Contoh Profosal PAI "Tanggapan Siswa terhadap Pendekatan Quantum Teaching dalam Proses Pembelajaran Hubungannya dengan Prestasi Belajar Siswa pada Mata Pelajaran PAI"








Pendidikan menurut Muhibbin Syah (2004: 10). “sebuah proses dengan metode-metode tertentu sehingga orang mempermudah pengetahuan, pemahaman, dan cara bertingkah laku yang sesuai dengan kebutuhan”. Sedangkan menurut Heri Juahari Muchtar, (2008: 14) mengartikan pendidikan sebagai segala usaha yang dilakukan untuk mendidik manusia sehingga dapat tumbuh dan berkembang serta memiliki potensi/ kemampuan sebagai mestinya. Dan Menurut Uus Ruswandi (2008: 1) pendidikan itu sendiri merupakan usaha yang sengaja dan terencana untuk membantu perkembangan potensi dan kemampuan agar bermanfaat bagi kepentingan hidupnya. Artinya bahwa proses pendidikan itu dilakukan secara sengaja dan penuh dengan kesadaran dan ditambah lagi dengan “terencana”, artinya bahwa proses pendidikan dilaksanakan dengan penuh perencanaan yang matang. Hal tersebut dilakukan karena yang menjadi subjek adalah manusia.
Proses pendidikan tidak lepas dari proses pembelajaran. Salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan kita adalah masalah lemahnya proses pembelajaran. Menurut Wina Sanjaya (2009: 1), dalam proses pembelajaran, anak kurang di dorong untuk mengembangkan kemampuan berfikir. Dalam proses pembelajaran adanya proses interaksi antara guru dengan siswa sehingga dalam kegiatan pembelajaran yang dilakukan guru diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu yang telah dirumuskan sebelum pembelajaran dimulai.
Proses pembelajaran dapat dikatakan berhasil jika siswa mencapai kompetensi yang diharapkan, karena hal ini merupakan cerminan dari kemampuan siswa dalam menguasai suatu materi. Hal ini tidak terlepas dari kemampuan guru dalam memilih model dan metode pembelajaran dan menyesuaikan pada tiap keunikan siswa. Selanjutnya keunikan ini kita sebut gaya belajar siswa.
Menurut Sobry Sutikno (2009:32), dalam proses pembelajaran, kedudukan guru sudah tidak dapat lagi dipandang sebagai penguasa tunggal dalam kelas atau sekolah, tetapi dianggap sebagai Manager of Learning(pengelola belajar) yang perlu senantiasa siap membimbing dan membantu para siswa dalam menempuh perjalanan menuju kedewasaan mereka sendiri yang utuh menyeluruh. Dalam mengelola pembelajaran, pendidik lebih dituntut untuk berfungsi dalam melaksanakan empat macam tugas, diantaranya yaitu, merencanakan, mengatur, mengarahkan dan mengevaluasi.
Akan tetapi, realitas proses pembelajaran yang terjadi di sekolah-sekolah selama ini sama sekali tidak memberikan peluang kepada peserta didik untuk mengembangkan kreativitas dan kemampuan berfikir kritis peserta didik. Peserta didik masih saja menjadi objek. Metode pendidikan dan pembelajaran yang didominasi kegiatan ceramah, yang menempatkan guru sebagai figur sentral dalam proses pembelajaran di kelas karena banyak berbicara sementara siswa hanya duduk manis menjadi pendengar fasif dan mencatat apa yang diperintahkan guru, harus segera ditinggalkan paling tidak dikurangi. Sebaliknya, metode pembelajaran yang memberikan peluang yang lebih luas kepada peserta didik untuk terlibat aktif dalam mengontruksi pengetahuan dan pemahamannya dalam proses “pemanusiaannya” mutlak ditumbuhkan.
Jika secara psikologis siswa kurang tertarik dengan metode yang digunakan guru, maka dengan sendirinya siswa akan memberikan umpan balik psikologis yang kurang mendukung dalam proses pembelajaran. Indikasinya adalah timbul rasa tidak simpati siswa terhadap guru agama, tidak tertarik terhadap materi-materi agama, dan lama-kelamaan timbul sikap acuh tak acuh terhadap yang dipelajarinya. Apabila kondisinya sudah seperti itu, maka sangat sulit mengharapkan siswa sadar dan mau mengamalkan ajaran-ajaran agama.
Mengingat, dalam proses pendidikan, metode memiliki kedudukan yang sangat signifikan untuk mencapai suatu tujuan pendidikan. Bahkan metode sebagai seni dalam mentransfer ilmu pengetahuan kepada siswa dianggap lebih signifikan dibanding dengan materi itu sendiri. Terdapat sebuah ungkapan menyatakan bahwa “At-Tariqat Ahamm min al-Maddah” (metode jauh lebih penting dibanding materi). Ini adalah sebuah realita bahwa cara penyampaian yang komunikatif lebih disenangi oleh siswa, walaupun sebenarnya materi yang disampaikan sesungguhnya tidak terlalu menarik. Sebaliknya materi yang cukup menarik, karena disampaikan sesungguhnya tidak terlalu menarik. Sebaliknya materi yang cukup menarik, karena disampaikan dengan cara yang kurang menarik maka materi itu kurang dapat dicerna oleh siswa. Karenanya, penerapan metode yang tepat sangat mempengaruhi keberhasilan dalam proses belajar mengajar. Sebaliknya, kesalahan dalam penerapan metode akan berakibat fatal.
