BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Kondisi pembelajaran IPS dewasa ini khususnya pada jenjang
sekolah dasar, menunjukkan indikasi bahwa pola pembelajaran yang
dikembangkan oleh guru cenderung bersifat guru sentris sehingga peserta didik
hanya menjadi obyek pembelajaran. Model pembelajaran yang
demikian, lebih cendrung berangkat dari asumsi dasar bahwa pembelajaran IPS
hanya dimaksudkan untuk mentransfer pengetahuan atau konsep dari kepala guru ke
kepala siswa. Akibatnya, mungkin guru telah merasa membelajarkan namun siswa
belum belajar.
Mengingat manusia dalam konteks sosialnya
sedemikian luas akan sulit kiranya memberikan definisi dari ilmu pengetahuan
sosial, karena IPS merupakan suatu perwujudan dari suatu pendekatan
interdisipliner dari penerapan ilmu-ilmu sosial lainnya. Dalam pembelajaran perlu menggunakan suatu pendekatan agar siswa
mempunyai daya tarik untuk mengikuti pelajaran yang sedang berlangsung di dalam
kelas. Adapun pendekatan adalah seperangkat asumsi yang saling
berkaitan dengan hakikat bahasa, hakikat pengajaran bahasa serta hakikat apa
yang diajarkan. Pendekatan bersifat aksiomatis artinya bahwa kebenaran itu
tidak dipersoalkan atau tidak perlu dibuktikan lagi.
Menurut Brown
(2009:9) dalam Ambar Setyowati Sri H (2007) memperjelas konsep pembelajaran
dengan menambahkan kata kunci yang harus diperhatikan, yaitu pembelajaran
menyangkut hal praktis, pembelajaran adalah penyimpanan informasi, pembelajaran
adalah penyusunan organisasi, pembelajaran memerlukan keaktifan dan kesadaran,
pembelajaran relatif permanen, dan
pembelajaran adalah perubahan tingkah laku.
B.
Rumusan
Masalah
Adapun rumusan dalam pembuatan makalah ini yaitu diantaranya:
1.
Apa pengertian
dari pendekatan pembelajaran IPS di MI?
2.
Apa
saja macam-macam pendekatan pembelajaran IPS di MI?
3.
Bagaimana
Pendidikan IPS Untuk Sekolah Dasar atau Madrasah Ibtidaiyah?
4.
Apa
saja Jenis-Jenis Pendekatan yang ada dalam pembelajaran IPS di MI?
C.
Tujuan
Adapun tujuan
pembuatan makalah ialah:
1.
Untuk
mengetahui pengertian dari pendekatan pembelajaran IPS di MI
2.
Untuk
mengetahui macam-macam pendekatan pembelajaran IPS di MI
3.
Untuk
mengetahui pendidikan IPS untuk Madrasah Ibtidaiyah seperti apa
4.
Untuk
mengetahui jenis-jenis pendekatan yang ada dalam pembelajaran IPS di MI
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Pendekatan Pembelajaran
Mendefinisikan pendekatan pembelajaran perlu dipahami arti dan masing-masing kalimat tersebut Depdikbud
(1990: 180) pendekatan dapat diartikan, sebagai proses, perbuatan, atau cara
untuk mendekati sesuatu. Sedangkan pembelajaran menuzut H. J. Gino dkk.
(1998:32) bahwa, pembelajaran atau intruction merupakan usaha sadar dan
disengaja oleh guru untuk membuat siswa belajar dengan tujuan mengaktifkan
faktor intern dan faktor ekstern dalam kegiatan belajar mengajar. Selain itu,
pembelajaran juga mengandung pengertian, bagaimana para guru mengajarkan
sesuatu kepada peserta didik, tetapi di samping itu juga terjadi peristiwa
bagaimana peserta didik mempelajarinya.
Berdasarkan
pengertian pendekatan dan pembelajaran tersebut dapat disimpulkan bahwa,
pendekatan pembelajaran merupakan cara kerja yang mempunyai sistem untuk
memudahkan pelaksanaan proses pembelajaran dan membelajarkan siswa guna
membantu dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Hal ini sesuai pendapat Wahjoedi
(1999:121) bahwa, pendekatan pembelajaran adalah cara mengelola kegiatan belajar
dan perilaku siswa agar ia dapat aktif melakukan tugas belajar sehingga dapat
memperoleh hasil belajar secara optimal. Menurut Syaifuddin Sagala (2005:68)
bahwa, Pendekatan pembelajaran merupakan jalan yang akan ditempuh oleh guru dan
siswa dalam mencapai tujuan instruksional untuk suatu satuan instruksional
tertentu.
Dimana dalam
tujuan pembelajaran ini supaya tercapai maka perlu membuat program pembelajaran
yang baik dan benar. Program pembelajaran merupakan semacam kegiatan yang
menjabarkan kemampuan dasar dan teori pokok secara rinci yang memuat metode
pembelajaran, alokasi waktu, indikator pencapaian hasil belajar dan
langkah-langkah kegiatan pembelajaran dari setip pokok mata pelajaran. Sistem
dan pendekatan pembelajaran dibuat karena adanya kebutuhan akan sistem dan
pendekatan tersebut untuk meyakinkan yaitu adanya kebutuhan untuk belajar dan
siswa belum mengetahui apa yang akan diajarkan. Oleh karena itu, guru
menetapkan hasil-hasil belajar atau tujuan apa yang diharapkan akan dicapai.
B.
