ö7tƒ x8yYÏã uŽy9Å6ø9$# !$yJèdßtnr& ÷rr& $yJèdŸxÏ. Ÿxsù @à)s? !$yJçl°; 7e$é& Ÿwur $yJèdöpk÷]s? @è%ur $yJßg©9 Zwöqs% $VJƒÌŸ2
Artinya:”  Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia.
B.   Tafsir Ulama Surat Al-Isra’ Ayat 23
Pesan pertama yang terambil dari surat al-Isra ayat 23 adalah perintah untuk menyembah Allah SWT. Sebagaimana dalam firman-Nya وَقَضَى رَبُّكَ أَلَّا تَعْبُدُوا إِلَّا إِيَّاهُ (Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia), Asy-Sya’rawi, ketika menafsirkan ayat ini mengatakan bahwa makna qadha yakni hakama (menghukum) karena seorang Qadhi (hakim) ialah orang yang menghukum. Disamping itu, ia juga diartikan amara yakni memerintah. (Muhammad Mutawalli Asy-Sya’rawi, tp.th: 8449)
             Dalam penggalan ayat ini, Allah menegaskan tentang hakikat iman yaitu tauhid dan menafikan serikat bagi-Nya. Tidak ada Tuhan selain Dia yang berhak disembah dan bagi siapa menyekutukan Allah maka, ia telah tergolong ke dalam syirik kepada-Nya.




Allah SWT berfirman dalam surah al-’Araf ayat 172 sebagai berikut:
øŒÎ)ur xs{r& y7/u .`ÏB ûÓÍ_t/ tPyŠ#uä `ÏB óOÏdÍqßgàß öNåktJ­ƒÍhèŒ öNèdypkô­r&ur #n?tã öNÍkŦàÿRr& àMó¡s9r& öNä3În/tÎ/ ( (#qä9$s% 4n?t/ ¡ !$tRôÎgx© ¡ cr& (#qä9qà)s? tPöqtƒ ÏpyJ»uŠÉ)ø9$# $¯RÎ) $¨Zà2 ô`tã #x»yd tû,Î#Ïÿ»xî
Artinya:”Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): "Bukankah Aku ini Tuhanmu?" Mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuban kami), kami menjadi saksi." (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)".
Al-Maraghi dalam Tafsirnya menegaskan bahwa Allah SWT telah menjadikan dalam tiap diri pribadi umat manusia berupa fitrah keislaman yang disebut gharizah imaniy (naluri keimanan) dan melekat didalam hati senubari mereka.Sehingga, potensi beriman kepada Allah telah terlebih dahulu tertanam dalam diri manusia dan baik buruknya pribadi manusia tersebut tergantung upaya untuk mengembangkan potensi ketuhanan itu. (Muhammad Mustafa al-Maraghi, tth:103)
Jika pendidikan anak jauh dari akidah Islam, lepas dari ajaran religius dan tidak berhubungan dengan Allah, maka tidak diragukan lagi bahwa anak akan tumbuh dewasa diatas kefasikan, penyimpangan, kesesatan, dan kekafiran. Bahkan ia akan mengikuti nafsu dan bisikan-bisikan setan, sesuai dengan tabiat, fisik, keinginan dan tuntutannya yang rendah.
Dari sini, jelaslah bahwa yang menjadi fundamen utama yang harus terbina dalam lingkungan keluarga adalah prinsip tauhid.Hal ini dianggap sebagai prasyarat utama dalam pendidikan karakter bagi anak oleh orang tuanya asebagai identitas keimanan yang harus ditanamkan sejak dini.
·         Memberikan Keteladanan
Allah SWT dalam ayat ini menjadikan Rasullullah SAW sebagai lawan bicara-Nya sebagaimana firman Allah وَقَضَى رَبُّكَ  (dan Tuhanmu telah memerintahkan…). Hal tersebut mengindikasikan bahwa dialah (Rasulullah SAW) yang telah mencapai level tertinggi sebagai teladan utama dalam pendidikan dan etika. Karena sesungguhnya Allah SWT sendiri yang secara langsung mendidiknya sebagaimana dalam sebuah ungkapan:
Firman Allah dalam surah al-Ahzab ayat 21:
ôs)©9 tb%x. öNä3s9 Îû ÉAqßu «!$# îouqóé& ×puZ|¡ym `yJÏj9 tb%x. (#qã_ötƒ ©!$# tPöquø9$#ur tÅzFy$# tx.sŒur ©!$# #ZŽÏVx.
