BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Banyak
pendapat tentang hakikat perkembangan manusia, di kalangan psikolog terdapat
berbagai aliran yang melihat masalah perkembangan ini dengan cara yang berbeda-beda.
Adanya perbedaan tersebut kemudian memunculkan berbagai teori tentang
perkembangan manusia.
Secara
umum, teori perkembangan itu sendiri dapat kita definisikan sebagai sejumlah
ide yang koheren, mengandung hipotesis-hipotesis dan asumsi-asumsi yang dapat
diuji kebenarannya, dan berfungsi untuk menggambarkan, menjelaskan, dan
memprediksi perubahan-perubahan perilaku dan proses mental manusia sepanjang
rentang kehidupannya.
Dalam
makalah ini kita tidak akan membahas semua teori perkembangan yang ada. Namun
kita hanya akan membahas tiga teori perkembangan yaitu teori perkembangan
kognitif, teori perkembangan psikososial, teori perkembangan moral.
B. Rumusan
Masalah
Berdasarkan
latar belakang di atas maka dapat dirumuskan tumusan masalah sebagai berikut :
1. Apa pengertian
teori perkembangan kognitif beserta tahapan-tahapannya menurut Jean Piaget?
2. Apa
pengertian teori perkembangan sosial dan tahapan-tahapannya menurut Erik H.
Erikson?
3. Apa
pengertian teori perkembangan moral menurut Jean Piaget?
C. Tujuan
Penulisan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah :
1. Untuk
mengetahui pengertian dari teori perkembangan kognitif dan tahapan-tahapannya
menurut Jean Piaget.
2. Untuk
mengetahui pengertian dari teori perkembangan sosial dantahapan-tahapannya
menurut Erik H. Erikson.
3. Untuk
mengetahui pengertian dari teori perkembangan moralmenurut Jean Piaget.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Teori Perkembangan Kognitif
Perkembangan kognitif adalah salah
satu aspek perkembangan peserta didik yang berkaitan dengan pengertian
(pengetahuan), yaitu semua proses psikologis yang yang berkaitan bagaimana
individu mempelajari dan memikirkan lingkungannya. Perkembangan kognitif ini
meliputi perubahan pada aktivitas mental yang berhubungan dengan persepsi,
pemikiran, ingatan, keterampilan berbahasa, dan pengolahan informasi yang
memungkinkan sesorang memperoleh pengetahuan, memecahkan masalah, dan
merancanakan masa depan, atau semua proses psikologis yang berkaitan dengan
bagaimana individu mempelajari, memperhatikan, mengamati, membayangkan,
memperkirakan, menilai dan memikirkan lingkungannya.
Menurut teori Piaget, Dalam
masa ini, anak telah mengembangkan 3 macam proses yang
disebut dengan operasi-operasi, yaitu :
a) Negasi (Negation), yaitu pada masa konkrit operasional, anak
memahami hubungan-hubungan antara benda atau keadaan yag satu dengan benda atau
keadaan yang lain.
b) Hubungan
Timbal Balik (Resiprok), yaitu anak telah mengetahui hubungan
sebab-akibat dalam suatu keadaan.
c) Identitas,
yaitu anak sudah mampu mengenal satu persatu deretan benda-benda yang ada.
A.1 Pandangan Piaget Tentang
Perkembangan Kognitif
Piaget menjabarkan 4 konsep pokok dalam perkembangan kognitif, yaitu:
1.
Skema, yaitu Menggambarkan tindakan mental dan fisik dalam mengetahui dan memahami objek.
- Asimilasi, yaitu
Memasukkan informasi ke dalam skema yang telah dimiliki.
- Akomodasi, yaitu
Proses mengubah skema yang telah dimiliki dengan informasi baru.
- Ekuilibrium,
yaitu Perpindahan dari satu tahapan berpikir ke tahapan berpikir
berikutnya.
A.2 Tahapan perkembangan kognitif menurut Jean Piaget :
a.
Periode Sensorimotor (0-2 tahun)
Pengetahuan anak diperoleh melalui interaksi fisik, baik
dengan orang atau objek (benda). Skema-skemanya baru berbentuk refleks-refleks
sederhana,seperti : menggenggam atau mengisap. Contohnya: bayi bergerak dari
tindakan refleks instinktif pada saat lahir sampai permulaan pemikiran
simbolis. Bayi membangun suatu pemahaman tentang dunia melalui pengoordinasian
pengalaman-pengalaman sensor dengan tindakan fisik.
b.