Macam-Macam
Pendekatan Pembelajaran IPS
Istilah
pendekatan dalam konteks pembelajaran mengacu kepada teori-teori tentang
hakikatnya yang berfungsi sebagai landasan dan prinsip pembelajaran. Berikut
ini terdapat beberapa macam pendekatan yang sering kita dengar, diantaranya
ialah:
1.
Pendekatan
Keterampilan Proses
Merupakan
kemampuan siswa untuk mengelola (memperoleh) yang didapat dalam kegiatan
belajar mengajar (KBM) yang memberikan kesempatan seluas-luasnya pada siswa
untuk mengamati, menggolongkan, menafsirkan, meramalkan, menerapkan,
merencanakan penelitian, dan mengkomunikasikan hasil perolehan tersebut.
(Azhar, 1993: 7). Sedangkan menurut Conny (1990:23) pendekatan keterampilan
proses adalah pengembangan sistem belajar yang mengefektifkan siswa (CBSA)
dengan cara mengembangkan keterampilan memproses perolehan pengetahuan sehingga
peserta didik akan menemukan, mengembangkan sendiri fakta dan konsep serta
menumbuhkan sikap dan nilai yang dituntut dalam tujuan pembelajaran khusus.
2.
Pendekatan
CBSA
CBSA adalah suatu pendekatan dalam
pembelajaran yang menitik beratkan pada keaktifan siswa, yang merupakan inti
dari kegiatan belajar. Pada hakekatnya, keaktifan belajar terjadi dan terdapat
pada semua perbuatan belajar, tetapi kadamya yang berbeda tergantung pada
kegiatannya, materi yang dipelajari dan tujuan yang hendak dicapai.
3.
Pendekatan
Komunikatif
Pendekatan komunikatif adalah pendekatan dalam pembelajaran bahasa
yang menekankan pada kemampuan berkomunikasi dan berinteraksi dalam situasi
keseharian.
4.
Pendekatan
Integratif
Pendekatan integratif atau terpadu adalah rancangan (kebijakan)
pembelajaran bahasa dengan menyajikan bahan ajar secara terpadu, yaitu dengan
menyatukan, menghubungkan, atau mengaitkan bahan ajar sehingga tidak ada yang
berdiri sendiri atau terpisah-pisah.
5.
Pendekatan
Konsep Ilmu, Teknologi, dan Masyarakat dalam Pemelajaran IPS
Ilmu, Teknologi, dan masyarakat (ITM) merupakan suatu pendekatan
dalam pemelajaran IPS untuk mengembangkan kemampuan pada diri siswa dalam
menerapkan pengetahuan yang berasal dari konsep-konsep IPS, teknologi dan
keterampilan yang berasal dari IPS terhadap resolusi tentang isu-isu yang
berkaitan dengan masalah IPS, teknologi dan masyarakat.
Sebagaimana telah kita ketahui bahwa, masalah kemasyarakatan yang
muncul sekarang ini tidak dapat diselesaikan pada satu disiplin ilmu tertentu
saja, melainkan harus dilakukan melalui penyelasaian masalah secara terpadu
atau menyeluruh. Keterbatasan dari disiplin ilmu yang mengkhususkan pada
permasalahan tertentu tidak lagi memberikan penyelesaian secara keseluruhan
mengingat kompleksitas permasalahan yang muncul di masyarakat tidak dapat
dijadikan acuan dalam penyelesaian masalah tertentu sehubungan dengan itu
Remy,1990 (dalam Udin. S. Winataputra, dkk, 2007) berpendapat bahwa tujuan mempelajari
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) adalah untuk menjadikan seseorang menjadi warga
Negara yang baik semakin sulit dan kompleks akibat kemajuan ilmu dan teknologi.
Sebagai contoh Munculnya
tempat-tempat wisata yang cukup terkenal
di manca Negara telah menyebabkan masalah perilaku individu atau masyarakat
terhadap munculnya berbagai penyakit sosial. Datangnya para turis dari manca
Negara akan mempengaruhi tingkah laku maupun budaya para penduduk setempat.
Perubahan tersebut dapat menimbulkan dampak negatif pada masyarakat umum,
seperti munculnya pelacuran (tuna susila) di masyarakat atau bagaimana mencegah
terjadinya penularan penyakit yang
sangat mengerikan dan belum ada obatnya, yaitu penyakit AIDS yaitu suatu
penyakit yang disebabkan oleh virus yang menyerang kekebalan tubuh manusia,
di mana penyebarannya dapat melalui
kontak seksual dari pengidap atau penderita kepada penerima pertama, yang
selanjutnya dapat menular kepada pasangannya maupun akibat dari penggunaan
alat-alat suntik yang tidak steril atau tiadak bebas kuman yang dapat
menyebar ke berbagai penjuru di tanah air dengan cepat. Untuk membahas kasus
seperti ini tidak bisa hanya menyelesaikan secara sepintas lalu melainkan harus
dilakukan penyelesaian secara terpadu, yaitu mulai dari penyuluhan tentang
bagaimana cara hidup sehat, bagaimana terjadinya penyebaran berbagai jenis
penyakit. Penyuluhan tentang kesehatan bisa dilakukan di masyarakat, ataupun
memberikan penerangan kepada para pekerja seks (pelacur) tentang bahaya suatu
penyakit seperti AIDS. Tenaga penyuluh bisa dilakukan oleh dokter, mahasiswa,
bidan, tokoh masyarakat maupun pemerintah melalui berbagai media (surat kabar, majalah,
radio, televisi). Dari uraian diatas dapat terlihat ada dua permasalahan yang memerlukan
pemecahan, yaitu:
a.
