BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Penelitian merupakan suatu kegiatan untuk mencari jawaban dari
sebuah persoalan melalui pengumpulan data berdasarkan hasil analisa dalam
proses penelitian. Penelitian dipandang sebagai upaya menjawab pemasalahan
secara sistematik dengan metode-metode tertentu melalui pengmpulan data
empiris, mengolah, dan menarik kesimpulan atas jawaban suatu masalah.
Dalam melakukan penelitian seseorang dihadapkan pada permasalahan
dan harus mencari jalan keluarnya, dengan cara mengumpulkan data dan informasi
yang relevan. Dugaan atau perkiraan semacam ini biasanya disebut dengan
hipotesis.
Dari pembahasan di atas kami tertarik untuk membahas lebih dalam
lagi mengenai Hipotesis.
B.
Rumusan Masalah
1. Apakah Pengertian dari Hipotesis?
2. Bagaimana Karakteristik Hipotesis?
3. Apa saja bentuk-bentuk Hipotesis?
4. Apa Dasar Perumusan Hipotesis?
5. Bagaimana Cara Merumuskan Hipotesis?
6. Bagaimana Tahap-Tahap Pembentukan
Hipotesis Secara Umum?
7. Apa Kegunaan Hipotesis?
8. Bagaimana Prosedur Pengujian Hipotesis?
9. Bagaimana Karakteristik Hipotesis yang Baik?
C.
Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari hipotesis
2. Untuk mengetahui bagaimana karakteristik hipotesis
3. Untuk mengetahui bentuk-bentuk hipotesis
4. Untuk mengetahui dasar perumusan
hipotesis
5. Untuk mengetahui cara merumuskan hipotesis
6. Untuk mengetahui tahap-tahap pembentukan
hipotesis secara umum
7. Untuk mengetahui kegunaan hipotesis
8. Untuk mengetahui prosedur pengujian
hipotesis
9. Untuk mengetahui karakteristik hipotesis yang baik.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Hipotesis
Hipotesis berasal dari dua penggal kata, hypo=di bawah; thesa=kebenaran.
Jadi hipotesis secara etimologis artinya kebenaran yang masih diragukan.
Hipotesis dapat diartika sebagai suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap
permasalahan penelitian, sampai terbukti kebenarannya melalui data yang
terkumpul.[1]
Menurut Nana
Sudjana, hipotesis berasal dari kata hipo, artinya bawah dan tesis, artinya
pendapat. Hipotesis berarti pendapat yang kebenarannya masih belum meyakinkan.
Kebenaran pendapat tersebut perlu diuji atau dibuktikan.[2]
Contoh:
Apabila terlihat awan hitam dan langit menjadi pekat, maka seseorang dapat
saja menyimpulkan (menduga-duga) berdasarkan pengalamannya bahwa (karena langit mendung, maka…) sebentar lagi hujan akan turun.
Apabila ternyata beberapa saat kemudian hujan benar turun, maka
dugaan terbukti benar. Secara ilmiah, dugaan ini disebut hipotesis. Namun apabila ternyata tidak
turun hujan, maka hipotesisnya dinyatakan keliru.
Ketika berfikir untuk sehari-hari, orang sering menyebut hipotesis sebagai
sebuah anggapan, perkiraan, dugaan, dan sebagainya. Hipotesis juga berarti
sebuah pernyataan atau proposisi yang mengatakan bahwa diantara sejumlah fakta ada hubungan tertentu Proposisi inilah yang akan membentuk proses terbentuknya sebuah
hipotesis di dalam penelitian, salah satu diantaranya yaitu Penelitian
sosial.
Proses pembentukan hipotesis merupakan sebuah proses penalaran, yang melalui tahap-tahap tertentu. Hal demikian juga terjadi dalam
pembuatan hipotesis ilmiah, yang dilakukan dengan sadar, teliti, dan terarah. Sehingga dapat
dikatakan bahwa sebuah Hipotesis merupakan satu tipe proposisi yang langsung
dapat diuji.
B.
