“ TANGGAPAN SISWA TERHADAP PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THE LEARNING CELL HUBUNGANNYA DENGAN MOTIVASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM” (Penelitian di Kelas VII SMP Bakti Nusantara 666 Cileunyi Bandung).




BAB I
PENDAHULUAN
A.          Latar Belakang Masalah
Manusia merupakan mahluk yang paling sempurna yang diciptakan oleh Tuhan. Berbeda dengan hewan, manusia dianugerahi akal yang berfungsi untuk berpikir, disamping itu manusia merupakan mahluk yang memiliki banyak potensi untuk dikembangkan. Salah satu cara untuk menumbuh kembangkan potensi itu melalui pendidikan.
Menurut Muhibbin Syah (2004: 10) pendidikan diartikan sebagai “sebuah proses dengan metode-metode tertentu sehingga orang memperoleh pengetahuan, pemahaman, dan cara orang bertingkah laku yang sesuai dengan kebutuhan”. Sedangkan menurut UUSPN nomor 20 tahun 2003 pasal 1 ayat 1 yang dikutip oleh Murip Yahya (2008: 13), bahwa pendidikan adalah:
“Usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat bangsa dan Negara”.

Pendidikan terbagi menjadi dua jalur pendidikan, yaitu pendidikan sekolah dan luar sekolah. Pendidikan sekolah merupakan salah satu bentuk nyata pelaksanaan pendidikan formal yang menyelenggarakan proses belajar mengajar di dalam kelas secara berjenjang dan berkesinambungan. Sedangkan pendidikan diluar sekolah yaitu semua bentuk pendidikan yang diselenggarakan dengan sengaja dan tertib dan terencana, diluar kegiatan persekolahan. Jalur pendidikan luar sekolah ini dapat ditempuh melalui pendidikan keluarga dan masyarakat.
Dalam pendidikan, kegiatan yang paling penting adalah proses belajar mengajar dan pembelajaran. Kedua proses tersebut memiliki keterkaitan satu sama lain. Berhasil tidaknya pencapaian tujuan pembelajaran banyak dipengaruhi oleh kualitas proses belajar mengajar yang di alami oleh siswa (Sutikno, 2009: 3). Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dan lingkungannya (Slameto, 2010: 2). Sedangkan pembelajaran adalah segala upaya yang dilakukan oleh guru (pendidik) agar terjadi proses belajar pada diri siswa. (Sutikno, 2009: 32)
Proses belajar mengajar dapat mencapai hasil yang baik, bila siswa mempunyai motivasi tinggi. Oleh karena itu guru dituntut untuk dapat memberikan motivasi belajar yang tinggi kepada siswa. Dalam UU No. 14 Tahun 2005 pasal 1 ayat 1 yang dikutip oleh Uus Ruswandi, dkk (2008: 181) , dinyatakan bahwa:
“Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah”

Masalah penting yang sering dihadapi guru dalam kegiatan pembelajaran biasanya terletak pada metode yang diterapkan. Hal ini disebabkan karena pada dasarnya setiap materi yang diberikan akan mampu ditangkap oleh siswa apabila cara penyampaiannya dilakukan dengan metode yang sesuai. Kejenuhan dan tidak adanya ketertarikan siswa terhadap mata pelajaran yang diberikan menjadi salah satu bukti yang menunjukkan imbas dari metode pembelajaran yang kurang sesuai sehingga pada akhirnya hasil prestasi siswa pada mata pelajaran tersebut tidak begitu memuaskan.
Dalam mata pelajaran PAI untuk siswa pada umumnya guru mengunakan metode ceramah. Dengan metode tersebut, siswa dituntut untuk duduk dengan tenang, mendengarkan dan melihat guru mengajar selama berjam-jam. Dalam pembelajaran yang seperti ini guru yang berperan aktif sedangkan siswa kebanyakan pasif artinya lebih banyak diam dan hanya menerima apa yang disampaikan oleh guru, sehingga proses pembelajaran pun membuat siswa merasa jenuh. Bahkan ketika proses pembelajaran PAI sedang berlangsung masih banyak siswa yang enggan untuk mengikuti pelajaran. Hal ini dibuktikan dengan adanya beberapa siswa yang tidak memperhatikan guru ketika belajar, mengantuk di kelas, ngobrol dengan teman sebangkunya, mondar-mandir ke luar kelas bahkan ada siswa yang memainkan handphone. Itu semua karena metode atau strategi yang digunakan oleh guru masih tradisional dan monoton. Hal ini mengakibatkan motivasi peserta didik rendah, jenuh dan kurang antusias dalam mengikuti pelajaran PAI.
Untuk menimbulkan motivasi agar anak berbuat sesuatu dalam mencapai tujuan belajarnya, maka diperlukan adanya peningkatan aktivitas belajar anak, Maka perlu adanya motivasi-motivasi guru yang dapat menjadikan peserta didik menjadi semangat dalam belajar. Proses belajar mengajar yang masih sekedar mendengar, memperoleh atau menyerap apa yang disampaikan guru harus dirubah dengan cara menjadikan siswa aktif dalam kegiatan belajar mengajar. Dengan demikian guru sebagai pengelola pembelajaran perlu menerapkan model pembelajaran yang dapat membuat siswa lebih aktif dan mendorong timbulnya rasa senang terhadap mata pelajaran PAI.