Masalah
sosial kemasyarakatan yang menyangkut
pada norma atau aturan yang ada di masyarakat bahwa perbuatan tuna susila
dianggap telah menyalahi aturan atau sopan santun yang ada di masyarakat, dan
menurut agama adalah perbuatan dosa dan hina.
b.
Dari
sisi kesehatan bahwa perbuatan tuna susila secara langsung dapat menyebabkan
timbulnya berbagai macam penyakit yang
membahayakan kehidupan dirinya hingga membawa pada kematian.
Kedua gejala
ini jelas tidak dapat hanya diselesaikan oleh dokter yang mengobati secara
medis saja, melainkan secara non medis seperti pendekatan keagamaan, pemberian
keterampilan, menggali potensi diri melalui memberikan pengetahuan yang
bermanfaat bagi dirinya sehingga bisa diterima di masyarakat. Dampak negatif
lainnya dari kemajuan teknologi ada dua, yaitu dampak negatif terhadap perilaku
akibat dari siaran televisi yang sesuai dengan budaya bangsa Indonesia seperti
adegan kekerasan, maupun perilaku-perilaku destruktif lainnya dan munculnya
industri-industri dan pabrik-pabrik yang menghasilkan suatu produk dalam jumlah
besar seperti industri makanan, minuman, tekstil otomotif, dan sebagainya yang
menimbulkan dampak negatif terhadap kesehatan masyarakat akibat limbah yang
mencemari lingkungan. Selain itu munculnya dampak negatif kemajuan teknologi
ini disebabkan ketidak seimbangan perkembangan ilmu dan teknologi, dimana
pengembangan teknologinya tidak mengkhususkan ada teknologi ramah
lingkungan.Ilmu, dan Teknologi dan masyarakat setiap saat mengalami perubahan,
hal ini seiring dengan perkembangan dan kemajuan teknologi yang
terus-menerus meningkat, mulai dari
penemuan yang sederhana sampai dengan teknologi yang super mutakhir.
Kesejajaran perkembangan ilmu, teknologi dan masyarakat dengan perkembangan
pengajaran dimungkinkan akan terjadi keseimbangan.
Remy, 1990
(dalam Udin. S. Winataputra, dkk: 2007) mengemukakan hasil tinjauan reformasi
pendidikan di Amerika Serikat akhir-akhir ini yang perhatiannya banyak dicurahkan
terhadap konsep Ilmu, Teknologi dan Masyarakat (ITM). Konsep Ilmu, Teknologi dan Masyarakat (ITM) memberikan
kontribusi secara langsung, terhadap misi pokok IPS, khususnya dalam
mempersiapkan warga Negara dengan sub pokok bahasan sebagai berikut:
a.
Memahami
Ilmu Pengetahuan di Masyarakat
Dalam kehidupan demokrasi masyarakat modern memerlukan warga Negara
yang kaya pengetahuan dan memahami persoalan-persoalan kemasyarakatan yang
begitu kompleks yang merupakan dampak dari kemajuan ilmu dan teknologi. Pada
beberapa dekade terakhir ini, masyarakat dunia termasuk Indonesia mengangga
bahwa kemajuan di bidang ilmu dan teknologi telah membawa dampak negatif selain dampak positif bagi manusia. Menurut
Muroyoma dan Steve (dalam Udin. S. Winataputra, dkk, 2007:8.5) sisi positif
dari perubahan teknologi khususnya dalam sistem produksi meningkatkan
produktifitas dan memperluas produksi yang mengantarkan pada produk yang
semakin baik. Proses produk yang semakin rumit, cenderung menggunakan lebih
banyak bahan sehingga proses produksi memerlukan teknologi yang semakin
canggih. Pengaruh langsung dari peningkatan produksi tersebut adalah terjadinya penurunan dalam pemanfaatan
tenaga kerja manusia. Di Negara-negara maju, tenaga kerja manusia yang sudah
digantikan oleh mesin diserap kembali dalam memproduksi kembali peralatan
produksi baru yang lebih maju. Namun kondisi ini belum dapat dilakukan di
negara-negara yang sedang berkembang.
Oleh sebab itu, seharusnya setiap kegiatan pembangunan ataupun
pengembangan teknologi sebaiknya masyarakat dapat dilibatkan dalam proses
pengambilan keputusan yang berkaitan dengan penggunaan Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi (IPTEK). Mereka harus memahami dampak yang ditimbulkan oleh Ilmu dan
Teknologi serta bagaimana memahami masalah-masalah sosial yang kompleks yang
berkaitan dengan Ilmu dan teknologi.Oleh karena itu, Kurikulum Pembelajaran IPS
dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk belajar mengkaji dan menjelaskan
tentang isu-isu kemasyarakatan dan akibat-akibat dari kemajuan ilmu dan
teknologi.
b.
Pengambilan Keputusan Warga Negara
Setiap muncul permasalahan di masyarakat
sebaiknya dilibatkan dalam pengambilan keputusan yang berkaitan dengan konsep
ilmu dan teknologi dan masyarakat. Keterlibatan ini merupakan bagian yang tak
terpisahkan dalam kehidupan sebagai warga Negara. Sebagai warga Negara, tentunya kita mempunyai hak untuk membuat keputusan
sendiri, tetapi seharusnya juga disadari bahwa keputusan yang kita ambil
menimbulkan dampak negatif maupun dampak positif bagi kehidupan masyarakat.
