BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Pendidikan merupakan bagian integral dalam
pembangunan. Proses pendidikan tak dapat dipisahkan dari proses pembangunan itu
sendiri. Pembangunan diarahkan dan bertujuan untuk mengembangkan sumber daya
manusia yang berkualitas dan pembangunan sektor ekonomi, yang satu dengan
lainnya saling berkaitan dan berlangsung dengan berbarengan.
Suatu rumusan tentang istilah “pendidikan”
adalah sebagai berikut : “ Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan
peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan/atau latihan bagi
peranannya di masa yang akan datang” (UUR.I. No. 2 Tahun 1989, Bab I, Pasal
1) (Hamalik, 2011:2).
Jadi dapat disimpulkan bahwa pendidikan adalah
usaha sadar yang dilakukan untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan
bimbingan, pengajaran, dan latihan yang diarahkan dan bertujuan untuk
mengembangkan sumber daya menusia yang berkualitas dimasa yang akan datang.
Pembelajaran kooperatif adalah konsep yang
lebih luas meliputi semua jenis kerja kelompok termasuk bentuk-bentuk yang
lebih dipimpin oleh guru atau diarahkan oleh guru. Secara umum pembelajaran
kooperatif dianggap lebih diarahkan oleh guru, dimana guru menetapkan tugas dan
pertanyaan-pertanyaan serta menyediakan bahan-bahan dan informasi yang
dirancang untuk membantu peserta didik menyelesaikan masalah yang dimaksud.
Guru biasanya menerapkan bentuk ujian tertentu pada akhir tugas (Suprijono,
2013: 54-55)
Davidson dalam Miftahul Huda (2013:30)
mengemukakan bahwa kooperatif berarti to work or act together or jointly,
and strive to produce an effect (bekerja sama dan berusaha menghasilkan
suatu pengaruh tertentu). Sedangkan Jhonson dan Jhonson berpendapat bahwa
pembelajaran kooperatif berarti working together to accomplish shared goals (bekerja
sama untuk mencapai tujuan bersama). Dalam suasana kooperatif, setiap anggota
sama-sama berusaha mencapai hasil yang
nantinya bisa dirasakan oleh semua anggota kelompok. Dalam konteks pengajaran,
pembelajaran kooperatif sering kali didefinisikan sebagai pembentukan
kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari siswa-siswa yang dituntut untuk
bekerja sama dan saling meningkatkan pembelajarannya dan pembelajaran
siswa-siswa lain.
Jadi pembelajaran kooperatif adalah semua
jenis kerja kelompok yang dimana semua anggota kelompok saling bekerja sama dan
berusaha untuk mencapai tujuan tertentu yang diarahkan atau dipimpin oleh guru.
Model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay
Two Stray (TS-TS) dikembangkan oleh Spancer Kagan (1990). Metode ini bisa
digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia peserta
didik. Metode TS-TS merupakan sistem pembelajaran kelompok dengan tujuan agar
siswa dapat saling bekerja sama, bertanggung jawab, saling membantu memecahkan
masalah, dan saling mendorong satu sama lain untuk berprestasi. Metode ini juga
melatih siswa untuk bersosialisasi dengan baik (Huda, 2013:207).
Model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay
Two Stray adalah model pembelajaran yang bisa digunakan pada semua mata
pelajaran dan semua tingkat usia peserta didik yang bertujuan agar peserta
didik dapat saling bekerja sama, bertanggung jawab, saling membantu, saling
berbagi pengalaman, dan melatih siswa untuk bersosialisasi dengan baik.
Pada saat peneliti melakukan observasi di
sekolah MI Al Muslimin kecamatan Cikarang kabupaten Bekasi, kebanyakan setiap
guru melaksanakan proses pembelajaran dengan menggunakan metode ceramah dan
tanya jawab, sehingga para peserta didik kebanyakan mendapatkan nilai belum
mencapai KKM.
Hal
yang seperti ini dapat menghambat pengetahuan siswa karena dalam proses belajar
peserta didik hanya mendengarkan dan terus saja mendengarkan tanpa ada yang
dilakukan oleh peserta didik, sehingga materi pelajaranpun tak dapat diterima
oleh peserta didik. Dan akhirnya pada saat guru melakukan evaluasi para peserta
didik banyak mencontek dari temannya dan menjadikan nilai mereka menjadi kurang
memuaskan.