Karakteristik Hipotesis
Satu hipotesis dapat diuji apabila hipotesis tersebut dirumuskan dengan
benar. Kegagalan merumuskan hipotesis akan mengaburkan hasil penelitian. Meskipun
hipotesis telah memenuhi syarat secara proporsional, jika hipotesis tersebut masih abstrak bukan saja membingungkan prosedur
penelitian, melainkan juga sukar diuji secara nyata. Untuk dapat memformulasikan hipotesis yang baik dan benar, sedikitnya harus
memiliki beberapa ciri-ciri pokok, yakni:
1)
Hipotesis diturunkan dari suatu teori yang disusun untuk menjelaskan masalah dan dinyatakan dalam proposisi-proposisi. Oleh sebab itu, hipotesis merupakan jawaban atau dugaan
sementara atas masalah yang dirumuskan atau searah dengan tujuan penelitian.
2)
Hipotesis harus dinyatakan secara jelas, dalam istilah yang benar dan secara operasional. Aturan untuk, menguji satu hipotesis secara empiris adalah harus mendefinisikan secara operasional semua variabel dalam hipotesis dan diketahui secara pasti variabel
independen dan variabel
dependen.
3)
Hipotesis menyatakan variasi nilai sehingga dapat diukur secara empiris dan memberikan gambaran mengenai fenomena yang diteliti. Untuk hipotesis deskriptif berarti hipotesis secara jelas menyatakan kondisi, ukuran, atau distribusi suatu variabel atau fenomenanya yang dinyatakan dalam nilai-nilai yang
mempunyai makna.
4)
Hipotesis harus bebas nilai. Artinya nilai-nilai yang dimiliki peneliti dan preferensi subyektivitas tidak memiliki tempat di dalam pendekatan ilmiah seperti halnya dalam
hipotesis.
5)
Hipotesis harus dapat diuji. Untuk itu, instrumen harus ada (atau dapat dikembangkan) yang akan menggambarkan ukuran yang
valid dari variabel yang diliputi. Kemudian, hipotesis dapat diuji dengan metode yang tersedia yang dapat digunakan untuk mengujinya sebab peneliti dapat
merumuskan hipotesis yang bersih, bebas nilai, dan spesifik, serta menemukan bahwa tidak ada metode penelitian untuk mengujinya. Oleh sebab itu, evaluasi hipotesis bergantung pada eksistensi metode-metode untuk mengujinya, baik
metode pengamatan, pengumpulan data, analisis data, maupun generalisasi.
6)
Hipotesis harus spesifik. Hipotesis harus bersifat spesifik yang menunjuk
kenyataan sebenarnya. Peneliti harus bersifat spesifik yang menunjuk kenyataan
yang sebenarnya. Peneliti harus memiliki hubungan eksplisit yang diharapkan di antara variabel dalam istilah arah (seperti, positif dan negatif).
Sementara menurut Moh.Nazir ciri-ciri hipotesis yang baik yaitu
mempunyai
a)
Harus
menyatakan hubungan.
b)
Harus
sesuai dengan fakta.
c)
Harus
berhubungan dengan ilmu, serta sesuai dengan tumbuhnya ilmu pengetahuan.
d)
Harus
dapat diuji.
e)
Harus
sederhana.
f)
Harus
bisa menerangkan fakta.[3]
Dengan demikian
secara umum, hipotesis yang baik harus mempertimbangkan fakta-fakta yang
relevan, harus masuk akal dan tidak bertentangan dengan hukum alam yang telah
diciptakan Tuhan. Hipotesis harus dapat diuji dengan aplikasi dediktif atai
induktif untuk verifikasi.
Selain itu
hipotesis juga dapat dibagi menjadi beberapa macam jenis dan tergantung dari
pendekatan kita dalam membaginya. Hipotesis dapat kita bagi sebagai berikut:
1.
Hipotesis
tentang perbedaan vs hubungan
Hipotesis dapat kita bagi dengan melihat apakah pernyataan
sementara yang diberikan adalah hubungan ataukah perbedaan. Hipotesis tentang
hubungan adalah pernyataan rekaan yang menyatakan tentang saling berhubungan
antara dua variable atau lebih, yang mendasari tekhnik korelasi atau regresi.