Kedudukan kosep ilmu, teknologi dan masyarakat
menjadi suatu yang ideal sebagai bahan yang dapat membantu para peserta didik
untuk memahami dan dapat menjelaskan konsep-konsep energi, polusi, lingkungan,
sumber daya alam, air, dan lain-lain yang relevan dengan dinamika ilmu,
teknologi dan masyarakat.
Sehubungan dengan itu Remy, 1990 (dalam Udin. S. Winataputra,dkk. 2007:8.6)
berpendapat bahwa penggunaan langkah-langkah pengambilan keputusan yang
sistematis dalam mempelajari isu-isu ilmu, teknologi dan masyarakat dalam
pembelajaran IPS dapat membantu mengembangkan intelektual peserta didik, kemampuan memecahkan masalah dan kemampuan
berfikir dalam mengambil keputusan secara fleksibel dan terorganisasi. Hal ini penting mengingat masih sedikit guru IPS tingkat MI yang
memberikan kemampuan-kemampuan seperti ini kepada peserta didiknya. Kurikulum
IPS merupakan sarana di mana peserta
didik dapat belajar tentang, masyarakat serta akibat-akibat yang ditimbulkan
dari ilmu dan teknologi.
c.
Membuat Hubungan Antara Pengetahuan
Salah satu ciri yang paling penting dari warga
Negara yang mempunyai perhatian terhadap
lingkungan masyarakat yang serba kompleks, adalah kemampuan membuat kaitan
antara hal yang nampaknya sederhana dengan cara mengungkapkan ciri-ciri
tertentu sehingga menjadi bermakna.Apabila guru-guru IPS membelajarkan peserta
didiknya menggunakan langkah- langkah yang sistematis dengan cara pemahaman
isu-isu ilmu, teknologi dan masyarakat, hal ini dapat membantu peserta didik
bagaimana cara menjelaskan keterkaitan antara bermacam-macam disiplin ilmu
dengan IPS. Dengan demikian kemampuan memecahkan masalah tentang isu-isu ilmu,
teknologi dan masyarakat dapat teratasi dengan baik.Demikian, beberapa konsep
ilmu, teknologi, dan masyarakat (ITM) dapat memberikan konstribusi terhadap
misi pokok IPS, khususnya dalam mempersiapkan warga Negara Indonesia yang melek
ilmu pengetahuan dan banyak tahu tentang ilmu, teknologi dan sosial. Secara diagram kaitan antara ilmu teknologi dan sosial dapat
dilihat pada gambar berikut ini:
Ilmu
|
Teknologi
|
Masyarakat
|
IPS
|
d.
Mengingatkan
Generasi Pada Sejarah Bangsa-bangsa Beradab
Bung Karno pernah mengatakan bahwa ”hanya bangsa yang besar yang
menghormati jasa-jasa para pahlawan”. Perkataan ini sering diulang-ulang oleh
generasi penerus, mulai dari para sejarawan itu sendiri, guru-guru, maupun para
pejabat. Di Amerika Serikat sejumlah komisi ilmiah membuat rekomendasi untuk
meningkatkan pendidikan kewarganegaraan bagi generasi muda Amerika melalui
pendalaman pemahaman dan apresiasi para peserta didik terhadap warisan demokrasi.
Di Indonesia, untuk mengangkat konsep ilmu pengetahuan dan
teknologi dalam Ilmu Pengetahuan Sosial cukup banyak peninggalan berharga yang
telah dicapai oleh nenek moyang bangsa Indonesia. Bangunan Candi Borobudur,
merupakan merupakan sisa peninggalan sejarah sebagai hasil teknologi tinggi
pada zamannya, hal ini dapat dijelaskan di dalam kelas IPS secara terintegrasi
antara kajian konsep ilmu pengetahuan, teknologi dan kondisi masyarakat pada
saat itu.
Dalam perjalanan konsep ilmu pengetahuan, teknologi, dan sosial
telah beberapa kali dijadikan sebagai prioritas dalam pembangunan di Indonesia.
Konsep ini telah menjadi hasil ketetapan MPR dan GBHN. Karena ketiga konsep itu
telah ada dalam dokumen Negara maka kedudukan konsep ilmu pengetahuan,
teknologi dan sosial sangat penting untuk diangkat menjadi kajian dalam
pembelajaran IPS.
Mengembangkan
minat peserta didik terhadap IPS Tetapi untuk mencapai tujuan dalam memenuhi
fungsi pendidikan IPS itu, pendekatan yang digunakan dalam proses mengajar IPS
antara lain melalui pendekatan lingkungan, pendekatan keterampilan proses,
pendekatan penemuan dan pendekatan terpadu. Pendidikan IPS di Indonesia ialah
adanya nilai-nilai agama yang dimasukkan dalam kurikulum sehingga dengan
pendidikan IPS ini diharapkan dapat mendorong peserta didik untuk meningkatkan
iman dan takwanya pada Tuhan yang maha Kuasa.
Di dalam kurikulum tertuang tentang muatan lokal yang diberi porsi
cukup leluasa. Dengan demikian harus dilakukan pengembangan kurikulum yang
terus menerus yang mencermati kepentingan dan ciri-ciri khusus daerah serta
pengembangan ilmu dan teknologi. Konsep Ilmu,
Teknologi dan Masyarakat (ITM) memfokuskan ada isu-isu kemasyarakatan
dan kesejahteraan manusia dan bahkan mendorong kegiatan yang inovatif seperti
persoalan-persoalan umat manusia. ITM memfokuskan pula pada masalah pekerjaan
dan karir yang dikenal saat ini yang berarti memanfaatkan sumber daya manusia
dalam mengidentifikasi dan memecahkan masalah tersebut.