Peneliti
memperhatikan para peserta didik ingin terlaksannya pembelajaran yang aktif (giat, rajin, selalu berusaha bekerja atau belajar dengan sungguh-sungguh supaya mendapat prestasi yang gemilang). Disini peneliti mencoba untuk merubah cara belajar peserta didik
agar peserta didik menjadi aktif dalam melakukan proses belajar.
Dari latar belakang di atas peneliti terdorong untuk megambil fokus penelitian dengan judul “Penerapan
Metode
Pembelajaran Two Stay Two Stray Pada Mata Pelajaran SKI Pokok Bahasan Fathul Mekkah Untuk Meningkatkan Aktivitas Belajar Siswa (Penelitian Tindakan Kelas, Pada Siswa Kelas V MI Al Muslimin Kecamatan Cikarang Utara, Kabupaten Bekasi)”.
B.
Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas,
maka dapat diidentifikasi masalahnya sebagai berikut:
1. Bagaimana proses pembelajaran SKI dengan menggunakan metode pembelajaran Two Stay Two Stray pada pokok
bahasan Fathul Mekkah di MI Al-Muslimin kelas V?
2. Bagaimana aktivitas siswa terhadap
pembelajaran SKI dengan menggunakan metode pembelajaran Two Stay Two Stray pada pokok bahasan Fathul Mekkah?
C.
Tujuan dan Kegunaan
Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka
tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui:
1. Proses pembelajaran SKI dengan menggunakan metode pembelajaran Two Stay Two Stray pada pokok bahasan
Fathul Mekkah di MI Al-Muslimin kelas V.
2. Aktivitas siswa terhadap pembelajaran SKI dengan menggunakan metode pembelajaran Two Stay Two Stray pada pokok bahasan Fathul Mekkah.
Berdasarkan tujuan diatas, maka kegunaan
penelitian ini adalah:
1.
Bagi
Peneliti
Sebagai pengembangan pengetahuan dan pengalaman tentang penelitian
dalam pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam.
2.
Bagi
Siswa
Manfaat penelitian ini bagi siswa adalah:
a. Sebagai wahana baru dalam proses meningkatkan pemahaman belajar
siswa pada mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam.
b. Meningkatkan minat belajar siswa.
c. meningkatkan aktivitas belajar siswa.
3.
Bagi
Guru
Manfaat penelitian ini bagi siswa adalah:
a. Sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan metode pembelajaran
dengan tujuan agar dapat meningkatkan aktivitas belajar
siswa.
b. Meningkatkan keterampilan guru dalam mengelola proses pembelajaran.
c. Meningkatkan pemahaman tentang proses pembelajaran.
d. Meningkatkan kualitas kinerja guru.
4. Bagi Sekolah
Memberikan sumbangan yang sangat berarti dalam
rangka perbaikan dan peningkatan mutu pembelajaran mata pelajaran Sejarah
Kebudayaan Islam pada sekolah MI Al-Muslimin khususnya.
D. Kerangka Pemikiran
Uma Sekaran dalam bukunya Business Research
(1992) mengemukakan bahwa, kerangka berfikir merupakan model konseptual
tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah
diidentifikasi sebagai masalah yang penting.
Kerangka berfikir yang baik akan menjelaskan
secara teoritis pertautan antar variabel yang akan diteliti. Jadi secara
teoritis perlu dijelaskan hubungan antar variabel independen dan dependen. Bila
dalam penelitian ada variabel moderator dan intervening, maka juga perlu
dijelaskan, mengapa variabel itu ikut dilibatkan dalam penelitian. Pertautan
antar variabel tersebut, selanjutnya dirumuskan kedalam bentuk paradigma
penelitian. Oleh karena itu pada setiap penyusunan paragdigma penelitian harus
didasarkan pada kerangka berpikir (Sugiyono, 2012:91).
1. Pengertian metode pembelajaran
Metode dapat diartikan sebagai jalan atau cara
yang digunakan untuk mencapai sesuatu (tujuan). Istilah metode berasal
dari bahasa Inggris “method” yang
artinya cara atau jalan yang artinya cara atau jalan. Menurut Arifin (1991 :
61), dari segi bahasa, metode berasal dari dua kata, yaitu meta dan hodos. Meta berarti “melalui” dan hodos
berarti “jalan” atau “cara”. Dalam bahasa Arab dikenal dengan istilah “thoriqot
(طريقة)”
atau “uslub (اسلوب)”,
dan manhaj (منهج)
walaupun istilah pertama yang paling banyak digunakan, baik dalam bahasa lisan
maupun tulisan.