Artinya: sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri tauladan yang baik.
Dalam menafsirkan ayat ini, al-Zamakhsyari dalam Quraish Shihab mengemukakan maksud keteladanan pada diri Rasulullah.Pertama dalam arti kepribadian beliau secara totalitas adalah keteladanan.kedua dalam arti terdapat dalam kepribadian beliau hal-hal yang patut dilteladani. (Muhammad Qurasih Shihab, 2009:439).
Dalam proses perkembangan anak, terdapat suatu fase yang dikenal dengan fase imitasi. pada fase ini, seorang anak selalu meniru dan mencontoh orang-orang dewasa di sekitarnya, terutama orang tuanya atau gurunya. Metode Keteladanan ini sangat cocok diterapkan pada fase ini. Dalam pendidikan, pendidik (orang tua dan guru) tidak cukup hanya dengan memberi nasehat dalam arti menyeluruh, tetapi seharusnya memberikan keteladanan, misalnya menyuruh anak ke mesjid, sementara ia tidak pernah ke mesjid. tidak satunya kata dan perbuatan, menjadikan orang tua/guru tidak memiliki wibawaa sebagai pendidik, dan menjadikan anak bingung, karena apa yang dilihatnya tidak sesuai dengan apa yang didengarnya.
·         Membiasakan anak untuk Konsisten dalam beribadah dan beramal sholeh sedini mungkin
Konsekwensi dari perintah Allah untuk menyembah semata-mata hanya kepada-Nya adalah konsistensi seseorang untuk menunaikan ibadah dan beramal sholeh.
Salah satu bentuk pendidikan ibadah yang harus ditanamkan kepada seorang anak sejak dini adalah perintah shalat serta amal-amal kebajikan yang tercemin dalam amar ma’ruf dan nahi mungkar juga nasihat berupa perisai yang membantengi seseorang dari kegagalan yakni sabar dan tabah.
Dalam Surah Lukman ayat 17 Allah SWT berfirman:
¢Óo_ç6»tƒ ÉOÏ%r& no4qn=¢Á9$# öãBù&ur Å$rã÷èyJø9$$Î/ tm÷R$#ur Ç`tã ̍s3ZßJø9$# ÷ŽÉ9ô¹$#ur 4n?tã !$tB y7t/$|¹r& ( ¨bÎ) y7Ï9ºsŒ ô`ÏB ÇP÷tã ÍqãBW{$# ÇÊÐÈ  
Artinya: Hai Anakku, dirikanlah shalat dan serulah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah).
Ayat ini tidak hanya menggarisbawahi pentingnya materi ibadah sebagai suatu hal pokok yang harus ditanamkan sejak dini kepada anak, akan tetapi seorang anak harus juga diberi arahan sejak awal tentang urgensi mengerjakan kebaikan dan memerangi kejahatan. Hal ini diisyaratkan dari perintah untuk amar ma’ruf  nahi munkar. Menurut al-Maraghi yang dimaksud dengan al-Ma’ruf adalah ma istahsanahu al-Syar’ wa al-Aql (sesuatu yang dipandang baik menurut agama dan akal). Sedangkan al-Munkar  adalahdhidduhu (Lawan atau kebalikan dari yang ma’ruf). (Muhammad Mustafa al-Maraghi, 21) .Dalam pada itu, Muhammad Abduh mengatakan fa al-amr bil ma’ruf wa al-nahy ‘an al-munkar huffadz al-jama’ah wa siyaj al-wahdah (amar ma’ruf nahi munkar adalah benteng pemelihara umat dan pangkal timbulnya persatuan). (Muhammad Abduh, tth:26)
Dua hal tersebut yakni, upaya untuk membiasakan anak dengan ibadah dan menjaga dirinya dengan mengedepankan prinsip amar ma’ruf nahi munkar dapat dikatakan sebagai fundamen dalam rangka membentuk kepribadian anak yang berkarakter sejak dini.
·         Menumbuhkembangkan Kesadaran tentang Prinsip-Prinsip dan Dasar-Dasar Akhlak.