Konsep ITM mencakup keseluruhan spektrum tentang peristiwa-peristiwa
kritis dalam proses pendidikan, meliputi tujuan, kurikulum, strategi
pembelajaran, evaluasi, dan persiapan serta penampilan guru. Dan dasar
eksistensi ITM adalah lahirnya warga negara yang berpengetahuan yang mampu
memecahkan masalah-masalah penting dan mengambil keputusan yang tepat dalam
setiap pemecahan masalah. ITM berusaha memfokuskan pada penyelesaian isu-isu
saat ini sebagai cara terbaik mempersiapkan generasi masa kini dan perannya
sebagai warga negara di masa depan. Sebenarnya tidak ada konsep yang unik dalam
ITM kecuali dalam memberikan
tempat/wahana dan alasan sebagai bahan pertimbangan berupa sejumlah konsep
dasar dan proses ilmu pengetahuan dan teknologi. ITM sebagai suatu pendekatan pembelajaran IPS
tidaklah memandang dan mengkaji untuk ilmu. ITM tidak hanya mempelajari ilmu
dengan cara penyajian yang sulit dipahami oleh khalayak umum maupun ilmuwan.
Bahkan guru IPS pun merasa ragu, kuatir, dan bingung mempelajari dan
menyampaikannya kepada peserta didik. Akibatnya peserta didik tidak merasakan
ilmu sebagai sesuatu yang menyenangkan dan menjadi miliknya sehingga ia tidak
dapat merasakan manfaat dan rasa ingin tahu dengan cara bertanya lebih jauh
lagi.
Melalui proses pembelajaran ITM akan mengantarkan peserta didik
untuk melihat ilmu sebagai dunianya, peserta didik akan mengenal dan punya
pengalaman sebagaimana pernah dialami oleh para ilmuwan. ITM dengan
teknologinya berusaha menghubungkan atau menjambatani antara ilmu dan
masyarakat. Penerapan ilmu sudah saatnyaterus dikembangkan agar apa yang
diperoleh di bangku sekolah tidak lagi hanya sebatas pengetahuan yang sulit
dipraktikkan atau hanya di atas kertas yang berupa uraian yang sarat dengan
teori-teori yang sulit diterjemahkan dalam praktiknya di masyarakat.
Oleh karena itu, pemahaman terhadap suatu disiplin ilmu akan lebih
bermanfaat jika dapat diterapkan di masyarakat dengan baik dan sesuai dengan
kebutuhan masyarakat tersebut. Apabila ITM ingin menjadi ujung tombak dalam
pendidikan IPS maka ITM harus sejalan serta mendukung tujuan pendidikan. Proses
pembelajaran ITM dengan memperhatikan peserta didik, terutama dalam menentukan
atau merumuskan masalah, menggunakan sumber yang ada sebagai acuan dalam
penyelesaian serta dapat mengambil langkah-langkah nyata untuk memecahkan
persoalan individu maupun kelompok (Dirjen Dikdasmen, 2004: 15-16) ITM berusaha
memerhatikan peserta didik, lingkungannya, dan kerangka pikirnya. Strategi
pembelajarannya dimulai dari penerapan pada dunia nyata, menuju dunia teknologi
dan kemudian dunia peserta didik.
C.
Pendidikan
IPS Untuk Sekolah Dasar atau Madrasah Ibtidaiyah
Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di
SD/MI harus memperhatikan kebutuhan anak yang berusia antara 6-12 tahun. Anak
dalam kelompok usia 7-11 tahun menurut Piaget (1963) berada dalam perkembangan
kemampuan intelektual/kognitifnya pada tingkatan kongkrit operasional. Mereka
memandang dunia dalam keseluruhan yang utuh, dan menganggap tahun yang akan
datang sebagai waktu yang masih jauh. Yang mereka pedulikan adalah sekarang
(kongkrit), dan bukan masa depan yang belum bisa mereka pahami (abstrak).
Padahal bahan materi IPS penuh dengan pesan-pesan yang bersifat abstrak.
Konsep-konsep seperti waktu, perubahan, kesinambungan (continuity), arah mata
angin, lingkungan, ritual, akulturasi, kekuasaan, demokrasi, nilai, peranan,
permintaan, atau kelangkaan adalah konsep-konsep abstrak yang dalam program
studi IPS harus dibelajarkan kepada siswa SD/MI.
Berbagai cara dan teknik pembelajaran dikaji
untuk memungkinkan konsep-konsep abstrak itu dipahami anak. Bruner (1978)
memberikan pemecahan berbentuk jembatan bailey untuk mengkongkritkan yang
abstrak itu dengan enactive, iconic, dan symbolic melalui percontohan dengan
gerak tubuh, gambar, bagan, peta, grafik, lambang, keterangan lanjut, atau
elaborasi dalam kata-kata yang dapat dipahami siswa. Itulah sebabnya IPS SD/MI
bergerak dari yang kongkrit kepada yang abstrak dengan mengikuti pola
pendekatan lingkungan yang semakin meluas (expanding environment approach) dan
pendekatan spiral dengan memulai dari yang mudah kepada yang sukar, dari yang
sempit menjadi lebih luas, dari yang dekat ke yang jauh, dan seterusnya:
dunia-negara
tetangga-negara-propinsi-kota/kabupaten-kecamatan-kelurahan/desa-RT/RW-tetangga-keluarga-Aku.