Seorang guru harus memiliki modal kreatif dalam memilih perpaduan metode pembelajaran ini sejalan dengan semangat reformasi. Semangat tersebut menghendaki adanya perubahan-perubahan mendasar dalam sistem pembelajaran. Diantaranya adalah bagaimana pembelajaran itu menguntungkan semua pihak baik sekolah, guru dan terutama siswa.Untuk menyambut semangat itulah kiranya pendekatanQuantumTeachingmerupakan sebuah model sekaligus model pembelajaran efektif yang dapat dijadikan sebuah salah satu alternatif.
Model pembelajaran QT merupakan salah satu model pembelajaran yang dapat dipilih agar pembelajaran menjadi efektif, efisien dan menyenangkan. Menurut DePorter (2004: 3) QT merangkaikan yang paling baik dari yang terbaik menjadi sebuah paket multisendori, yang pada akhirnya akan melejitkan kemampuan guru untuk mengilhami dan kemampuan murid untuk berprestasi. Paket multisensori yang dalam penyajiannya melibatkan unsur visual, auditorial dan kinestetik.
QT memiliki prinsip “Bawalah Dunia Siswa ke Dunia Guru, dan Antarkan Dunia Guru ke Dunia Siswa”. Hal ini berarti bahwa langkah pertama  yang harus dilakukan seorang guru dalam pembelajaran seperti yang diungkapkan oleh DePorter, dkk (2009: 6) dan Made Wena (2009: 161) adalah memahami atau memasuki dunia siswa, untuk memimpin, menuntun, dan memudahkan kegiatan siswa dalam proses pembelajaran. Setelah semua itu peroleh, siswa dapat di bawa ke dunia guru, dan memberi siswa pemahaman tentang isi pembelajaran.
Kesuksesan QuantumTeachingsudah terbukti. Berbagai tanggapan yang bernada apresiasif terhadap QuantumTeaching sangat banyak. Diantaranya tanggapan dari Barbara K. Given, ia mengatakan bahwa QuantumTeachingsyarat dengan tehnik-tehnik khusus yang ditujukan untuk mengembangkan lingkungan belajar yang saling memperdayakan dan menghargai untuk berbagai jenis kurikulum apapun. QuantumTeaching sangatlah penting bagi para guru untuk mengajar dengan cara baru yang mantap (Bobbi DePorter dkk, 2007: iii)
Berdasarkan dari hasil studi pendahuluan yang telah penulis lakukan di kelas VIII SMPN 1 Cimaung ditemukan fenomena bahwa pada proses pembelajaran terjadi kesenjangan bahwa disatu pihak guru bidang studi PAI dalam mengajarkan suatu materi masih menggunakan metode ceramah dan diskusi sehingga pembelajarannya pun masih monoton sehingga tidak ada variasi dalam proses pembelajaran, dan dipihak lain siswa tidak begitu gairah dan menarik untuk menangkap suatu materi yang diajarkan oleh guru sehingga anak mudah tidak memperhatikan penjelasan dari guru tersebut.
Berdasarkan fenomena di atas terlihat adanya masalah yang ingin diteliti. Dengan demikian, dari permasalahan tersebut penulis mengangkat suatu judul penelitian yaitu “Tanggapan Siswa terhadap Pendekatan Quantum Teaching pada Proses Pembelajaran hubungannya dengan Prestasi Siswa pada Mata Pelajaran PAI.”(Penelitian Di Kelas VIII SMPN 1 Cimaung).

B.     Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka identifikasi masalah penelitian adalah sebagai berikut:
1.      Bagaimana tanggapan siswa kelas VIII SMPN 1 Cimaung Bandung tentang pendekatan Quantum Teaching dalam proses pembelajaran?
2.      Bagaimana prestasi siswa kelas VIII SMPN 1 Cimaung pada bidang study PAI?
3.      Bagaimana hubungan antara tanggapan siswa kelas VIII SMPN 1 Cimaungterhadap pendekatan Quantum Teaching dalam proses pembelajaran dengan prestasi siswa pada bidang study PAI?
C.    Tujuan Penelitian
Pada prinsipnya penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan hal-hal sebagai berikut:
1.      Mengetahui realitas tanggapan siswa kelas VIII SMPN 1 Cimaung Bandung tentang pendekatan Quantum Teaching dalam proses pembelajaran
2.      Mengetahui realitas prestasi siswa kelas VIII SMPN 1 Cimaung Bandung pada bidang study PAI
3.      Mengetahui realitas hubungan antara tanggapan siswa kelas VIII SMPN 1 Cimaung Bandung terhadap pendekatan Quantum Teaching dalam proses pembelajaran dengan prestasi siswa pada bidang study PAI?