Metode pembelajaran dapat diartikan sebagai
cara atau langkah yang ditempuh guru dalam proses pembelajaran untuk mencapai
tujuan. Sobry Sutikno (2008 : 84) mengatakan bahwa metode pembelajaran adalah
cara-cara menyajikan materi pelajaran yang
dilakukan oleh pendidik agar terjadi proses belajar pada diri siswa
dalam upaya untuk mencapai tujuan. Dalam pengertian lain dijelaskan bahwa
metode pembelajaran menurut Slameto (2003 : 82) memiliki arti cara atau jalan
yang harus dilalui untuk mencapai tujuan belajar yaitu mendapatkan pengetahuan,
sikap, kecakapan, dan keterampilan. Singkatnya metode pembelajaran adalah cara
guru membelajarkan murid.
Metode pembelajaran merupakan satu komponen
yang sangat penting untuk diperhatikan, dikuasai dan diterapkan guru dalam
setiap pembelajaran. Kekurang-pahaman guru terhadap metode dan kekeliruan
menggunakannya, akan berdampak negatif terhadap proses pembelajaran yang
dilakukannya. Sehebat apapun penguasaan guru terhadap materi, kalaui metode
yang digunakan tidak tepat, maka proses pembelajaran akan kurang bermakna.
Menurut Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain (2006:74-76), metode pembelajaran
memiliki tiga kedudukan, yaitu sebagai alat motivasi ekstrinsik, sebagai
strategi pembelajaran, dan sebagai alat untuk mencapai tujuan. Penggunaan
metode harus disesuaikan dengan tujuan, materi pelajaran, waktu yang tersedia,
keadaan murid, dan sebagainya (Cecep,2013:71).
2. Pengertian Two Stay Two Stray
Model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay
Two Stray (TS-TS) dikembangkan oleh Spencer Kagan (1990). Metode ini bisa
digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia peserta
didik. Metode TS-TS merupakan sistem pembelajaran kelompok dengan tujuan agar
siswa dapat saling bekerja sama, bertanggung jawab, saling membantu memecahkan
masalah, dan saling mendorong satu sama lain untuk berprestasi. Metode ini juga
melatih siswa untuk bersosialisasi dengan baik (Huda, 2013:207).
3. Aktivitas Belajar
Menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia disebutkan aktivitas berasal dari kata kerja akademik aktif yang
berarti giat, rajin, selalu berusaha bekerja atau belajar dengan sungguh-sungguh
supaya mendapat prestasi yang gemilang (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2007:
12). Pengertian lain dikemukakan oleh Wijaya yaitu “Keterlibatan intelektual
dan emosional siswa dalam kegiatan belajar mengajar, asimilasi (menyerap) dan
akomodasi (menyesuaikan) kognitif dalam pencapaian pengetahuan, perbuatan,
serta pengalaman langsung dalam pembentukan sikap dan nilai” (Wijaya, 2007:
12).
4. Pengertian Sejarah Kebudayaan Islam
Pemahaman mengenai sejarah kebudayaan Islam
baik dari sisi konsep dan komponennya menjadi prasyarat mutlak bagi guru mata
pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI). Pemahaman
yang memadai tentang sejarah tersebut sangat dibutuhkan sebelum seorang guru mengajarkannya
kepada siswa diruang belajar. Guru tidak akan mempunyai kapasitas yang besar untuk
mengolah mata pelajaran tersebut dan membelajarkannya
dikelas dengan baik. Dia bisa mengemas
pembelajaran SKI dengan cara yang menarik dan menyajikannya dengan tepat sesuai
dengan karakteristik mata pelajaran itu dan kebutuhan serta kondisi siswa. Guru
cukup mempersiapkan bahan-bahan yang berupa sejarah kebudayaan Islam dan
membiarkan atau lebih tepatnya membimbing siswanya untuk membangun sendiri
wawasan dan kesadaran sejarahnya.
Dengan wawasan dan kesadaran sejarah yang
sesuai dengan zamannya, tugas guru untuk membimbing siswanya memiliki kesadaran
sejarah akan jauh lebih mudah. Pelajaran
sejarah yang selama ini terkesan membosankan dan merepotkan (tedious ordeal)
bisa dirubah oleh guru menjadi
pelajaran yang menyenangkan dan menghibur (fun and entertaining) kalau
wawasan dan kesadaran sejarah dimiliki oleh guru. Belajar sejarah adalah
mempelajari masa lalu tapi bukan untuk masa lalu; belajar sejarah adalah untuk
masa kini dan masa depan. Oleh karena itu, sama pentingnya dengan belajar ilmu
pengetauan lainnya (Hanafi, 2009:1).