Dimana dalam pembelajaran IPS di SD/MI ini
perlu tema-tema yang harus mendapat perhatian, diantaranya ialah secara
gradual, antara lain:
1.
IPS SD/MI sebagai Pendidikan Nilai (value
education), yakni:
-
Mendidikkan nilai-nilai yang baik yang
merupakan norma-norma keluarga dan masyarakat;
-
Memberikan klarifikasi nilai-nilai yang sudah
dimiliki siswa;
-
Nilai-nilai inti/utama (core values) seperti
menghormati hak-hak perorangan, kesetaraan, etos kerja, dan martabat manusia
(the dignity of man and work) sebagai upaya membangun kelas yang demokratis.
2.
IPS SD/MI sebagai Pendidikan Multikultural
(multicultural eduacation), yakni:
-
Mendidik siswa bahwa perbedaan itu wajar;
-
Menghormati perbedaan etnik, budaya, agama,
yang menjadikan kekayaan budaya bangsa;
-
Persamaan dan keadilan dalam perlakuan terhadap
kelompok etnik atau minoritas.
3.
IPS SD/MI sebagai Pendidikan Global (global
education), yakni:
-
Mendidik siswa akan kebhinekaan bangsa, budaya,
dan peradaban di dunia;
-
Menanamkan kesadaran ketergantungan antar
bangsa;
-
Menanamkan kesadaran semakin terbukanya komunikasi
dan transportasi antar bangsa di dunia;
-
Mengurangi kemiskinan, kebodohan dan perusakan
lingkungan.
D.
Jenis-Jenis
Pendekatan
Ada beberapa jenis
pendekatan pembelajaran yang dapat digunakan pada kegiatan belajar mengajar di
IPS, antara lain:
a. Pendekatan Disiplin
atau Pendekatan Struktur
Pendekatan Disiplin bertitik tolak dari sesuatu disiplin ilmu tertentu.
Artinya pola kerangka atau sistematika pendekatan disiplin dimulai dari
menyampaikan konsep-konsep dari suatu disiplin, baru kemudian menambahkan konsep-konsep
disiplin lainnya. Yang bertujuan untuk mendukung konsep-konsep disiplin
tersebut. Misalnya dimulai dari disiplin sejarah atau dari geografi atau dari
ekonomi, dan sebagainya. Cara penyampaian dalam pendekatan disiplin adalah
dengan mempertautkan konsep-konsep lain yang bersifat menunjang yang dilakukan
secara sistematis. Tujuan dari pendekatan disiplin antara lain:
1) Mendukung tujuan IPS
dalam kurikulum;
2) Untuk mendapatkan
pengertian yang lebih mendalam tentang konsep-konsep ilmu sosial tertentu;
3) Untuk menelaah lebih
lanjut tentang lingkup utama kegiatan manusia;
4) Untuk memberikan
gambaran yang jelas tentang konsep-konsep tertentu dari suatu disiplin dengan
disiplin yang lain;
5) Untuk memberikan bahan
yang lebih banyak dan lebih luas kepada IPS.
Dalam proses belajar mengajar yang menggunakan pendekatan disiplin, guru
hendaknya lebih banyak memberikan tugas kepada anak untuk mencari sumber-sumber
diluar buku teks. Memberikan tugas membaca ataupun studi lapangan dan pada
akhir tugas melampirkan karya tulis kelompok maupun perorangan. Namun kekurangan
dari pendekatan disiplin ini adalah:
1) Penyusunan suatu
pembelajaran dengan pendekatan ini adalah sangat sulit, karena tidak adanya
pedoman yang tegas untuk memilih inti pembahasan dan pendukung pembahasan;
2) Pandangan tiap-tiap
pengajar tentang suatu konsep, kedalaman maupun keleluasannya, sangat
tergantung pada latar Belakang pendidikannya;
3) Keterampilan guru untuk
mempertautkan konsep-konsep sangatlah terbatas dan dipengaruhi oleh berbagai
faktor (waktu, kesempatan, referensi,dll).
b. Pendekatan Antar
Struktur atau Interdisiplin
Pendekatan antar struktur merupakan pendekatan yang membahas suatu
konsep secara berturut melalui beberapa disiplin dan kemudian dipersatukan.
Dengan pendekatan ini suatu konsep ilmu sosial atau suatu topik diorganisasikan
bersama konsep dari berbagai ilmu sosial terpadu. Contohnya : Menunjukkan pada
peta pesebaran daerah asal suku bangsa di Indonesia. Maka, dapat meyoroti dari
sudut pandang: geografi, khususnya peta persebaran daerah asal suku bangsa di
Indonesia. Kemudian materi sikap menghormati keanekaragaman suku bangsa.
Kemudian bisa membahas berbagai jenis kebudayaan di Indonesia. Kesemuanya itu
terpadu menjadi suatu bahan pelajaran yang utuh dan tidak merupakan cerita
bersambung. Sumbangan konsep dari berbagai ilmu diolah, diramu, dan dipadukan
baik dari segi urutan atau tingkat kesulitan maupun kepentingannya.
Kesulitan penggunaan pendekatan ini dalam pelaksanaan pengajaran IPS
dapat dimaklumi mengingat masih jarang ditemukan guru IPS yang generalis.