Allah SWT berfirman dalam ayat ke 23 surat al-Isra’, وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا  (…dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya…) Perintah untuk menyembah Allah SWT dalam banyak ayat didalam al-Quran senantiasa diringi dengan perintah untuk berbuat baik kepada kedua orang tua. Hal ini dikarenakan bahwa kedua orang tua adalah sebab hakiki lahirnya seorang pribadi manusia ke dunia ini setelah terlebih dahulu Allah SWT menciptakannya. (Wahbah Zuhailiy, tth:th)
Dalam surat Lukman ayat 14 Allah berfirman:
Èbr& öà6ô©$# Í< y7÷ƒyÏ9ºuqÎ9ur ¥n<Î) 玍ÅÁyJø9$# ÇÊÍÈ  
Artinya: …Bersyukurlah kepadaku dan kepada kedua orangtuamu, dan kepadakulah tempat kembali
Wahbah Zuhailiy ketika memaknai maksud dari ungkapan syukur kepada kedua orang tua sebagaimana ayat ini adalah anak dituntut berbuat baik kepada kedua orang tua disebabkan orang tua telah berbuat ihsan kepada anak; mengandung selama sembilan bulan, memberikan kasih sayang dan perhatian sejak dari proses kelahiran hingga dewasa. (Wahbah Zuhaily, tth:th)
·         Menanamkan Sikap, Perilaku, dan Tutur Kata yang Mulia Kepada Anak.
Dalam hal ini, Allah SWT berfirman:
$¨BÎ) £`tóè=ö7tƒ x8yYÏã uŽy9Å6ø9$# !$yJèdßtnr& ÷rr& $yJèdŸxÏ. Ÿxsù @à)s? !$yJçl°; 7e$é& Ÿwur $yJèdöpk÷]s? @è%ur $yJßg©9 Zwöqs% $VJƒÌŸ2 ÇËÌÈ  
Artinya: Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia.
             Kondisi lemah anak yang masih kecil dalam asuhan orang tua sama halnya dengan kondisi orang tua yang telah tua renta dalam asuhan anak. Ketika Allah mewajibkan anak untuk berbuat baik kepada orang tua sebagai balasan orang tua yang telah memperlakukan anak dengan baik dan susah payah ketika anak kecil, maka secara otomatis orang tua juga dituntut hal yang sama yakni memperlakukan anak dengan baik; tidak bersikap yang menunjukkan kebosanan dan kejemuan secara lisan maupun bahasa tubuh.
Memperhatikan aspek psikologis anak dapat diwujudkan dengan sikap dan perkataan.Allah mewajibkan anak untuk berkata lemah lembut dan tidak menghardik orang tua ketika mereka telah pikun karena orang tua telah berlaku sabar, bersikap lembut dan tidak menghardik anak.Dengan demikian orang tua juga dituntut untuk lemah lembut dalam perkataan dan tidak menghardik anak. Anak kecil yang belum bisa berpikir rasional dan logis sama halnya seperti orang tua yang telah pikun. Anak kecil tentunya akan merasa senang dengan dunianya. Misalnya anak kecil mempermainkan kotorannya sendiri yang menurut daya nalar anak apa yang dilakukannya tersebut baik dan menyenangkan. Meskipun hal demikian belum tentu logis dan baik menurut pemikiran orang dewasa.Dalam hal ini orang tua perlu bersikap sabar.
Qaulan karima merupakan perkataan yang baik, lembut dan memiliki unsur menghargai bukan menghakimi. Dengan demikian anak akan bisa menilai kadar keperdulian orang tua terhadap dirinya melalui perkataan yang didengarnya. Di samping memberikan dampak secara psikologis, qaul karim juga menjadi acuan bagi anak untuk mengikuti pola yang serupa. Sebagai konsekuensinya anak berbicara dengan perkataan yang baik kepada orang tua sehingga akan terjalin ikatan emosional antara anak dan orang tua.
Perkataan kasar dan caci maki, sebagai kebalikan dari pendapat di atas, akan membuat anak terbiasa dengan kata-kata tersebut. Terbiasa di sini dimaksudkan bahwa ketika orang tua melontarkan cacian kepada anak sebagai tanda marah, anak tidak akan menghiraukan lagi. (Imam Ghazali, 1992: 178). Dan membentak anak sekalipun ia masih sangat kecil, berarti penghinaan dan celaan terhadap kepribadiannya sesuai kepekaan jiwanya. Dampak negatif ini tumbuh dan berkembang hingga menghancurkan kepribadian dan mengubah manusia menjadi ahli maksiat dan penjahat yang tidak lagi peduli dengan perbuatan dosa dan haram.
Dengan demikian orang tua dalam usaha mendidik dan mengarahkan anak berusaha untuk memposisikan diri pada sudut pandang anak yang masih kecil tersebut kalau tidak akan selalu terjadi ketegangan. Dan sebagai konsekuensinya perkataan tidak baik akan ditangkap oleh anak.