Sebaliknya hipotesis yang menjelaskan perbedaan menyatakan adanya ketidaksamaan
antarvariabel tertentu disebabkan oleh adanya pengaruh variable yang
berbeda-beda. Hipotesis ini mendasari tekhnik penelitian yang komparatif.
Hipotesis tentang hubungan dan perbedaan merupakan hipotesis hubungan analitis.
Hipotesis ini, secara analitis menyatakan hubungan atau perbedaan satu sifat
dengan sifat yang lain.
2.
Hipotesis
kerja vs hipotesis nul
Dengan melihat pada cara seorang peneliti menyusun pernyataan dalam
hipotesisnya, hipotesis dapat dibedakan antara hipotesis kerja dan nul. Hipotesis
nul, yang mula-mula diperkenalkan oleh bapak statistika Fisher diformulasikan
untuk ditolak sesudah pengujian. Dalam hipotesis nul ini, selalu ada implikasi
“tidak ada beda”. Perumusannya bisa dalam bentuk:
“Tidak ada beda antara…dengan…” Hipotesis nul dapat juga ditulis
dalam bentuk: “…tidak mem…”
Hipotesis nul biasanya diuji dengan menggunakan statistika. Seperti
telah dinyatakan diatas, hipotesis nul biasanya ditolak. Dengan menolak
hipotesis nul, maka kita menerima hipotesis pasangan, yang disebut hipotesis
alternatef. Hipotesis nul biasanya digunakan dalam penelitian eksperimental.
Akhir-akhir ini hipotesis nul juga digunakan dalam penelitian social, seperti
penelitian dibidang sosiologi, pendidikan, dan lain-lain.
3.
Hipotesis
common sense dan ideal
Hipotesis acapkali menyatakan terkaan tentang dalil dan pemikiran
bersahaja dan common sense (akal sehat). Hipotesis ini biasanya menyatakan
hubungan keseragaman kegiatan terapan. Contohnya, hipotesis sederhana tentang
produksi dan status pemilikan tanah, hipotesis mengenai hubungan tenaga kerja
dengan luas garapan, hubungan antara dosen pemupukan dengan daya tahan terhadap
insekta, hubungan antara kegiatan-kegiatan dalam industry, dan sebagainya.
Sebaliknya, hipotesis yang menyatakan hubungan yang kompleks
dinamakan hipotesis jenis ideal. Hipotesis ini bertujuan untuk menguji adanya
hubungan logis antara keseragaman-keseragaman pengalaman empiris. Hipotesis
ideal adalah peningkatan dari hipotesis analitis. Misalnya, kita mempunyai
suatu hipotesis ideal tentang keseragaman empiris dan hubungan antar daerah,
jenis tanah, luas garapan, jenis pupuk, dan sebagainya.
C.
Bentuk-bentuk Hipotesis
Bentuk-bentuk hipotesis penelitian sangat terkait dengan rumusan
masalah penelitian. Bila dilihat dari tingkat eksplanasinya, maka bentuk
rumusan masalah penelitian ada tiga yaitu: rumusan masalah deskriptif (variabel
mandiri), komparatif (perbandingan) dan asosiatif (hubungan). Oleh karena itu,
maka bentuk hipotesis penelitian juga ada tiga yaitu: hipotesis deskriptif,
komparatif, dan asosiatif/hubungan.
1.
Hipotesis
Deskriptif
Hipotesis deskriptif adalah jawaban sementara terhadap rumusan
masalah deskriptif,
2.
Hipotesis
Komparatif
Hipotesis komparatif merupakan jawaban sementara terhadap rumusan
masalah komparatif. Pada rumusan ini variabelnya sama tetapi populasi atau
sampelnya yang berbeda, atau keadaan itu terjadi pada waktu yang berbeda.
3.
Hipotesis
Asosiatif
Hipotesis asosiatif adalah jawaban sementara terhadap rumusan
masalah asosiatif, yaitu yang menanyakan hubungan antara dua variabel atau
lebih.
D.
Dasar Perumusan Hipotesis
Secara sederhana, hipotesis penelitian sebagai jawaban sementara
dirumuskan atas dasar terkaan atau conjecture peneliti. Namun demikian,
terkaan tersebut harus didasarkan pada acuan, yakni teori dan fakta ilmiah.