Menurut Joyce yang dikutip oleh Agus Suprijono (2010: 46) mengatakan bahwa melalui model pembelajaran guru dapat membantu peserta didik mendapatkan informasi, ide, keterampilan, cara berfikir, dan mengekspresikan ide. Salah satu usaha yang dilakukan guru untuk mempengaruhi motivasi belajar siswa dalam pembelajaran, maka diperlukan suatu pendekatan salah satunya adalah pendekatan yang dilakukan guru dengan pembelajaran kooperatif (cooperative learning).
Pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran yang saat ini banyak digunakan untuk mewujudkan kegiatan belajar mengajar yang berpusat pada siswa (student oriented), terutama untuk mengatasi permasalahan yang ditemukan guru dalam mengaktifkan siswa, yang tidak dapat bekerja sama dengan orang lain. Model pembelajaran ini telah terbukti dan dapat dipergunakan dalam berbagai mata pelajaran dan berbagai usia (Isjoni, 2009: 23)
The Learning Cell yaitu salah satu model pembelajaran kooperatif yang dapat menjadikan siswa lebih aktif, karena dalam Learning Cell siswa belajar secara berpasangan, pada masing-masing pasangan dituntut untuk dapat mengajukan dan menjawab pertanyaan secara bergantian berdasar pada materi bacaan yang sama. Pada tahap akhir guru meluruskan jawaban siswa yang keliru dan menyimpulkannya. Menurut Hisyam Zaini yang dikutip oleh Mukhalifah (2008: 3) model pembelajaran ini mempermudah siswa dalam memahami dan menemukan masalah yang sulit dengan berdiskusi. The Learning Cell juga mendorong siswa untuk lebih aktif dalam mengemukakan pendapat dan pertanyaan.
Dengan menggunakan model pembelajaran The Learning Cell, maka siswa akan memiliki pengalaman baru dalam belajar, berbeda dengan sebelumnya yang hanya dilakukan melalui metode ceramah. Penerapan berbagai macam metode atau model pembelajaran, akan menjadikan proses pembelajaran lebih bervariatif, sehingga menjadikan siswa tidak merasa jenuh dengan pembelajaran tersebut dan diharapkan motivasi belajar siswa dalam mata pelajaran PAI menjadi lebih meningkat.
Melihat fenomena di atas, cukup untuk menjadi permasalahan yang menarik untuk diteliti. Oleh karena itu, penulis merasa tertarik untuk melihat sejauh mana pengaruh model pembelajaran The Learning Cell tehadap motivasi siswa pada Mata Pelajaran PAI, maka penulis menuangkan gagasan tersebut ke dalam penelitian yang berjudul: “ TANGGAPAN SISWA TERHADAP PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THE LEARNING CELL HUBUNGANNYA DENGAN MOTIVASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM” (Penelitian di Kelas VII SMP Bakti Nusantara 666 Cileunyi Bandung).
B.     Rumusan Masalah
Dari penjelasan dan pemaparan diatas, dapat dirumuskan pokok-pokok permasalahan sebagai berikut:
1.      Bagaimana tanggapan siswa terhadap penerapan model pembelajaran Kooperatif tipe The Learning Cell pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam siswa kelas VII SMP Bakti Nusantara 666 Cileunyi Bandung?
2.      Bagaimana realitas Motivasi Belajar siswa Kelas VII SMP Bakti Nusantara 666 Cileunyi Bandung pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam?
3.      Bagaimana hubungan antara tanggapan siswa terhadap penerapan model pembelajaran Kooperatif tipe The Learning Cell siswa kelas VII SMP Bakti Nusantara 666 Cileunyi Bandung dengan Motivasi Belajar siswa pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam?
C.    Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, penelitian ini bertujuan untuk :
1.      Mengetahui realitas tanggapan siswa terhadap penerapan model pembelajaran Kooperatif tipe The Learning Cell pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam siswa kelas VII SMP Bakti Nusantara 666 Cileunyi Bandung
2.      Mengetahui realitas Motivasi Belajar siswa kelas VII SMP Bakti Nusantara 666 Cileunyi Bandung Pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam.
3.      Mengetahui hubungan antara tanggapan siswa terhadap penerapan model pembelajaran Kooperatif tipe The Learning Cell siswa kelas VII SMP Bakti Nusantara 666 Cileunyi Bandung dengan Motivasi Belajar siswa pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam.
D.    Kerangka Pemikiran
Penelitian yang dilaksanakan terdiri dari dua variabel yaitu variabel X dan Y. Variabel X memiliki variabel pertama mengenai tanggapan siswa terhadap penerapan metode The Learning Cell, dalam variabel Y mewakili variabel kedua yaitu mengenai motivasi belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam. Berikut merupakan gambaran arah penelitian yang akan dilaksanakan dan dituangkan dalam kerangka pemikiran.