Tetapi hal ini dapat diatasi melalui team teaching pada saat memprogram atau
waktu melaksanakannya. Pendekatan antar struktur dapat dibedakan menjadi dua
jenis pendekatan, yaitu:
1) Pendekatan
Multidisiplin, pendekatan multidisplin mengarah pada pengambilan konsep-konsep
dari berbagai disiplin. Generalisasi dan proses dari berbagai disiplin ilmu
sosial untuk membantu para siswa memahami topik yang mereka pelajari. Artinya
semua aspek dari suatu topik ditelaah sehingga pengertian siswa itu menjadi
luas dan dalam, dan dengan demikian tujuan sajian akan tercapai secara mantap.
2) Pendekatan
Interdisiplin, pendekatan interdisiplin juga menggunakan atau mengambil
konsep-konsep yang digunakan dalam berbagai ilmu sosial.
Perbedaannya ialah
bahwa model pengajaran dengan pendekatan interdisiplin mendasarkan strukturnya
pada penggunaan ‘konsep inti’ sedangkan pada model pendekatan multidisplin
menggunakan ‘konsep dasar’ dari berbagai disiplin.
Dasar pemikiran yang
melatarbelakangi penggunaan pendekatan interdisiplin ialah adanya banyaknya
konsep dasar yang harus dibatasi jumlahnya agar dapat dikembangkan dalam
pengajaran. Kesukarannya terletak pada pemilihan konsep dasar yang paling
efektif untuk digunakan.
3) Pendekatan
Kemasyarakatan, pendekatan Kemasyarakatan dimaksudkan seperti pendekatan yang
kita gunakan didalam mempelajari IPS dengan mengambil masyarakat sebagai fokus
pembahasan. Artinya semua komponen program diambil dari dan ditujukan pada
masyarakat sekitar. Tujuan dari penekatan kemasyarakatan antara lain:
a) Pergaulan siswa di
dalam masyarakat lebih luas, meliputi kecakapan bergaul, sikap ramah tamah,
tenggang rasa, suka menolong, penyesuaian diri dalam berbagai situasi dan bisa
mempengaruhi masyarakat sekitarnya;
b) Dapat memperluas pengetahuan
dan pengertian yang didapat disekolah dengan macam-macam kenyataan (fakta) yang
didapat di dalam masyarakat (konsep-konsep) sehingga mempunyai scope yang lebih
luas dan lebih mendalam;
c) Mengetahui
kebutuhan-kebutuhan dan harapan masyarakat akan hasil pendidikan di sekolah
yang dapat digunakan untuk membangun, membina, dan mengembangkan masyarakat;
d) Dapat berpartisipasi
langsung dengan berbagai kegiatan kemasyarakatan yang juga diharapkan oleh
masyarakat;
e) Mengetahui lebih banyak
tentang perubahan dan perkembangan yang lebih cepat daripada yang diduga
diketahui disekolah sehingga pengetahuannya selalu aktual.
4) Pendekatan Lingkungan,
lingkungan masyarakat lebih banyak membicarakan lingkungan fisik dan lingkungan
budaya atau sering disebut dengan lingkungan geografis.
a) IPS dengan lingkungan
Fisik di dalam pengetahuan tentang lingkungan, unsur fisik memegang peranan
penting. Hal ini dimuat dalam tujuan pengajaran IPS. Tujuan tersebut antara
lain:
·
Anak harus memahami keadaan lingkungan fisiknya (keadaan alam, kekayaan
alam, iklim, fauna, serta ekosostem dan lingkungannya);
·
Anak harus menyadari bagaimana campur tangan manusia didalam mengelola
sumber-sumber alam;
·
Anak harus memahami dan menyadari tentang perlunya perhitungan,
pengawasan dan pengawetan alam sekitar demi kelestarian lingkungan.
b) IPS dan Lingkungan
Budaya, tujuan pengajaran IPS dan Lingkungan Budaya adalah:
·
Mengajarkan kebudayaan-kebudayaan manusia di dunia dari hal perbedaan,
persamaan hakekat budaya yang ada padanya, perkembangan serta perubahan-perubahannya;
·
Anak harus memahami nilai-nilai budaya nasioanal, regional maupun lokal,
menghargai dan memelihara sebagai harga pusaka peninggalan nenek moyang;
·
Menanamkan rasa tanggung jawab dan kesadaran untuk memelihara dan
melestarikan warisan budaya tersebut;
·
Anak harus mengetahui akibat-akibat buruk yang dapat ditimbulkan oleh
penetrasi kebudayaan asing yang masuk ke dalam lingkungan kebudayaan.
5) Pendekatan Pembelajaran
Tradisional dan Pendekatan Pembelajaran Inkuiri
a) Pendekatan Pembelajaran
Tradisional, pendekatan pembelajaran tradisional mengutamakan penyajian fakta
dan nama, melalui hafalan dan ingatan. Anak dianggap sebagai suatu bejana
kosong yang harus diisi oleh guru sampai penuh. Sehingga dalam pendekatan
pembelajaran anak bersifat pasif. Sedangkan guru bertindak aktif dengan metode
ceramah.
Kekurangan dari
pendekatan pembelajaran tradisional antara lain kurang memberikan kesempatan
untuk bertanya atau berdiskusi memecahkan masalah sehingga daya serap siswa
kurang tajam, kadang-kadang pernyataan atau penjelasan lisan sukar ditangkap.