Untuk menjadikan teori sebagai acuan penelitian, biasanya peneliti
menurunkan dari teori tersebut sejumlah asumsi dan postulat. Asumsi-asumsi ini
merupakan anggapan atau dugaan yang mendasari hipotesis, sedangkan hipotesis
itu sendiri adalah dasar untuk memperoleh kesimpulan, setelah diuji menggunakan
data yang diperoleh melalui penelitian (Muhammad Ali, 1992 : 33).
·
Selain
menggunakn teori sebagai acuan, dalam merumuskan hipotesis dapat pula
menggunakan acuan fakta. Dalam pengertian umum, fakta adalah kebenaran yang
dapat diterima oleh nalar dan sesuai dengan kenyataan yang dapat dikenali
dengan panca indera. Fakta yang dimaksud dapat diperoleh dengan cara :
·
Memperoleh
dari sumber aslinya
·
Fakta
yang diidentifikasi dengan cara menggambarkan dan menafsirkannya dari sumber
yang asli.
·
Fakta
yang diperoleh dari orang mengidentifikasi dengan jalan menyusunnya dalam
bentuk abstract reasoning (penalaran absrtak).
Selain itu semua, Good dan secates secara khusus memberikan
beberapa sumber yang dapat dijadikan sebagai dasar bagi perumusan hipotesis,
yaitu sebagai berikut:
1)
Kebudayaan
dimana ilmu tersebut dibentuk
2)
Ilmu
itu sendiri yang menghasilkan teori dan teori memberi arah kepada penelitian
3)
Analogi
merupakan sumber hipotesis
4)
Reaksi
individu terhadap sesuatu dan pengalaman.
E.
Cara Merumuskan Hipotesis
Hipotesis merupakan dugaan sementara yang mengandung
pernyataan-pernyataan ilmiah, tetapi masih memerlukan pengujian. Oleh karena
itu, hipotesis dibuat berdasarkan hasil penelitian masa lalu
atau berdasarkan data-data yang telah ada sebelum penelitian dilakukan secara
lebih lanjut yang tujuannya menguji kembali hipotesis tersebut. Akan tetapi,
peneliti tidak boleh memanipulasi data sedemikian rupa sehingga mengarah
ketidakterbuktian hipotesis. Ia harus bersikap objektif terhadap data yang
terkumpul.
Maka dari itu,
merumuskan hipotesis bukanlah hal
yang mudah. Seperti yang sudah disinggung sekurang-kurangnya ada tiga penyebab
kesukaran dalam memformulasikan hipotesis, yaitu:
·
Tidak
adanya kerangka teori atau pengetahuan tentang kerangka teori yang terang,
·
Kurangnya
kemampuan untuk menggunakan kerangka teori yang sudah ada, dan
·
Gagal
berkenalan dengan tekhnik-tekhnik penelitian yang ada untuk dapat merangkaikan
kata-kata dalam membuat hipotesis secara benar.
Hipotesis
dibentuk dengan suatu pernyataan tentang frekuensi kejadian atau hubungan
antarvariabel. Dapat dinyatakan bahwa sesuatu terjadi dalam suatu bagian dai
seluruh waktu, atau suatu gejala yang diikuti oleh gejala lain, atau sesuatu
lebih besar atau lebih kecil dari yang lain. Bias juga dinyatakan tentang
korelasi satu dengan yang lain. Seperti pada gambar dibawah ini.
Pengumpulan
Data
|
Stimulasi
|
Verifikasi
|
Penyusunan
Model
|
Masalah
Penelitian
|
Data
Empiris
|
Data
Empiris
|
Data
Hipotetik
|
Selain kita
mengetahui cara mengenai merumuskannya kita juga harus mengetahui kegunaan dari
sebuah hipotesis, yaitu secara garis besar adalah sebagai berikut:
·
Memberikan batasan dan memperkecil jangkauan penelitian dan kerja
penelitian.
·
Menyiagakan peneliti kepada kondisi fakta dan hubungan antar fakta, yang
kadangkala hilang begitu saja dari perhatian peneliti.