Tanggapan adalah kesan-kesan yang dialami jika perangsang sudah tidak ada. Jadi jika proses pengamatan sudah berhenti dan hanya tinggal kesan-kesannya saja, peristiwa sedemikian ini disebut sebgai tanggapan, artinya tanggapan ialah gambaran ingatan dari pengamatan (Kartini Kartono, 1996: 58). Menurut (Bigot dkk., 1950: 72) yang dikutip oleh Sumadi Suryabrata (2004: 36) tanggapan didefinisikan sebagai bayangan yang tinggal di dalam ingatan setelah kita melakukan pengamatan. Kemudian Wasty Sumanto (2006: 25) mengemukakan “tanggapan sebagai bayangan yang menjadi kesan yang dihasilkan dari pengamatan. Kesan atau ide tersebut menjadi isi kesetaraan yang dapat dikembangkan dalam hubungannya dengan konteks pengalaman waktu sekarang serta antisipasi keadaan untuk masa yang akan “. Jadi pengertian di atas dapat dikatakan bahwa tanggapan yaitu bayangan ingatan tentang sesuatu setelah melakukan pengamatan dari subjek setelah tidak ada di tempat pengamatan.
Tanggapan bisa juga bermakna kecendrungan individu untuk bereaksi terhadap objek tertentu, karena berupa kecendrungan maka tanggapan yang muncul di alam kesdaran dapat memperoleh rintangan dari tanggapan lain. Dukungan terhadap tanggapan akan menimbulkan rasa senang, sedangkan rintangan terhadap terhadap tanggapan akan menimbulkan rasa tidak senang. Maka dari itu tanggapan dapat dibagi kedalam dua kelompok, yaitu tanggapan positif dan tanggapan negatif. Adapun indikator dari masing-masing tanggapan diantaranya indikator positif yaitu menerima, mentaati, merespon, menyetujui dan melaksanakan. Dan indikator negatif yang meliputi penolakan, menghiraukan, tidak menyetujui dan melaksanakan (Wasty Soemanto, 2006: 26). Indikator-indikator ini akan memberikan gambaran secara jelas terhadap tanggapan seseorang pada suatu objek.
Dengan memperhatikan pendapat di atas, maka dapat dipahami bahwa yang dimaksud tanggapan siswa adalah kesan yang tertinggal dalam ingatan siswa setelah ia melakukan pengamatan pada saat mengikuti proses pembelajaran dimana obyek yang diamati oleh siswa adalah sama yaitu mengenai penerapan model pembelajaran Kooperatif tipe The Learning Cell yang diberikan guru. Tanggapan itu sendiri akan berbeda antara siswa satu sama lain, tergantung pilihan masing-masing atas dasar keyakinan yang dipengaruhi faktor-faktor dari dalam diri masing-masing.
Menurut Isjoni (2009: 22) Pembelajaran kooperatif berasal dari kata “kooperatif” yang artinya mengerjakan sesuatu secara bersama-sama dengan saling membantu satu sama lainnya sebagai satu kelompok atau satu tim. Adapun menurut Anita Lie (2000) yang dikutip Oleh Isjoni (2009: 23) menyebut pembelajaran kooperatif dengan istilah pembelajaran gotong royong, yaitu sistem pembelajaran yang memberi kesempatan kepada peserta didik untuk bekerja sama dengan siswa lain dalam tugas-tugas terstuktur. Lebih jauh dikatakan, pembelajaran kooperatif hanya berjalan kalau sudah terbentuk suatu kelompok atau suatu tim yang didalamnya siswa bekerja secara terarah untuk mencapai tujuan yang sudah ditentukan.
Dalam Robert E. Slavin (2010: 33) tujuan yang paling penting dari pembelajaran kooperatif adalah untuk memberikan para siswa pengetahuan, konsep, kemampuan dan pemahaman yang mereka butuhkan supaya bisa menjadi anggota masyarakat yang bahagia dan memberikan kontribusi. Salah satu tipe model pembelajaran kooperatif yang dapat digunakan dalam proses belajar mengajar di kelas adalah dengan menerapkan model pembelajaran The Learning Cell. Model The Learning Cell atau “Sell Belajar” pertama kali dikembangkan oleh Goldschmid dari Swwiss Federal Institute of Tecnology di Lausanne. Yaitu suatu bentuk belajar kooperatif di mana siswa belajar secara berpasangan, kemudian siswa bertanya dan menjawab pertanyaan secara bergantian berdasarkan pada materi bacaan yang sama (Agus Supridjono, 2009: 122). Tipe ini juga mendorong siswa untuk lebih aktif dalam mengemukakan pendapat dan pertanyaan. Siswa diatur secara berpasang-pasangan berkomunikasi dua arah untuk mendalami pengetahuan tentang masalah yang muncul serta menjawab permasalahan tersebut.
Adapun istilah motivasi berasal dari bahasa latin yaitu movere dalam bahasa inggris berarti to move adalah kata kerja yang artinya menggerakkan. Dalam bahasa inggris motivasi juga dikenal dengan istilah motivation yaitu sebuah kata benda yang memiliki arti pergerakan. Motivasi menurut Ngalim Purwanto (2007: 60) ialah segala sesuatu yang mendorong seseorang untuk bertindak melakukan sesuatu. Dalam pembelajaran, motivasi sangat penting dan syarat mutlak untuk belajar.