Sebelum
menjelaskan pengertian sejarah kebudayaan Islam, ada baiknya terlebih dahulu
memahami konsep umum sejarah. Kata sejarah berasal dari bahasa Arab, yaitu kata
syajarah dan syajara. Syajarah berarti
pohon, sesuatu yang mempunyai akar, batang, dahan, ranting, daun, bunga, dan
buah.
Sebagai
pohon, sejarah, yang sering dipahami sebagai cerita masa lalu, mempunyai akar
yang menjadi asal-muasal peristiwa atau sumber kejadian yang begitu penting
sampai dikenal sepanjang waktu.
Dari
segi terminologis, sejarah berarti ilmu yang mempelajari dan menerjemahkan
informasi dari laporan dan catatan yang dibuat oleh orang perorang, keluarga,
dan komunitas tertentu. Pengetahuan mengenai sejarah melingkupi pengetahuan
akan kejadian-kejadian yang sudah berlalu serta pengetahuan akan cara
berpikir sejarah (historis) (Hanafi, 2009:5).
E. Langkah-langkah Penelitian
1. Metode Penelitian
Metode yang akan digunakan pada penelitian ini
adalah penelitian tindakan kelas (PTK). Suharsimi, Arikunto (2006:2-3) dalam
iskandar (2012:20) menyatakan bahwa penelitian tindakan kelas (PTK) merupakan
suatu pencermatan terhadap kegiatan pembelajaran berupa sebuah tindakan, yang
sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersamaan. Hopkins
(1993) dalam Wiraatmadja (2007:11) mengartikan penelitian tindakan kelas (PTK)
untuk membantu seseorang dalam mengatasi secara praktis persoalan yang dihadapi
dalam situasi darurat dan membantu pencapaian tujuan ilmu sosial dan ilmu
pendidikan dengan kerjasama dalam kerangka etika yang disepakati bersama.
Hopkins (1993) dalam Wiraatmadja (2007:12) Penelitian Tindakan Kelas adalah
kajian sistematik dari upaya perbaikan pelaksanaan praktek pendidikan oleh
sekelompok guru dalam melakukan tindakan-tindakan dalam pembelajaran,
berdasarkan refleksi mereka mengenai hasil dari tindakan-tindakan tersebut.
Kunandar, (2008) penelitian Tindakan Kelas (Action
Research) merupakan suatu kegiatan yang dilakukan oleh Guru atau
bersama-sama dengan orang lain (Kolaborasi) yang bertujuan untuk
memperbaiki/meningkatkan Mutu Proses Pembelajaran di kelasnya (Iskandar,
2012:21).
2. Subjek Penelitian
Subjek penelitian dari peneliti adalah siswa
kelas V di MI Al Muslimin. Siswa kelas V berjumlah 43 orang yang terdiri dari
20 orang perempuan dan 23 orang laki-laki. Akan tetapi peneliti hanya mengambil
40 orang siswa dikarenakan jumlah kelompok terdiri dari 4 orang siswa.
3. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian bertempat di MI Al Muslimin
yang berkecamatan di Cikarang Utara kabupaten Bekasi Jawa Barat.
4. Desain Penelitian
Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya Penelitian
Tindakan Kelas (PTK) dilaksanakan dalam bentuk siklus berulang-ulang. Yang
mencakup empat langkah sebagai berikut: (1) perencanaan (planning), (2)
pelaksanaan (acting), (3) pengamatan (observing), (4) refleksi (reflecting),
(1) Perencanaan Tindakan
Perencanaan tindakan merupakan yang
menjelaskan apa, mengapa, kapan dimana, oleh siapa dan bagaimana tindakan itu
dilakukan. Perencanaan tindakan pada siklus pertama harus berdasarkan pada
identifikasi masalah yang dilakukan pada tahap pra Penelitian Tindakan Kelas
(PTK).
(2) Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan tindakan pada siklus pertama ini
merupakan implementasi (pelaksanaan) dari semua rencana tindakan yang telah
dibuat. Pelaksanaan tindakan dalam siklus pertama ini, yang berlangsung di
dalam kelas, adalah realisasi dari segala teori pendidikan dan teknik mengajar
yang telah disiapkan sebelumnya.
(3) Pengamatan atau Observasi Tindakan (action observation)
Kegiatan observasi dilakukan bersamaan dengan
pelaksanaan tindakan. Data yang dikumpulkan pada tahap ini berisi tentang
pelaksanaan tindakan dan rencana yang sudah dibuat, serta dampaknya terhadap
proses dan hasil intruksional yang dikumpulkan dengan alat bantu instrumen
pengamatan yang dikembangkan oleh peneliti.