·
Sebagai alat yang sederhana dalam memfokuskan fakta yang bercerai-berai
tanpa koordinasi ke dalam suatu kesatuan penting dan menyeluruh.
·
Sebagai panduan dalam pengujian serta penyesuaian dengan fakta dan antar
fakta.
Namun, tinggi
rendahnya kegunaan hipotesis sangat bergantung dari hal berikut:
§ Pengamatan yang
tajam dari si peneliti
§ Imajinasi serta
pemikiran kreatif dari si peneliti
§ Kerangka
analisis yang digunakan oleh si peneliti
§ Metode serta
desain penelitian yang dipilih oleh si peneliti
F.
Tahap-Tahap Pembentukan Hipotesis Secara Umum
Tahap-tahap pembentukan hipotesis pada umumnya sebagai berikut:
Dasar penalaran ilmiah ialah kekayaan pengetahuan ilmiah yang biasanya timbul karena sesuatu keadaan atau peristiwa yang
terlihat tidak atau tidak dapat diterangkan berdasarkan hukum atau teori atau dalil-dalil ilmu yang sudah diketahui. Dasar penalaran pun sebaiknya dikerjakan dengan
sadar dengan perumusan yang tepat. Dalam proses penalaran ilmiah tersebut,
penentuan masalah mendapat bentuk perumusan masalah.
2.
Hipotesis pendahuluan atau hipotesis preliminer (preliminary hypothesis)
Dugaan atau anggapan sementara yang menjadi pangkal bertolak dari semua
kegiatan. Ini digunakan juga dalam penalaran ilmiah. Tanpa hipotesa preliminer,
observasi tidak akan terarah. Fakta yang terkumpul mungkin tidak akan dapat digunakan untuk menyimpulkan suatu
konklusi, karena tidak relevan dengan masalah yang dihadapi. Karena tidak dirumuskan secara eksplisit, dalam penelitian, hipotesis priliminer dianggap bukan hipotesis keseluruhan penelitian, namun merupakan sebuah hipotesis yang hanya digunakan untuk melakukan uji
coba sebelum penelitian sebenarnya dilaksanakan.
3.
Pengumpulan fakta
Dalam penalaran ilmiah,
diantara jumlah fakta yang besarnya tak terbatas itu hanya dipilih fakta-fakta
yang relevan dengan hipotesa preliminer yang perumusannya didasarkan pada ketelitian
dan ketepatan memilih fakta.
4.
Formulasi hipotes
Pembentukan hipotesa dapat melalui ilham atau intuisi, dimana logika tidak
dapat berkata apa-apa tentang hal ini. Hipotesa diciptakan saat terdapat
hubungan tertentu diantara sejumlah fakta. Sebagai contoh sebuah anekdot yang jelas menggambarkan sifat penemuan dari hipotesa, diceritakan bahwa
sebuah apel jatuh dari pohon ketika Newton tidur di bawahnya dan teringat
olehnya bahwa semua benda pasti jatuh dan seketika itu pula dilihat
hipotesanya, yang dikenal dengan hukum gravitasi.
5.
Pengujian hipotesa
Artinya mencocokkan hipotesa dengan keadaan yang dapat diobservasi dalam istilah ilmiah hal ini disebut verifikasi(pembenaran). Apabila hipotesa terbukti cocok dengan fakta maka disebut konfirmasi. Terjadi falsifikasi (penyalahan) jika usaha
menemukan fakta dalam pengujian hipotesa tidak sesuai dengan hipotesa, dan
bilamana usaha itu tidak berhasil, maka hipotesa tidak terbantah oleh fakta
yang dinamakan koroborasi(corroboration). Hipotesa yang sering mendapat konfirmasi atau koroborasi
dapat disebut teori.
Apabila hipotesa itu benar dan dapat diadakan menjadi ramalan (dalam istilah ilmiah disebut prediksi), dan ramalan itu harus terbukti cocok dengan fakta. Kemudian harus dapat
diverifikasikan/koroborasikan dengan fakta.