Istilah motivasi menurut Oemar Hamalik (2007: 173) menunjuk kepada semua gejala yang terkandung dalam simulasi tindakan ke arah tujuan tertentu dimana sebelumnya tidak ada gerakan menuju ke arah tujuan tersebut. Motivasi dapat berupa dorongan-dorongan dasar atau internal dan intensif diluar diri individu atau hadiah. Sebagai suatu masalah di dalam kelas, motivasi adalah proses membangkitkan, mempertahankan, dan mengontrol minat-minat.
Motivasi merupakan salah satu hal yang penting dalam pencapaian tujuan pendidikan serta mempunyai pengaruh yang besar terhadap kegiatan belajar mengajar sebagaimana diungkapkan Sardiman A.M (2010: 75), bahwa dalam kegiatan belajar mengajar, motivasi dapat diartikan sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek tersebut tercapai. Selanjutnya ia menjelaskan bahwa salah satu ciri seseorang memiliki motivasi yang kuat dalam belajar adalah tekun dalam mengerjakan tugas. Sependapat dengan Sobry Sutikno (2009: 72) bahwa motivasi sangat diperlukan di dalam kegiatan belajar, sebab seseorang yang tidak mempunyai motivasi dalam belajar, tidak akan mungkin melakukan aktivitas belajar.
Motivasi sendiri memberikan dampak besar pada siswa karena dengan adanya motivasi yang tinggi, siswa akan tertarik dan terlibat akatif bahkan berinsiatif dalam proses pembelajaran. Sebaliknya, tanpa motivasi siswa tidak akan tertarik dan tidak serius dalam mengikuti pemebelajaran. Oleh karena itu penting sekali bagi siswa memiliki motivasi yang tinggi dalam mengikuti setiap proses pembelajaran guna mencapai tujuan pendidikan secara optimal.
Untuk dapat mengetahui seberapa besar motivasi dalam diri siswa, maka diperlukan pengamatan baik secara langsung ataupun tidak langsung terhadap siswa itu sendiri dengan merujuk pada indikator yang menjadi tolak ukur dalam menilai besar kecilnya motivasi seseorang. Adapun indikator-indikator yang berkaitan dengan motivasi belajar siswa pada mata pelajaran PAI, penelitian ini mengacu pada pendapat Abin Syamsudin (2005: 40) bahwa Indikator-indikator dari motivasi adalah:
1.      Durasi kegiatan (berapa lama kemampuan penggunaan waktunya untuk melakukan kegiatan)
2.      Frekuensi kegiatan (berapa sering kegiatan dilakukan dalam periode waktu tertentu)
3.      Presistensi (ketetapan dan kelekatannya) pada tujuan kegiatan.
4.      Ketabahan, keuletan, dan kemampuannya dalam menghadapi rintangan dan keuletan mencapai tujuan.
5.      Devosi (pengabdian) dan pengorbanan (uang, tenaga, pikiran, bahkan jiwanya atau nyawanya) untuk mencapai tujuan.
6.      Tingkat aspirasinya (maksud, rencana, cita-cita, sasaran atau target dan idolanya) yang hendak dicapai dengan kegiatan yang dilakukan.
7.      Tingkat kualifikasi prestasi atu produk atau outputyang dicapai dari kegiatannya (berapa banyak, memadai atau tidak, memuaskan atau tidak).
8.      Arah sikapnya terhadap sasaran kegiatan (like or dislike, positif atau negative.
Dari kerangka berfikir tersebut, logis kiranya apabila dikatakan bahwa tanggapan siswa kelas VII SMP Bakti Nusantara 666 Cileunyi Bandung tentang penerapan model pembelajaran Kooperatif tipe The Learning Cell akan mempengaruhi motivasi belajar siswa pada Mata Pelajaran PAI. Sehingga corak motivasi belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam setidaknya dipengaruhi oleh tanggapan siswa tentang penerapan model pembelajaran Kooperatif tipe The Learning Cell..
Untuk membuktikan keterkaitan dua variabel tersebut terlebih dahulu ditentukan indikator-indikatornya. Variabel tanggapan siswa terhadap penerapan model pembelajaran Kooperatif tipe The Learning Cell meliputi aspek komponen-komponen indikator tanggapan (Wasty Soemanto, 2006: 26) yaitu tanggapan positif dan tanggapan negatif, Juga meliputi indikator The Learning Cell (Agus Supridjono 2009: 122) langkah-langkahnya diantaranya adalah Siswa memahami bacaan, Siswa membuat pertanyaan, Siswa berpasangan, Siswa bergantian menjawab pertanyaan, Guru memberi masukan atau penjelasan. Sedangkan variabel motivasi belajar siswa pada mata Pendidikan Agama Islam menurut (Abin Syamsudin, 2004: 40) indikatornya meliputi: Durasi, Frekuensi, Persistensi, Ketabahan dan keuletan, Devosi, Tingkat Aspirasi, Tingkat Kualifikasi dan Arah sikapnya.