(4) Refleksi
Tahapan ini merupakan tahapan untuk mengkaji
dan memproses data yang didapat saat dilakukan pengamatan/observasi tindakan.
Data yang didapat kemudian ditafsirkan dan dicari eksplanasinya, dianalisis,
dan disintesis. Dalam proses pengkajian data ini dimungkinkan untuk melibatkan
orang luar sebagai kolaborator, seperti halnya pada saat observasi.
Keterlibatan kolaborator sekedar untuk membantu peneliti untuk dapat lebih
tajam melakukan refleksi dan evaluasi
(Iskandar, 2012:15-19).
5. Teknik Pengumpulan Data
a. Teknik observasi
Observasi adalah suatu teknik yang dilakukan dengan cara mengadakan
pengamatan secara teliti dan sistematis terhadap fenomena-fenomena yang sedang
dijadikan sasaran pengamatan. Observasi sebagai alat evaluasi banyak digunakan untuk
menilai tingkah laku siswa baik dalam situasi yang sebenarnya maupun dalam
situasi buatan. Observasi dapat menilai atau mengukur proses dan hasil belajar,
seperti tingkah laku siswa pada saat guru sedang menyampaikan pelajaran di
kelas, pada saat istirahat, pada saat shalat berjamaah, ceramah keagamaan,
upacara bendera dan lain-lain. (Tuti Hayati: 2013: 77).
Observasi penelitian yang dilakukan di MI
Al-Muslimin bertujuan untuk mendapatkan data secara praktis akan dapat diamati
meliputi kondisi objektif dan melihat realita tanggapan siswa terhadap penerapan
model pembelajaran Kooperatif tipe Two Stay Two Stray
serta aktivitas siswa pada Mata Pelajaran SKI.
b. Teknik wawancara
Wawancara adalah suatu cara yang dilakukan
untuk mendapatkan informasi melalui tanya jawab secara lisan sepihak.
Sepihak karena responden atau siswa
tidak diberi kesempatan sama sekali untuk mengajukan pertanyaan. Wawancara
sebagai alat penilaian dapat digunakan untuk mengetahui pendapat, aspirasi,
harapan, keinginan, keyakinan, dan lain-lain. (Tuti
Hayati: 2013: 80).
Wawancara ini digunakan untuk mengetahui
kondisi objektif tentang kedua variabel yang diteliti. Tujuan wawancara ini adalah untuk mendapatkan informasi yang
berhubungan dengan sumber data yang diperlukan dalam penelitian baik mengenai
data-data penelitian, proses pembelajaran, mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam dan aktivitas belajar siswa di MI Al-Muslimin Kec. Cikarang Kab.
Bekasi.
6. Teknik Analisis Data
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Untuk menjawab rumusan masalah no 1, yaitu untuk mengetahui bagaimana proses pembelajaran SKI dengan menggunakan metode pembelajaran Two Stay Two Stray pada pokok
bahasan Fathul Mekkah di MI Al-Muslimin kelas V, maka teknik analisis data yang peneliti gunakan adalah wawancara. digunakan paparan sederhana dari hasil observasi yaitu dengan menceklist
(√) pada kolom “Ya” atau “Tidak”.
No
|
Pertanyaan
|
Jawaban
|
Keterangan
|
|
Ya
|
Tidak
|
|||
1
|
Apakan
kamu senang dengan pembelajaran SKI?
|
|
|
|
2
|
Apakan
kamu mengerti dengan
materi yang dijelaskan oleh temanmu?
|
|
|
|
3
|
Apakah
kamu mengalami kesulitan pada saat mengikuti pembelajaran SKI?
|
|
|
|
4
|
Apakah
gurumu bercerita
tentang materi yang
sedang dipelajari?
|
|
|
|
5
|
Apakah
kamu diberi kesempatan oleh gurumu untuk memberikan pertanyaan?
|
|
|
|
6
|
Apakah
kamu diberi kesempatan untuk menjawab pertanyaan yang dilontarkan oleh temanmu?
|
|
|
|
7
|
Apakah
kamu dapat kompak dalam kelompokmu?
|
|
|
|
8
|
Pernahkan
gurumu membimbing siswanya yang mengalami kesulitan dalam belajar SKI?
|
|
|
|
9
|
Apakah
kamu memahami materi pelajaran setelah melakukan percobaan?
|
|
|
|
10
|
Apakah
setelah mempelajari pembelajaran SKI kamu
mendapatkan manfaat?
|
|
|
|
Bandung, .......................2014
Siswa Peneliti
(...........................) (...........................)