Maka dari itu kita juga harus mengetahui manfaat dari sebuah hipotesis,
karena hipotesis banyak memberikan manfaat,
baik dalam proses dan langkah penelitian maupun dalam memberikan penjelasan
suatu gejala yang diteliti. Manfaat hipotesis bagi proses dan langkah
penelitian, terutama dalam menentukan proses pengumpulan data, seperti metode
penelitian, instrument yang harus digunakan, sampel atau sumber data, dan
teknik analisis data. Unsur-unsur tersebut dapat ditetapkan berdasarkan rumusan
hipotesis. Dengan kata lain, hipotesis dapat member petunjuk yang baik terhadap
kegiatan penelitian, khususnya proses pengumpulan data.
Adapun manfaat
hipotesis dalam hal penjelasan gejala yang diteliti dapat dilihat dari
pernyataan hubungan variable-variabel penelitian. Manfaat lain dari hipotesis
ialah memudahkan peneliti dalam menarik kesimpulan penelitian, yakni menarik
pernyataan-pernyataan hipotesis yang telah teruji kebenarannya. Dengan
demikian, akan mempermudah peneliti maupun pembaca menangkap makna kesimpulan
penelitian.
G.
Kegunaan Hipotesis
Secara garis besar, hipotesis memberikan beberapa kegunaan dalam
sebuah penelitian yaitu sebagai berikut:
1.
Memberikan
batasan serta memperkecil jangkauan penelitian dan kerja peneliti;
2.
Mensiagakan
peneliti kepada kondisi fakta dan hubungan antar fakta;
3.
Sebagai
alat sederhana dalam memfokuskan fakta yang bercerai berai tanpa koordinasi
kedalam suatu kesatua penting dan menyeluruh;
4.
Sebagai
panduan dalam pengujian serta penyesuaian dengan fakta dan antar fakta (M.
Nazir, 1999 : 183).
H.
Prosedur Pengujian Hipotesis
Fungsi hipotesis adalah untuk memberi suatu pernyataan terkaan
tentang hubungan tentatif antara fenomena-fenomena dalam penelitian. Kemudian
hubungan tentatif ini akan diuji validitasnya melelui teknik-teknik yang sesuai
untuk keperluan pengujian. Bagi seorang peneliti, hipotesis bukan merupakan
suatu hal yang menjadi vested interes, dalam artian bahwa hipotesis
harus selalu diterima kebenarannya. Jika hipotesis ditolak berarti tidak sesuai
dengan datanya. Untuk menguji hipotesis, diperlukan data atau fakta-fakta.
Kerangka pengujian harus ditetapkan terlebih dahulu sebelum sipeneliti
mengumpulkan data. Pengujian hipotesis memerlukan pengetahuan yang luas
mengenai teori, kerangka teori, penguasaan, penggunaan teori secara logis,
statistik dan teknik-teknik pengujian. Cara pengujian hipotesis bergantung dari
metode dan desain penelitian yang digunakan. Salah satu cara yang sering
dipakai adalah berdasarkan uji statistik.
Dalam menguji hipotesis ini, ada beberapa langkah yang harus
dilalui, dikenel dengan prosedur pengujian hipotesis, yaitu sebagai berikut.
5.
Menentukan formulasi hipotesisnya, meliputi
Hipotesis nol (Ho) dan Hipotesis alternatif (Ha)
6.
Menentukan
syaraf nyata dan nilai tabel.
7.
Menentukan
kriteria pengujian.
8.
Melakukan
uji statistik.
9.
Membuat
kesimpulan.
I.
Karakteristik Hipotesis yang Baik
v Merupakan dugaan terhadap keadaan variabel mandiri, perbandingan
keadaan variabel pada berbagai sampel, dan merupakan dugaan tentang hubungan
antara dua variabel atau lebih. (pada umumnya hipotesis deskriptif tidak
dirumuskan )
v Dinyatakan dalam kalimat yang jelas, sehingga tidak menimbulkan
berbagai penafsiran .
v Dapat diuji dengan data yang dikumpulkan dengan metode-metode
ilmiah.
BAB III
KESIMPULAN
Hipotesis berasal dari dua penggal kata, hypo=di bawah; thesa=kebenaran.