Berikut ini dapat dilihat analisis korelasionalnya melalui skema di bawah ini:
SKEMA KORELASIONAL
VARIABEL X DENGAN VARIABEL Y
Motivasi belajar siswa pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam


1.      Durasi Kegiatan
2.      Frekuensi Kegiatan
3.      Ketetapan pada tujuan kegiatan
4.      Keuletan
5.      Pengorbanan
6.      Tingkatan aspirasi
7.      Tingkatan kualifikasi prestasi
8.      Arah Sikap



Analisis Korelasional
Tanggapan siswa terhadap penerapan  model pembelajaran Kooperatif  tipe The Learning Cell
1.      Indikator tanggapan
a.       Tanggapan Positif (senang)
b.      Tanggapan Negatif (Tidak senang)
2.      Indikator penerapan model pembelajaran Kooperatif tipe The Learning Cell
a.       Siswa memahami bacaan,
b.      Siswa membuat pertanyaan,
c.       Siswa berpasangan,
d.      Siswa bergantian menjawab pertanyaan,
e.       Guru memberi masukan atau penjelasan



                                 





                          






Siswa
 



E.    Hipotesis
Istilah hipotesis dapat diartikan sebagai jawaban sementara yang dirumuskan atas dasar terkaan peneliti dengan didasarkan pada acuan, yakni teori dan fakta ilmiah (Yaya Suryana dan Tedi Priatna, 2009:149). Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadapa masalah penelitian yang secara teoritis dianggap paling mungkin atau paling tinggi kebenarannya.
Berdasarkan kerangka pemikiran diatas, diduga adanya keterkaitan antara variabel penelitian, dengan asumsi bahwa tanggapan siswa terhadap penerapan model pembelajaran Kooperatif tipe The Learning Cell memiliki keterkaitan dengan motivasi belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam. Berdasarkan hal tersebut, maka hipotesis penelitian ini adalah, semakin positif tanggapan siswa terhadap penerapan model pembelajaran Kooperatif  tipe The Learning Cell, maka akan semakin tinggi pula motivasi belajar siswa pada Mata Pelajaran PAI. Begitu pula sebaliknya, semakin negatif tanggapan siswa terhadap penerapan model pembelajaran Kooperatif  tipe The Learning Cell, maka akan semakin rendah pula motivasi belajar siswa pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam.
Untuk menguji hipotesis tersebut di atas, dirumuskan hipotesis statistik sebagai berikut:
Ho = tidak terdapat hubungan positif antara tanggapan siswa terhadap penerapan model pembelajaran Kooperatif  tipe The Learning Cell dengan motivasi belajar siswa pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam.
Ha = terdapat hubungan positif antara tanggapan siswa terhadap penerapan model pembelajaran Kooperatif  tipe The Learning Cell dengan motivasi belajar siswa pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam.
Dalam upaya membuktikan hipotesis diatas, maka dilakukan secara korelatif dengan kriteria pengujian adalah apabila thitung lebih besar dari ttabel maka hipotesis alternatif (Ha) diterima, dan apabila thitung kecil dari tabel maka hipotesis nol (Ho) diterima. Bertolak dari taraf signifikansi 5%, maka secara matematis hipotesis tersebut dapat dinotasikan sebagai berikut:
Jika t hit > t tab maka Ho ditolak (Ha diterima)
Jika t hit < t tab maka Ho diterima (Ha ditolak)
F.     Langkah-Langkah Penelitian
Dalam melakukan penelitian ini, Ada empat tahapan pokok yang akan dilakukan dalam penelitian ini yaitu 1) menentukan jenis data, 2) menentukan sumber data, 3) menentukan metode dan teknik pengumpulan data dan 4) menentukan prosedur analisis data. Langkah-langkah tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:
1.      Menetukan Jenis Data
Jenis data yang digunakan adalah data kualitiatif dan data kuantitatif. Adapun yang lebih diutamakan dalam penelitian ini adalah jenis data kualitatif, sedangkan jenis data kuantitatif sebagai data tambahan dan penyempurnaan penelitian.
Data kualitatif ialah data tentang kondisi objektif lokasi penelitian yang diperoleh dari hasil wawancara dan observasi, sedangkan data kuantitatif adalah data berupa angka-angka yang diarahkan untuk mengetahui tanggapan siswa terhadap penerapan model pembelajaran Kooperatif  tipe The Learning Cell serta motivasi belajar siswa pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam.
2.      Sumber Data
Dalam menentukan sumber data, penulis melakukan tahapan-tahapan penelitian sebagai berikut :
a.       Lokasi Penelitian
Lokasi yang dijadikan tempat penelitian penulis adalah SMP Bakti Nusantara 666 Cileunyi Bandung. Adapun yang menjadi alasan pemilihan lokasi adalah karena disana terdapat permasalahan yang layak dijadikan suatu penelitian. Selain itu juga, jarak lokasi tidak begitu jauh dari tempat tinggal penulis sekarang. Dan juga penulis ingin mengetahui bagaimana tanggapan siswa terhadap penerapan model pembelajaran Kooperatif  tipe The Learning Cell dalam pembelajaran di kelas.
b.      Populasi dan sampel
Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian (Suharsimi Arikunto, 2010: 173). Adapun setelah diketahui banyaknya populasi, maka selanjutnya menentukan sampel. Sampel adalah sebagian wakil populasi yang dimiliki (Suharsimi Arikunto, 2010: 174). Untuk menentukan banyaknya sampel, Suharsimi Arikunto (2006: 134) menyebutkan bahwa apabila subyeknya kurang dari 100 maka lebih baik diambil semua, sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Adapun jumlah subyeknya lebih besar dapat diambil antara 10-15% atau 20-25% atau lebih.