C.   Objektifikasi Dalam Konteks Indonesia Kini
Sejak zaman dahulu bangsa Indonesia telah dikenal oleh bangsa lain sebagai bangsa yang memiliki kepribadian positif.bangsa Indonesia juga dikenal sebagai Negara juga memiliki adat istiadat yang tidak banyak dimiliki bangsa lainnya.indonesia dikenal sebagai bangsa timur yang memiliki kepribadian santun,ramah,gotong royong,peduli,empati dan lain sebagainya.
Hal tersebut diataslah,yang kemudian banyak mendorong semakin banyaknya bangsa lain datang ke Indonesia dan betah berada di Indonesia.selain itu,bangsa lain menilai bahwa Indonesia juga memiliki kekayaan alam yang indah dan eksotis.
v  Santun adalah perilaku
Santun adalah satu kata sederhana yang memiliki arti banyak dan dalam.dalam pengertiannya,santun berisi nilai-nilai positif yang dicerminkan dengan perilaku dan perbuatan positif.perilaku positif lebih dikenal dengan santun yang dapat diimplementasikan pada cara berbicara,cara berpakaian,cara memperlakukan orang lain,cara mengekspresikan diri dimanapun dan kapanpun.dalam perkembangannya,sikap santun ini sering dijadikan sebagai sopan sanrun.sopan santun sendiri merupakan hal yang sangat penting bagi kehidupan masyarakat Indonesia.
Cakupan segala bidang kehidupan ini berjalan baik secara mental maupun faktual.mental disini bisa dijadikan sebagai perilaku mengenai gagasan,penemuan,ide,niat,dan lain sebagainya.sedangkan faktual bisa dilihat dari bentuk-bentuk kehidupan atau aktivitas-aktivitas nyata dalam kehidupan sehari-hari.
Inilah mengapa sikap santun tetap dilestarikan oleh masyarakat Indonesia.selain memang merupakan adat istiadat masyarakat Indonesia,sikap santun juga merupakan pengajaran mendasar baik secara mental maupun faktual yang tercermin pada sikap dan perilaku masyarakat Indonesia sendiri.
v  Santun yang mulai tergerus
Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi yang berkembang,secara tidak langsung juga perkembangan tekhnologi tersebut mempengaruhi perilaku bangsa Indonesia secara umum.saat ini dapat dilihat ditengah-tengah masyarakat,banyak orang tua dan generasi muda bangsa dalam banyak hal tidak santun.perilaku-perilaku tidak santun ini bisa dilihat dari usia sekolah dasar hingga usia remaja.
Perilaku santun menjadi luntur diukalangan Indonesia.hal ini bisa disebabkan oleh banyak faktor,salah satunya begitu mudah mengakses perilaku hidup bangsa dibelahan lain.perilaku dari bangsa lain ini cenderung hedonis dan egois.sikap hedonis dan egois tersebutlah yang dianggap salah satu faktor banyaknya masyarakat Indonesia bergaya hidup orang modern.hal ini tentu saja didasari oleh perkembangan tekhnologi yang dapat dengan mudah diakses oleh masyarakat.
Santun yang menjadi dasar pada masyarakat Indonesia menjadi suatu hal yang dianggap “jadul” karena gaya hidup masyarakat yang maju dan cenderung lebih mengkiblatkan diri pada perkembangan zaman dan tekhnologi saat ini.
perkembangan tekhnologi yang saat ini sangat besar,sedikitnya dapat mengubah pola pikir masyarakat yang dulunya taat terhadap sopan santun menjadi masyaraakat yang tidaak mengenal sikap sopan santun tersebut.
Masyarakat yang mulai meninggalkan kesantunan dalam kesehariannya ini lama-lama akan menghilang seiring dengan berjalannya waktu dan tentu saja perkembangan yang saat ini sangat tidak bisa dikontrol lagi.
v  Santun dan pendidikan budi pekerti
Santun memang telah menjadi salah satu kepribadian bangsa Indonesia yang membanggakan,namun santun tidak akan menjadi cerminan budaya bangsa jika tidak dilestarikan.saat ini,sudah waktunya pelajaran santun yang dapat anda artikan sebagai jati diri bangsa perlu diberikan dan dimasukan dalam kurikulum sekolah.