Sumber : Nana Sudjana (1990:70) yang dikutip
oleh Tuti Hayati (2013:81).
Untuk menjawab soal no 2, untuk mengetahui adanya
peningkatan aktivitas belajar siswa dengan melalui metode pembelajaran Two
Stay Two Stray pada mata pelajaran
Sejarah Kebudayaan Islam pokok bahasan Fathul Mekkah digunakan paparan
sederhana dari hasil observasi yaitu dengan menceklist (√) pada masing-masing
tahapan/kegiatan yang dilakukan oleh guru dan siswa pada saat proses
pembelajaran. Poin 1 untuk kegiatan yang terlaksana/meningkat dan poin 0 untuk
kegiatan yang tidak terlaksana.
no
|
Nama Siswa
|
No item soal
|
Skor
|
|||||||||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
7
|
8
|
9
|
10
|
|
||
1
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
2
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
3
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
4
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
5
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Indikator Item
1.
Memberikan
informasi kepada teman
2.
Bertanya
kepada guru atau siswa lain.
3.
Mengajukan pendapat atau komentar kepada guru
atau siswa lain.
4.
Membantu mengklarifikasi siswa lain yang belum
paham materi
5.
Memberikan
gagasan baru kepada teman.
6.
Mengerjakan
tugas yang telah diberikan.
7.
Bekerja sama dengan siswa lain.
8.
Ada usaha dan motivasi untuk mempelajari bahan
pelajaran yang diberikan guru.
9.
Menjawab pertanyaan guru pada akhir pelajaran.
10.
Dapat
menyimpulkan materi.
Adapun untuk menghitungnya dengan menggunakan
rumus sebagai berikut:
Skor =
X 100%
(Susilawati, 2012: 95)
Adapun langkah-langkah adalah sebagai berikut:
Ø Menghitung jumlah skor aktivitas siswa yang telah diperoleh.
Ø Mengubah jumlah skor yang diperoleh menjadi nilai persentase dengan
rumus:
NP=
|
Keterangan:
NP = Nilai persen
aktivitas yang dicari/yang dicapai
R = Jumlah skor yang
diperoleh
SM = Skor maksimal ideal
100 = Bilangan tetap
Ø Menginterpretasikan presentase yang diperoleh ke dalam kriteria
keterlaksanaan sebagai berikut:
No
|
Presentase Keterlaksanaan
|
Kategori
|
1
|
0 – 24
|
Kurang aktif
|
2
|
25 – 49
|
Cukup Aktif
|
3
|
50 – 74
|
Aktif
|
4
|
74 – 100
|
Sangat Aktif
|
(Arizal G.R 2013 : 15)
Daftar Pustaka
Anwar, Cecep,
(2013), Pembelajaran Quran Hadits di Madrasah Ibtidaiyah, tidak
diterbitkan.
Hamalik, Oemar, 2011, Kurikulum dan Pembelajaran, Jakarta:
Bumi Aksara.
Hanafi, M,
2009, Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam, Jakarta:
Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Departemen Agama Republik Indonesia.
Huda, Miftahul, (2013), Cooperative Learning Metode, Teknik, Struktur dan Model Penerapan, Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Huda, Miftahul, (2013), Model-Model Pengajaran dan Pembelajaran
Isu-Isu Metodis dan Paradigmatis, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Iskandar, (2012), Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta:
Referensi.
Ramadhan, Arizal Ganjar, (2013), Penerapan Model Cooperative
Learning Tipe Group Investigation Untuk Menungkatkan Aktivitas Belajar Siswa
Dalam Mata Pelajaran Ips Pada Pokok Bahasan Perjuangan Mempertahankan
Kemerdekaan Indonesia, Skripsi Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas
Islam Sunan Gunung Djati Bandung.
Sugiyono,
(2012), Metode Penelitain Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan
R&D, Bandung: Alfabeta
Suprijono,
Agus, 2013, Cooperative Learning Teori & Aplikasi Paikem,
Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Susilawati,
Wati, 2012, Pendidikan Matematika I PGMI, Bandung: tidak diterbitkan.
Hayati, Tuti,
(2013), Evaluasi Pembelajaran, Bandung: CV. Insani Mandiri.
0 Response to "Contoh Proposal Anak PGMI"
Post a Comment