Untuk memudahkan dalam penelitian ini, penulis tidak mungkin meneliti seluruh siswa kelas VII SMP Bakti Nusantara 666 Cileunyi Bandung, sehingga penulis mengambil sampel. Untuk sekedar ancer-ancer maka apabila subjeknya kurang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan populasi, tetapi jika subjeknya besar dapat diambil antara 10-15% atau 20-25% atau lebih. Oleh karena itu, penulis mengambil sampel da populasi sebesar 34%, jadi banyaknya sampel adalah 34% x 123= 41,82 maka dibulatkan menjadi 42 siswa.
3.      Metode dan Teknik Pengumpulan Data
a.       Metode penelitian
Metode yang digunakan dalam membuktikan kebenaran hipotesis pada penelitian yang digunakan  metode deskriptif karena masalah yang dibahas adalah masalah yang berlangsung pada masa sekarang, sesuai pernyataan Yaya Suryana dan Tedi Priatna (2009:107) bahwa metode deskriptif tepat digunakan apabila penelitian ditujukan untuk menggambarkan kondisi faktual penyelenggaraan pendidik, atau hal-hal lain yang berkenaan dengan dunia Pendidikan. Ketetapan metode ini dimaksudkan untuk penyelidikan yang bertujuan kepada pemecahan masalah yang ada pada masa sekarang.
b.      Teknik pengumpulan data
Untuk memperoleh data yang diperlukan, penulis menggunaka teknik pengumpulan data sebagai berikut:
1)      Observasi
Menurut Muhammad Ali (1992) yang dikutip (Tedi Priatna, 2009:193) observasi merupakan penelitian yang dilakukan dengan cara mengadakan pengamatan terhadap objek, baik secara langsung ataupun tidak langsung. Observasi dilakukan untuk menemukan data dan informasi dari gejala-gejala atau fenomena (kejadian-kejadian atau peristiwa-peristiwa) secara sistematis dan didasarkan pada tujuan penyelidikan yang telah dirumuskan. Observasi merupakan suatu pengamatan langsung terhadap objek yang akan dikaji untuk mendapatkan data secara praktis akan dapat diamati meliputi kondisi objektif lokasi penelitian di SMP Bakti Nusantara 666 Cileunyi Bandung dan melihat realita tanggapan siswa terhadap penerapan model pembelajaran Kooperatif tipe The Learning Cell serta motivasi siswa pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam.
2)      Wawancara
Wawancara merupakan alat pengumpul informasi yang langsung kepada tujuan penelitian. Wawancara ini digunakan untuk mengetahui kondisi objektif tentang kedua variabel yang diteliti, Tujuan wawancara ini adalah untuk mendapatkan informasi yang berhubungan dengan sumber data yang diperlukan dalam penelitian baik mengenai data-data penelitian, proses pembelajaran, kondisi guru, mata pelajaran PAI dan motivasi belajar siswa di SMP Bakti Nusantara 666 Cileunyi Bandung.
3)      Angket
Angket adalah teknik pengumpulan data dengan menyerahkan atau mengirimkan daftar pertanyaan untuk diisi oleh responden (Yaya Suryana dan Tedi Priatna, 2009: 205)
Dalam hal ini, angket digunakan untuk meneliti tanggapan mengenai penerapan model pembelajaran Kooperatif tipe The Learning Cell dan motivasi belajara siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam. Sedaangkan sumber yang diteliti adalah siswa kelas VII SMP Bakti Nusantara 666 Cileunyi Bandung.
Angket yang akan disebarkan sifatnya langsung yakni diberikan kepada siswa yang bersangkutan tidak melalui orang lain. Dalam menjawab angket, siswa tinggal memilih alternatif jawaban yang tersedia yakni sebanyak 5 pilihan/option.
4.      Menentukan Prosedur Analisis Data
Setelah data terkumpul dari hasil penelitian, maka akan dilakukan dua macam analisis yaitu yang bersifat kualitatif dianalisis dengan menggunakan pendekatan rasional, sedangkan yang bersifat kuantitatif dianalisis dengan menggunakan statistik korelasi. Dalam hal ini untuk data-data kualitatif bertumpu pada hasil observasi dan wawancara, serta untuk data kuantitatif didasarkan pada hasil angket yang diajukan kepada siswa sebagai responden. Adapun analisis data melalui perhitungan statistika menggunakan langkah-langkah sebagai berikut:
1)      Analisis Parsial
Analisis parsial merupakan analisis yang dilakukan untuk mendalami variabel tanggapan siswa terhadap penerapan model pembelajaran Kooperatif tipe The Learning Cell (Variabel X), dan variable motivasi belajar siswa pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam (Variabel Y). Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut:
1.      Memeriksa jawaban angket dan hasil test Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam untuk memperoleh data, mengelompokkannya sesuai dengan data-data yang diperoleh.