Periode Praoperasional (2-6 tahun)
Anak mulai menggunakan simbol-simbol untuk merepresentasi
dunia (lingukangan) ) secara kognitif.
Simbol-simbol itu seperti: kata-kata dan bilangan yang dapat menggantikan
objek, peristiwa dan kegiatan (tingkah laku yang tampak). Contohnya: anak mulai
merepresentasikan dunia dengan kata-kata dan gambar-gambar. Kata-kata dan
gambar-gambar ini menunjukkan adanya peningkatan pemikiran simbolis dan
melampaui hubungan informasi indrawi dan tindakan fisik.
c.
Periode Operasi Konkret (6-11
tahun)
Anak sudah dapat membentuk operasi-operasi mental atas
pengetahuan yang mereka miliki. Mereka dapat menambah, mengurangi dan mengubah.
Operasi ini memungkinkannya untuk dapat memecahkan masalah secara logis.
Contohnya: anak dapat berpikir secara logis mengenai peristiwa-peristiwa yang
konkret dan mengklasifikasikan benda-benda ke dalam bentuk-bentuk yang berbeda.
d.
Periode Operasi Formal (11 tahun
sampai dewasa)
Periode ini merupakan operasi mental tingkat tinggi.
Disini anak (remaja) sudah dapat berhubungan dengan peristiwa-peristiwa
hipotesis atau abstrak, tidak hanya dengan objek-objek konkret. Remaja sudah
dapat berpikir abstrak dan memecahkan masalah melalui pengujian semua
alternatif yang ada. Contohnya: remaja berpikir dengan cara yang lebih abstrak,
logis, dan lebih idealistik.
B.
Pengertian Teori Perkembangan Sosial Menurut Erik H. Erikson.
Teori ini dikemukakan oleh
Eric Erikson, ia merupakan penganut teori psikodinamika atau psikosialis dari
Freud. Erikson menerima dasar-dasar orientasi umum dari Freud, namun menambahkan
dasar dasri orientasi teorinya mengenai tahapan perkembangan psikososial.
Secara umum, Tahapan
perkembangan psikosoial ini menekankan perubahan perkembangan sepanjang siklus
kehidupan manusia. Masing-masing tahap terdiri dari tugas yang khas yang
menghadapkan individu pada suatu permasalahan atau krisis bilamana tidak dapat
melampaui dengan baik. Semakin individu
tersebut mampu melampaui krisis, maka akan semakin sehat perkembangannya.
B.1 Tahapan-Tahapan Perkembangan
Psikososial Menurut Erik H. Erikson
Adapun delapan
tahapan perkembangan psikososial sepanjang siklus kehidupan manusia dijelaskan
sebagai berikut :
a. Percaya
versus tidak percaya (0-1 tahun)
ü Pada tahap ini bayi
sudah terbentuk rasa percaya kepada seseorang baik orang tua maupun
orang yang mengasuhnya ataupun perawat yang merawatnya.
ü Kegagalan pada tahap
ini apabila terjadi kesalahan dalam mengasuh atau merawat maka akan timbul rasa
tida percaya.
b. Tahap otonomi versus
rasa malu dan ragu (1-3 tahun)
Anak
sudah mulai mencoba dan mandiri dalam tugas tukem seperti dalam motorik
kasar,halus : berjinjit , memanjat, berbicara dll.
ü Sebaliknya perasaan
malu dan ragu akan timbul apabila anak merasa dirinya terlalu dilindungi
atau tidak diberikan natau kebebasan anak dan menuntut tinggi harapan
anak.
c. Tahap inisiatif
vesrus rasa bersalah (3 – 6 tahun ).
ü Anak akan mulai
inisiatif dalam belajar mencari pengalaman baru secara aktif dalam melakukan
aktifitasnya melalui kemampuan indranya.
ü Hasil akhir yang
diperoleh adalah kemampuan untuk menghasilkan sesuatu sebagai
prestasinya.