Pentingnya memasukan dalam kurikulum sekolah ini untuk santun adalah melihat kenyataan betapa banyak perbuatan tidak terpuji yang dilakukan para generasi bangsa yaitu khususnya para pelajar.maraknya pelaku dan peredaran video porno dikalangan pelajar,narkoba dan perbuatan kriminal lainnya merupakan beberapa cerminan betapa rusaknya nilai santun terlebih lagi norma yang ada pada kehidupan saat ini.
Tidak hanya itu,banyaknya perilaku dikalangan remaja yang tidak taat kepada orang tua,merasa demokrasi,sehingga menghilangkan adab dan perilaku kepada orang yang lebih tua darinya.
Melihat kondisi demikian hendaknya para pembuat kebijakan ataupun pemerintah segera tanggap jika pendidikan mungkin ada yang salah atau kurang.saatnya kurikulum budi pekerti yang mengajarkan sopan santun masuk di sekolah.selain itu,pendidikan sopan santun dan budi pekerti mungkin bisa juga dibuat menjadi satu mata pelajaran yang berdiri sendiri.ketika pelajaran sopan santun ini masuk kedalam satuan kurikulum di setiap sekolah,sedikitnya dapat membantu melestarikan perilaku santun setiap warga Negara khususnya pelajar atau bahkan bisa juga menjadi solusi yang dapat mengurangi perilaku menyimpang pada pelajar.
v  Miskin keteladanan
Banyak yang mengatakan jika perilaku santun bangsa Indonesia dalam segala hal mulai luntur di segala aspek kehidupan.lunturnya santun ini juga disinyalir dari miskinnya keteladanan dari pada orang tua.yang dalam hal ini adalah para pemimpin bangsa,tokoh masyarakat,tokoh agama,para guru dan pemerintah.
Jika pihak-pihak yang telah disebutkan diatas tidak bisa memberikan contoh yang baik maka tidak dapat dipungkiri jika generasi penerus bangsa (anak-anak dan pelajar) akan berperilaku seperti apa yang mereka lihat sehari-hari.mereka yang seharusnya menjadi contoh malah menampilkan perilaku buruk daan memalukan.
Misalnya saja para pejabat Indonesia yang berbicara memberantas korupsi,namun ternyata mereka korupsi juga.penegak hukum yang harusnya mengawal berlakunya hukum dengan baik malah mereka memberi contoh pelanggaran hukum.jika terus-menerus seperti ini,sangat dikhawatirkan perilaku santun padaa generasi muda bangsa akan benar-benar luntur terkikis dengan miskinnya keteladanan dari para orang tua atau para tokoh yang menjadi teladannya.
Sungguh ironis memang ketika orang yang menjadi tonggak teladan generasi muda saaat ini sangatlah miskin akan sifat dan sikap saantunnya.hal ini jugalah yang menjadi salah satu faktor terkikisnya perilaku sopan santun daalam kehidupan masyarakat Indonesia saat ini.



BAB IV
KESIMPULAN

Pembentuk kepribadian dalam pendidikan islam meliputi sikap, sifat, reaksi, perbuatan, dan perilaku. Pembentukan ini secara relatif menetap pada diri seseorang yang disertai beberapa pendekatan, yakni pembahasan mengenai tipe kepribadian, tipe kematangan kesadaran beragama, dan tipe orang-orang beriman. Melihat kondisi dunia pendidikan di indonesia sekarang, pendidikan yang dihasilkan belum mampu melahirkan pribadi-pribadi muslim yang mandiri dan berkepribadian islam. Akibatnya banyak pribadi-pribadi yang berjiwa lemah seperti jiwa koruptor, kriminal, dan tidak amanah. Untuk itu membentuk kepribadian dalam pendidikan islam harus direalisasikan sesuai Al-Qur’an dan al-Sunnah nabi sebagai identitas kemuslimannya, dan mampu mengejar ketinggalan dalam bidang pembangunan sekaligus mampu mengentas kebodohan dan kemiskinan. Konsep kepribadian dalam pendidikan islam identik dengan ajaran islam itu sendiri, keduanya tidak dapat dipisahkan karena saling berkaitan.
Membentuk kepribadian dalam pendidikan islam dibutuhkan beberapa langkah-langkah. Membicarakan kepribadian dalam pendidikan islam, artinya membicarakan cara untuk menjadi seseorang yang memiliki identitas dari keseluruhan tingkah laku yang berbasis agama.


Related Posts :

0 Response to "makalah pendidikan karakter melalui Agama Islam"