Apalagi jika menggunakan kata-kata asing, kurang memberikan kesempatan kepada
siswa untuk mengembangkan kecakapannya untuk mengeluarkan pendapat, kurang
cocok untuk anak yang tingkat abstraksinya masih kurang, dan dapat menimbulkan
kebosanan siswa.
Pendekatan ini dapat
digunakan apabila terdapat hal-hal berikut ini bahan yang ingin disampaikan
sangat banyak dan para siswa dapat memahami informasi melalui kata-kata.
b) Pendekatan Pembelajaran
Inkuiri, pendekatan pembelajaran inkuiri bertolak dari pandangan bahwa siswa
sebagai subjek dan objek dalam belajar, mempunyai kemampuan dasar untuk
berkembang secara optimal sesuai engan kemampuan yang dimilikinya. Proses
pembelajaran harus dipandang sebagai stimulus yang dapat memandang siswa untuk
melakukan kegiatan belajar. Peranan guru lebih banyak menempatkan diri sebagai
pembimbing atau pemimpin belajar dan fasilitator belajar.
Dengan demikian, siswa
lebih banyak melakukan kegiatan sendiri atau dalam bentuk kelompok memecahkan
permasalahan dengan bimbingan guru. Tugas utama guru adalah memilih masalah
yang perlu dilontarkan kepada kelas untuk dipecahkan oleh siswa sendiri.
Berikutnya guru menyediakan sumber belajar bagi siswa untuk pemecahan masalah.
Pendekatan inkuiri dalam
mengajar termasuk pendekatan modern, yang sangat didambakan untuk dilaksanakan
disetiap sekolah. Pendekatan inkuiri dapat dilaksanakan apabila sudah memenuhi
syarat-syarat seperti guru harus terampil memilih persoalan yang relevan untuk
diajukan kepada kelas dan sesuai dengan daya nalar siswa, guru harus terampil
menumbuhkan motivasi belajar siswa dan menciptakan situasi belajar yang
menyenangkan, adanya fasilitas dan sumber belajar yang cukup, dan partisipasi
setiap siswa dalam setiap kegiatan belajar.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Pendekatan dapat diartikan sebagai
proses, perbuatan, atau cara untuk mendekati sesuatu. Sedangkan pembelajaran
atau intruction merupakan usaha sadar dan disengaja oleh guru untuk membuat
siswa belajar dengan tujuan mengaktifkan faktor intern dan faktor ekstern dalam
kegiatan belajar mengajar. Selain itu, pembelajaran juga mengandung pengertian,
bagaimana para guru mengajarkan sesuatu kepada peserta didik, tetapi di samping
itu juga terjadi peristiwa bagaimana peserta didik mempelajarinya.
Sementara macam-macam pendekatan
pembelajaran yang digunakan dalam IPS, yaitu antara lain pendekatan
keterampilan proses, pendekatan CBSA, pendekatan komunikatif, pendekatan
integrative, dan pendekatan konsep ilmu, teknologi, dan masyarakat dalam
pemelajaran IPS. Remy, 1990 (dalam Udin. S. Winataputra, dkk: 2007)
mengemukakan hasil tinjauan reformasi pendidikan di Amerika Serikat akhir-akhir
ini yang perhatiannya banyak dicurahkan terhadap konsep Ilmu, Teknologi dan
Masyarakat (ITM). Konsep Ilmu, Teknologi
dan Masyarakat (ITM) memberikan kontribusi secara langsung, terhadap misi pokok
IPS, khususnya dalam mempersiapkan warga Negara dengan sub pokok bahasan seperti memahami ilmu pengetahuan di
masyarakat, pengambilan keputusan warga negara, membuat hubungan antara pengetahuan, dan mengingatkan generasi pada sejarah bangsa-bangsa beradab.
Pendidikan
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di SD/MI harus memperhatikan kebutuhan anak yang
berusia antara 6-12 tahun. Anak dalam kelompok usia 7-11 tahun menurut Piaget
(1963) berada dalam perkembangan kemampuan intelektual/kognitifnya pada
tingkatan kongkrit operasional. Mereka memandang dunia dalam keseluruhan yang
utuh, dan menganggap tahun yang akan datang sebagai waktu yang masih jauh.
DAFTAR PUSTAKA
Ardana Sunarti. 2012. Pendekatan Inkuiri Dalam Pembelajaran.
Anwar Kholil. 2008. Pembelajaran
Berdasarkan Masalah.
Dian Beboh.
2011. Pendekatan dalam pembelajran IPS.
Mutakin, Awan. 1997. Pengantar Ilmu Sosial. Dikgutentis.
Jakarta.
Sumantri, Moh. Nukman. 2001.
Menggagas Pembaruan Pendidikan IPS. Rosdakarya Remaja.
Bandung
Sunaryo. 1989. Strategi Belajar Mengajar IPS. IKIP Malang.
Malang
Poerwito. 1991. Ilmu Pengetahuan Sosial. PPPG IPS PMP
Malang. Malang
Udin S. Winataputra, dkk. 2008. Materi dan Pembelajaran IPS di
SD. Universitas Terbuka.
Jakarta
Udin S. Winataputra. 2003. Strategi Belajar Mengajar. Universitas
Terbuka. Jakarta Pusat
Wina Senjaya. 2008. Strategi
Pembelajaran; Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Kencana
Prenada Media Group. Jakarta
0 Response to "Makalah pendekatan pembelajaran IPS di MI"
Post a Comment