ü Apabila dalam tahap
ini anak dilarang atau dicegah maka akan timbul rasa bersalah pada diri anak.
d. Tekun versus rasa
rendah diri (6-12 tahun)
ü Anak akan belajar
untuk bekerjasama dan bersaing dalam kegiatan akademik maupun dalam
pergaulan melalui permainan yang dilakukan bersama.
ü Anak selalu berusaha
untuk mencapai sesuatu yang diinginkan sehingga anak pada usia ini rajin dalam
melakukan sesuatu.
ü Apabila dalam tahap
ini anak terlalu mendapat tuntutan dari lingkunganya dan anak tidak
berhasil memenuhinya maka akan timbul rasa inferiorty ( rendah diri ).
ü Reinforcement dari
ortu atau orang lain menjadi begitu penting untuk menguatkan perasaan
berhasil dalam melakukan sesuatu.
e. Tahap identitas
dan kebingungan identitas ( 12-20 tahun)
ü Pada tahap ini
terjadi perubahan dalam diri anak khususnya dalam fisik dan kematangan usia,
perubahan hormonal, akan menunjukkan identitas dirinya seperti siapa saya
kemudian.
ü Apabila kondisi tidak
sesuai dengan suasana hati maka dapat menyebabkan terjadinya kebingungan dalam
peran.
f. Keakraban versus
keterkucilan (20-30 tahun)
ü Individu menghadapi
tugas perkembangan relasi intim dengan orang lain.
ü Saaat anak muda
membentuk persahabatan yang sehat dan relasi akrab dengan oranglain, maka
keintiman akan tercapai, namun bila tidak maka akan terjadi isolas.
g. Bangkit versus
tetap-mandeg ( 40-50 tahun )
ü persoalan utama pada
fase ini adalah mmbantu generasi muda mengembangkan/mengarahkan kehidupaan yang
lebih berguna.
h. Keutuhan dan
keputusasaaan ( 50 tahun keatas)
ü pada tahun-tahun
terakhir kehidupan, kita menoleh kebelakang dan mengevaluasi apa yang telah
kita lakukan dengan kehidupan kita.
ü Jika manusia usia
lanjut menyelesaikan hanya tahap sebelumnya secara negatif, pandangan
retrospektif cenderung akan menghasilkan rasa bersalah atau kemurangan yang
disebut erikson sebagai despair (putus asa)
C. Pengertian Teori Perkembangan Moral
Perkembangan moral adalah perubahan
penalaran, perasaan, dan perilaku tentang standar mengenai benar dan salah.
Perkembangan moral memiliki dimensi intrapersonal, yang mengatur aktifitas
seseorang ketika dia terlibat dalam interaksi sosial dan dimensi interpersonal
yang mengatur interaksi sosial dan penyelesaian konflik. (Santrock, 2007
;Gibbs,2003 ; Power,2004 ; Walker &Pitts,1998)
Perkembangan moral berkaitan dengan
aturan-atuaran dan ketentuan tentang apa yang seharusnya dilakukan oleh
seseorang dalam berinteraksi dengan orang lain. Untuk mempelajari aturan-aturan
tersebut, Santrock memfokuskan pada 4 pertanyaan dasar yaitu :
1.
Bagaimana seseorang mempertimbangkan
dan berpikir mengenai keputusan moral?
2.
Bagaiman sesungguhnya seseorang
berperilaku dalam situasi moral?
3.
Bagaimana sesorang merasakan hal-hal
yang berhubungan dengan moral?
4.
Apa yang menjadi karakteristik moral
individu?
Pada usia Taman Kanak-kanak,
anak telah memiliki pola moral yang harus dilihat dan dipelajari dalam rangka
pengembangan moralitasnya. Orientasi moral diidentifikasikan dengan moral
position atau ketetapan hati, yaitu sesuatu yang dimiliki seseorang terhadap
suatu nilai moral yang didasari oleh aspek motivasi kognitif dan aspek motivasi
afektif. Menurut John Dewey tahapan perkembangan moral seseorang akan melewati
3 fase, yaitu premoral, conventional dan autonomous.
Anak Taman Kanak-kanak secara
teori berada pada fase pertama dan kedua. Oleh sebab itu, guru diharapkan
memperhatikan kedua karakteristik tahapan perkembangan moral tersebut.