2.      Menjumlahkan seluruh skor jawaban item dalam tiap-tiap indikator, kemudian menginterpretasikan tinggi rendahnya variable X dan Y, dengan penetapan kriteria skala penilaian sebagai berikut:
Skor 1,00 – 1,79 = sangat rendah
1,80 - 2,59 = rendah
2,60 – 3,39 = sedang
3,40 – 4,19 = tinggi
4,20 – 5,00 = sangat tinggi           (Sambas Ali Muhidin, 2009: 146)
3.      Membuat tabel distribusi frekuensi dari data variable X dan variable Y, dengan langkah-langkah sebagai berikut :
a.       Menentukan rentang skor (R)
R = H-L + 1                                                    (Sudjana, 2005: 47)
b.      Menentukan kelas Interval (Ki)
K = 1 + (3,3) Log n                                         (Sudjana, 2005 : 47)
c.       Menentukan panjang kelas (PK)
P =                                                                 (Sudjana, 2005 : 47)
4.      Menguji Tendensi Sentral
a.       Mencari Mean (Me), dengan rumus:
Me =    untuk X
 =       untuk Y                                      (Sugiono, 2011 : 54)
b.      Mencari Median (Md), dengan rumus:
Md = b + p                                          (Sugiono, 2011 : 53)
c.       Mencari Modus (Mo), dengan rumus :
Mo = b + p                                              (Sugiono, 2011 : 52)
5.      Menentukan standar deviasi (SD), dengan rumus :
S2 =                                               (Sudjana, 2005 : 95)
6.      Menguji normalitas kedua variable, yakni untuk mengetahui kedua variable itu berdistribusikan normal atau tidak, dengan menggunakan analisis X2 (Chi-kuadrat) dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a.       Membuat distribusi frekuensi
b.      Mencari nilai chi kuadrat
𝛸2  =                                                       (Sudjana, 2005 : 273)
c.       Menentukan harga chi kuadrat tabel ( ), pada taraf signifikan 5% dengan terlebih dahulu menentukan derajat kebebasan (DK), dengan rumus: DK = K = 3
d.      Menentukan X2 tabel dengan taraf signifikan 5%
e.       Menginterpretasikan hasil pengujian normalitas dengan ketentuan :
a)      Data diatas dikatakan normal jika :  <
b)      Data diatas tidak dikatakn normal jika  >
2)      Analisis Korelasi
Ananlisis kolerasi adalah suatu analisis untuk menganalisis data yang telah dianalisis secara parsial, baik variable X maupun variable Y dan telah diketahui kenormalannya. Maka penulis menggunakan analisis keterkaitan dengan menggunakan perhitungan korelasi. Prosedur yang ditempuh dalam analisis ini adalah sebagai berikut:
1.      Uji Linieritas regresi (X) dan (Y)
a.       Menentukan persamaan regresi linier dengan rumus :
Y = a + bX                                                     (Sudjana, 2005 : 312)
α = (∑ X1) (∑ Y12) – (∑X1) (∑ X1Y1)
                  n ∑ X12 - (∑ X1)2                                (Sudjana, 2005 : 315)

b = n X1Y1 – ( X1) ( Y1
         n ∑ X12 - (∑ X1)2                                       (Sudjana, 2005 : 315)
b.      Langkah-langkah menguji linieritas regresi:
a)      Menghitung jumlah kuadrat regresi a (JKa), dengan rumus :
JKα = (∑Y)2
                               n                                             (Subana, dkk, 2000 : 162)
b)  Menghitung jumlah kuadrat regresi b terhadap a (JK b/a), dengan rumus :
     JK (b/a) = b        (Subana, dkk, 2000 : 162)          
c)      Menghitung jumlah kuadrat residu (JKr) dengan rumus :
JKr = ∑Y2 – Jkα – JKb/α                              (Subana, dkk, 2000: 163)
d)     Menghitung jumlah kuadrat kekeliruan (JKkk), dengan rumus :
JKkk  = ∑                       (Subana, dkk, 2000: 163)
e)     Menghitung jumlah kuadrat ketidakcocokan (JKtc), dengan rumus:
JKtc = JKr - JKkk                                             (Subana, dkk, 2000: 163)
f)       Menghitung derajat kebebasan kekeliruan (DBkk), dengan rumus :
DBKK = n – k                                       (Subana, dkk, 2000: 163)
g)      Menghitung jumlah derajat ketidakcocokan (Dbtc), dengan rumus :
DBtc = k – 2                                          (Subana, dkk, 2000: 163)      
h)      Menghitung rata-rata kuadrat kekeliruan (RKkk), dengan rumus :
RKkk = JKkk / Dbkk                                        (Subana, dkk, 2000: 163)       
i)        Menghitung rata-rata kuadrat ketidakcocokan (RKtc), dengan rumus :
RKtc = JKtc/DBtc                                (Subana, dkk, 2000: 163)
j)        Menentukan F ketidakcocokan (Ftc), dengan rumus :
Ftc =                                                               (Subana, dkk, 2000: 163)
i)        Menentukan nilai F tabel dengan taraf signifikansi 5%