Jadi hipotesis secara etimologis artinya kebenaran yang masih diragukan.
Hipotesis dapat diartika sebagai suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap
permasalahan penelitian, sampai terbukti kebenarannya melalui data yang
terkumpul.
Adapun karakteristik yang dimiliki oleh sebuah
hipotesis ialah; hipotesis diturunkan dari suatu teori yang disusun untuk menjelaskan masalah dan dinyatakan dalam proposisi-proposisi,
hipotesis harus dinyatakan secara jelas, hipotesis menyatakan variasi nilai sehingga dapat diukur secara empiris dan memberikan gambaran mengenai fenomena yang diteliti, hipotesis harus bebas nilai, hipotesis harus dapat diuji, dan hipotesis harus spesifik. Sementara bentuk-bentuk yang dimiliki oleh
sebuah hipotesis, yaitu diantaranya; hipotesis
deskriptif, hipotesis komparatif, dan hipotesis asosiatif.
Good
dan Secates secara khusus memberikan beberapa sumber yang dapat dijadikan
sebagai dasar bagi perumusan hipotesis, yaitu seperti kebudayaan dimana ilmu tersebut
dibentuk, ilmu itu sendiri yang menghasilkan teori dan teori memberi arah
kepada penelitian, analogi merupakan sumber hipotesis, dan reaksi individu
terhadap sesuatu dan pengalaman.
Hipotesis
merupakan dugaan sementara yang mengandung pernyataan-pernyataan ilmiah, tetapi
masih memerlukan pengujian. Maka dari itu, merumuskan hipotesis bukanlah hal yang mudah, yaitu; tidak adanya kerangka, kurangnya
kemampuan untuk menggunakan kerangka teori yang sudah ada, dan gagal berkenalan
dengan tekhnik-tekhnik penelitian yang ada untuk dapat merangkaikan kata-kata
dalam membuat hipotesis secara benar.
Tahap-tahap pembentukan hipotesis pada umumnya ialah; penentuan masalah, hipotesis pendahuluan atau
hipotesis preliminer, pengumpulan fakta, formulasi hipotes, pengujian hipotesa, dan aplikasi/penerapan.
Secara
garis besar, hipotesis memberikan beberapa kegunaan dalam sebuah penelitian
yaitu seperti; memberikan batasan serta memperkecil jangkauan penelitian dan
kerja peneliti, mensiagakan peneliti kepada kondisi fakta dan hubungan antar
fakta, sebagai alat sederhana dalam memfokuskan fakta yang bercerai berai tanpa
koordinasi kedalam suatu kesatua penting dan menyeluruh, sebagai panduan dalam
pengujian serta penyesuaian dengan fakta dan antar fakta.
Dalam
menguji hipotesis ini, ada beberapa langkah yang harus dilalui, dikenel dengan
prosedur pengujian hipotesis, yaitu menentukan formulasi hipotesisnya, menentukan
syaraf nyata dan nilai table, menentukan kriteria pengujian, melakukan uji statistik,
dan membuat kesimpulan. Tetapi selain itu, karakteristik dari sebuah hipotesis
juga merupakan dugaan terhadap keadaan variabel mandiri, dan dinyatakan dalam
kalimat yang jelas, dan dapat diuji dengan data yang dikumpulkan dengan
metode-metode ilmiah.
DAFTAR PUSTAKA
Nazir, Moh.2003. Metode Penelitian. Ghalia Indonesia.
Jakarta
Saebani, Beni Ahmad. 2008. Metode Penelitian. Pustaka Setia.
Bandung
Sudjana, Nana. Proposal Penelitian di Perguruan Tinggi.
Sinar Baru Algensindo. Bandung
Sudjana, Nana
& Ibrahim. 2009. Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Sinar Baru
Algensindo. Bandung
Suryana, Yana
& Tedi Priatna. 2009. Metode Penelitian Pendidikan. Azkia Pustaka
Utama. Bandung
Sugiyono. 2012.
Metode Penelitian. Alfabeta. Bandung
1 Response to "Makalah penertian Hipotesis dan bentuk-bentuk hipotesis"
Post a Comment