Sedangkan menurut Piaget, seorang manusia dalam perkembangan moralnya melalui
tahapan heteronomous dan autonomous. Seorang guru Taman Kanak-kanak harus
memperhatikan tahapan hetero-nomous karena pada tahapan ini anak masih sangat
labil, mudah terbawa arus, dan mudah terpengaruh. Mereka sangat membutuhkan
bimbingan, proses latihan, serta pembiasaan yang terus-menerus.
Moralitas anak Taman
Kanak-kanak dan perkembangannya dalam tatanan kehidupan dunia mereka dapat
dilihat dari sikap dan cara berhubungan dengan orang lain (sosialisasi), cara
berpakaian dan berpenampilan, serta sikap dan kebiasaan makan. Demikian pula,
sikap dan perilaku anak dapat memperlancar hubungannya dengan orang lain.
Perkembangan moral dan etika pada diri anak Taman Kanak-kanak dapat diarahkan
pada pengenalan kehidupan pribadi anak dalam kaitannya dengan orang lain.
Misalnya, mengenalkan dan menghargai perbedaan di lingkungan tempat anak hidup,
mengenalkan peran gender dengan orang lain, serta mengembangkan kesadaran anak
akan hak dan tanggung jawabnya, serta mengembangkan keterampilan afektif anak
itu sendiri, yaitu keterampilan utama untuk merespon orang lain dan
pengalaman-pengalaman barunya, serta memunculkan perbedaan-perbedaan dalam
kehidupan teman disekitarnya.
Ruang lingkup tahapan/pola
perkembangan moral anak di antaranya adalah tahapan kejiwaan manusia dalam
menginternalisasikan nilai moral kepada dirinya sendiri, mempersonalisasikan
dan mengembangkannya dalam pembentukan pribadi yang mempunyai prinsip, serta
dalam mematuhi, melaksanakan/menentukan pilihan, menyikapi/menilai, atau
melakukan tindakan nilai moral.
C.1 Perkembangan Moral Jean Piaget
Ada
dua macam studi yang dilakukan oleh Piaget mengenai perkembangan moral anak dan
remaja. Piaget melakukan observasi dan wawancara dengan anak-anak usia 4-12
tahun, yaitu :
1.
Melakukan observasi terhadap sejumlah
anak yang bermain kelereng, sambil mempelajari bagaimana mereka bermain dan
memikirkan aturan-aturan permainan.
2.
Menanyakan kepada anak-anak pertanyaan
tentang aturan-aturan etis, misalnya mencuri, berbohong, hukuman dan keadilan.
Dari hasil studi yang telah dilakukan
tersebut, Piaget menyimpulkan bahwa anak-anak berpikir dengan 2 cara yang
sangat berbeda tentang moralitas, tergantung pada kedewasaan perkembangan
mereka, antara lain:
a.
Heteronomous Morality
Merupakan tahap pertama
perkembangan moral menurut teori Piaget yang terjadi kira-kira pada usia 4-7
tahun. Keadilan dan aturan-aturan dibayangkan sebagai sifat-sifat dunia yang
tidak boleh berubah, yang lepas dari kendali manusia. Pemikir Heteronomous menilai kebenaran atau kebaikan
perilaku dengan mempertimbangkan akibat dari perilaku itu, bukan maksud dari
pelaku.
ü Misalnya,
memecahkan 12 gelas secara tidak sengaja lebih buruk dari pada memecahkan 1
gelas dengan sengaja, ketika mencoba mencuri sepotong kue.
ü Pemikir Heteronomous yakin bahwa aturan tidak boleh berubah
dan digugurkan oleh semua otoritas yang berkuasa.
ü Ketika
Piaget menyarankan agar aturan diganti dengan aturan baru (dalam permainan
kelereng), anak-anak kecil menolak. Mereka bersikeras bahwa aturan harus selalu
sama dan tidak boleh diubah.
ü Meyakini
keadilan yang immanen, yaitu konsep bahwa bila suatu aturan
dilanggar, hukuman akan dikenakan segera.
ü Yakin
bahwa pelanggaran dihubungkan secara otomatis dengan hukuman.
b.
Autonomous Morality
ü Tahap
kedua perkembangan moral menurut teori Piaget, yang diperlihatkan oleh
anak-anak yang lebih tua (kira-kira usia 10 tahun atau lebih). Anak menjadi
sadar bahwa aturan-aturan dan hukum-hukum diciptakan oleh manusia dan dalam
menilai suatu tindakan, seseorang harus mempertimbangkan maksud-maksud pelaku
dan juga akibat-akibatnya.