F tabel = Fx (Dbtc/Dbkk)                   (Subana, dkk, 2000: 164)
Hasil perhitungan di atas, ditemukan linieritas regresi dengan ketentuan sebagai berikut:
-          Jika Ftc < Ftabel maka regresi tersebut linier
-          Jika Ftc> Ftabel maka regresi tersebut tidak linier
 (Subana, dkk, 2000: 164)
2.      Menghitung koefisien korelasi
a.       Jika kedua variabel berdistribusi normal dan regresi linier, maka rumus koefisien korelasi yang digunakan adalah product moment :
 
                                                (Suharsimi Arikunto, 2010 : 319)
b.      Jika salah satu dari dua variabel tersebut tidak normal atau regresinya tidak linier, maka digunakan analisis non-parametrik/Rank dari Spearman yaitu:
rhoxy = 1 –                         (Suharsimi Arikunto, 2010: 321)
3.      Uji Hipotesis (signifikansi Koefisien Korelasi)
Untuk menguji Signifikansi koefisien korelasi digunakan tiga cara yaitu:
a.       Menentukan harga t hitung, dengan rumus :
t = r                                                   (Sudjana, 2005 : 377)
b.      Menentukan harga t tabel pada taraf signifikansi 5% dengan terlebih dahulu menentukan derajat kebebasan (dk/db) dengan rumus : dk/db = n-2                           (Subana, 2000 : 145)
c.       Menghitung t tabel dengan taraf signifikansi 5%
d.      Membandingkan harga t hitung dengan harga t tabel pada taraf signifikansi 5% dengan ketentuan :
·         Hipotesis diterima jika t hitung > t tabel, sebaliknya
·         Hipotesis ditolak jika t hitung < t table      
(Subana, 2000: 145)
4.      Menentukan angka koefisien korelasi
Menentukan tinggi rendahnya koefisien korelasi dengan interpretasi sebagai berikut :
Skor 0,00 – 0, 199 = Sangat rendah
0,20 – 0,399 = Rendah
0,40 – 0,599 = Sedang
0,60 – 0,799 = Kuat
0,80 – 1,000 = Sangat kuat                             (Sugiono, 2011 : 231)
5.      Menghitung besarnya pengaruh Variabel X terhadap variabel Y yang ditentukan dengan ,menggunakan koefisien diterminasi (KD) :
K =  
KD = rxy2 x 100
Keterangan : KD = Koefisien Determinasi
r  = koefisien korelasi                                      (Subana, 2000 : 145)
















DAFTAR PUSTAKA
Abin Syamsudin. (2005). Psikologi Pendidikan. Bandung:  PT Remaja Rosdakarya
Agus Suprijono. (2010). Cooperative Learning Teori & Aplikasi Paikem. Yogyakarta: Pustaka Belajar
Isjoni. (2009). Pembelajaran Kooperatif Meningkatkan Kecerdasan Komunikasi Antar Peserta Didik.  Yogyakarta: Pustaka Belajar
Kartini Kartono. (1996). Psikologi Umum. Bandung: CV Mandar Maju
Muhibbin Syah. 2004. Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru. Bandung: Remaja Rosdakarya
Mukhalifah. (2008). Eksperimentasi Pembelajaran Matematika Melalui Metode Team Quiz dan Learning Cell Ditinjau Aktivitas Belajar Siswa. Surakarta: UMS (Tidak Dipublikasikan)
Murip Yahya. 2008. Pengantar Pendidikan. Bandung: Prosfect
Ngalim Purwanto. (1995). Psikologi Pendidikan . Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Oemar Hamalik. (2007). Psikologi Belajar dan Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algensindo
Robert             E. Slavin (2010). Cooperative Learning Teori, Riset dan Praktik. Bandung: Nusa Media
Sambas Ali Muhidin. (2009). Analisis Korelasi, Regresi dan Jalur dalam penelitian. Bandung : Pustaka Setia
Sardiman A. M. (2010). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
Slameto. (2010). Belajar Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta: PT RINEKA CIPTA
Sobry Sutikno. (2009). Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Prospect
Subana, dkk. (2000). Statistik Pendidikan. Bandung: CV. Pustaka Setia
Sudjana. (2005). Metoda Statistika. Bandung : PT. Tarsito
Sugiono. (2011). Statistika Untuk Penelitian. Bandung: ALFABETA
Suharsimi Arikunto.(2006). Prosedur Penelitian (Suatu Pendekatan Praktik). Jakarta: PT Rineka Cipta
Suharsimi Arikunto. (2010). Prosedur Penelitian (Suatu Pendekatan Praktik). Jakarta: PT Rineka Cipta
Sumadi Suryabrata. (2004). Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada
Uus Ruswandi, dkk. (2008). Landasan Pendidikan. Bandung: CV Insan Mandiri
Wasty Soemanto. (2006). Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta
Yaya Suryana & Tedi Priatna. (2009). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Sahifa


0 Response to "“ TANGGAPAN SISWA TERHADAP PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THE LEARNING CELL HUBUNGANNYA DENGAN MOTIVASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM” (Penelitian di Kelas VII SMP Bakti Nusantara 666 Cileunyi Bandung)."