ü Bagi pemikir Autonomos, maksud
pelaku dianggap sebagai yang terpenting.
ü Anak-anak
yang lebih tua, yang merupakan pemikir Autonomos, dapat menerima perubahan dan mengakui bahwa
aturan hanyalah masalah kenyamanan, perjanjian yang sudah disetujui secara
sosial, tunduk pada perubahan menurut kesepakatan.
ü Menyadari
bahwa hukuman ditengahi secara sosial dan hanya terjadi apabila seseorang yang
relevan menyaksikan kesalahan sehingga hukuman pun menjadi tak terelakkan.
Piaget
berpendapat bahwa dalam berkembang anak juga menjadi lebih pintar dalam
berpikir tentang persoalan sosial, terutama tentang kemungkinan-kemungkinan dan
kerjasama. Pemahaman sosial ini diyakini Piaget terjadi melalui relasi dengan
teman sebaya yang saling memberi dan menerima. Dalam kelompok teman sebaya,
setiap anggota memiliki kekuasaan dan status yang sama, merencanakan sesuatu
dengan merundingkannya, ketidak setujuan diungkapkan dan pada akhirnya
disepakati. Relasi antara orangtua dan anak, orangtua memiliki kekuasaan,
sementara anak tidak, tampaknya kurang mengembangkan pemikiran moral, karena
aturan selalu diteruskan dengan cara otoriter.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Perkembangan kognitif adalah salah
satu aspek perkembangan peserta didik yang berkaitan dengan pengertian
(pengetahuan), yaitu semua proses psikologis yang yang berkaitan bagaimana
individu mempelajari dan memikirkan lingkungannya. Perkembangan kognitif ini
meliputi perubahan pada aktivitas mental yang berhubungan dengan persepsi,
pemikiran, ingatan, keterampilan berbahasa, dan pengolahan informasi yang
memungkinkan sesorang memperoleh pengetahuan, memecahkan masalah, dan
merancanakan masa depan, atau semua proses psikologis yang berkaitan dengan
bagaimana individu mempelajari, memperhatikan, mengamati, membayangkan,
memperkirakan, menilai dan memikirkan lingkungannya.
Secara umum, Tahapan perkembangan
psikosoial menekankan perubahan
perkembangan sepanjang siklus kehidupan manusia. Masing-masing tahap terdiri
dari tugas yang khas yang menghadapkan individu pada suatu permasalahan atau
krisis bilamana tidak dapat melampaui denagn baik. Semakin individu tersebut
mampu melampaui krisis, maka akan semakin sehat perkembangannya.
Perkembangan moral adalah perubahan
penalaran, perasaan, dan perilaku tentang standar mengenai benar dan salah.
Perkembangan moral memiliki dimensi intrapersonal, yang mengatur aktifitas
seseorang ketika dia terlibat dalam interaksi sosial dan dimensi interpersonal
yang mengatur interaksi sosial dan penyelesaian konflik.
DAFTAR PUSTAKA
·
Paul Suparno. Prof. 2003. Teori Perkembangan Kognitif Jean Piaget.
Yogyakarta: Kanisius.
·
Yudrik Jahja.(2011).Psikologi Perkembangan.Jakarta:Kharisma Putra
Kencana.(hlm 115-123)
·
Sunarto, Hartono B Agung.( 2008). Perkembangan Peserta Didik. Jakarta:
Rineka Cipta. hlm.(18-29)
·
( Yusuf, Syamsu. 2000. Psikologi Perkembangngan Anak dan Remaja. Bandung: PT Rosdakarya )
·
Mulyani Sumantri dan Nana Syaodih. 2007. Perkembangan
Peserta Didik.
Jakarta : Universitas Terbuka
·
Mar’at samsunuwiyati. 2010. Desmita Psikologi
Perkembangan. Bandung: PT Rosdakarya.
·
Dra. Desmita, M.Si. 2010 Psikologi
perkembangan peserta didik
·
http://bacindul.blogspot.com/2011/10/makalah-teori-perkembangan.html
0 Response to "Makalah IPS teori perkembangan Kognitif sosial dan moral"
Post a Comment