D.    Kerangka Pemikiran
Tanggapan adalah kesan-kesan yang dialami jika perangsang sudah tidak ada. Jadi, jika proses pengamatan sudah berhenti, dan hanya tinggal kesan-kesannya saja, peristiwa tersebut disebut sebagai tanggapan. (Kartini Kartono, 1996: 57). Tanggapan terhadap suatu objek bisa melahirkan perasaan senang dan tidak senang, sebagaimana yang dijelaskan oleh Wasty Soemanto. Menurut Wasty Soemanto (2006: 25), tanggapan dapat didefinisikan sebagai “bayangan yang menjadi kesan yang dihasilkan dari pengamatan”. Menanggap dapat diartikan sebagai mereaksi stimulasi dengan membangun kesan pribadi yang berorientasi kepada pengamatan masa lalu, pengamatan masa sekarang dan harapan yang akan datang.
Menurut Agus Sujanto (2009: 31), tanggapan adalah gambaran pengamatan yang tinggal dikesadaran kita sesudah mengamati.
 Menurut Sardiman (2010: 218), tanggapan siswa terhadap interaksi belajar mengajar yang sedang berlangsung dapat berkembang dalam tiga kemungkinan yaitu menerima, acuh tak acuh dan menolak. Berdasarkan uraian diatas menunjukkan bahwa indikator tanggapan terdiri dari tanggapan yang positif kecenderungan tindakannya adalah mendekati, menyukai, menyenangi dan mengharapkan suatu objek. Sedangkan tanggapan siswa yang negatif kecenderungan tindakannya menjauhi, menghindari dan memberi objek tertentu.
Proses pembelajaran adalah proses yang dapat mengembangkan seluruh potensi siswa. Seluruh potensi itu hanya mungkin dapat berkembang manakala siswa terbebas dari rasa takut dan menegangkan. Oleh karena itu perlu diupayakan agar proses pembelajaran dapat menyenangkan. Proses menyenangkan bisa dilakukan melalui proses pembelajaran yang hidup dan bervariasi, yakni dengan menggunakan metode dan model pembelajaran tertentu.
Untuk menimbulkan tanggapan yang positif dari siswa maka proses pembelajaran harus menyenangkan dan menghilangkan rasa takut, kebosanan dan ketegangan dari siswa, salah satunya dapat dilakukan melalui penerapan suatu pendekatan pembelajaran Quantum Teaching.
Dalam buku Quantum Teaching, (Bobbi DePorter dkk, 2000: 5). menjelaskan bahwa Quantum Teaching adalah efektivitas bermacam-macam interaksi yang ada di dalam (isi pengajaran) dan di sekitar moment (konteks) belajar. Interaksi-interaksi ini mencangkup belajar efektif yang mempengaruhi kesuksesan siswa. Interaksi-interaksi ini mengubah serta meningkatkan kemampuan dan bakat alamiah siswa menjadi modal yang akan bermanfaat bagi mereka sendiri.
Kerangka pembelajaran QuantumTeaching atau bisa kita sebut sebagai langkah-langkah pembelajaran dalam model pembelajaran QuantumTeachingdikenal dengan akronim TANDUR. TANDUR akronim dari tumbuhkan, alami, namai, demonstrasikan, ulangi, dan rayakan.
DePorter (2000: 4) mengungkan bahwa “QuantumTeaching dengan konsep TANDUR merangkaikan yang paling baik dari yang terbaik menjadi sebuah paket multisensori, multi kecerdasan dan multi kompatibel dengan otak, yang pada akhirnya akan melejitkan kemampuan guru untuk mengilhami dan kemampuan murid untuk berprestasi”.
Kata prestasi belajar terdiri dari dua kata dasar, yaitu prestasi dan belajar. Dua kata ini memiliki arti, maksud dan tujuan masing-masing.
Menurut Syaiful Bahri (1994: 19), “prestasi” adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan, baik secara individual maupun kelompok. Sedangkan “belajar” menurut Muhibbin Syah (2005: 89) adalah semata-semata mengumpulkan atau menghafal fakta-fakta yang tersaji dalam bentuk informasi/ materi pembelajaran.
Jadi, prestasi belajar adalah hasil yang diperoleh berupa kesan-kesan yang mengakibatkan perubahan dalam diri individu sebagai hasil dari aktivitas dalam kegiatan belajar atau secara singkat disebut hasil belajar. hal tersebut tidak berdiri sendiri, tetapi selalu berhubungan satu sama lain bahkan ada dalam kebersamaan.
Sementara itu, untuk mendalami tentang prestasi belajar pada mata pelajaran PAI, dalam kaitannya dengan indikator prestasi , Nana sudjana (2010: 22),  membagi tiga domain prestasi belajar yaitu:
1.      Domain kognitif meliputi:pemahaman, aplikasi, analisa, sintesa dan evalusi
2.      Domain afektf meliputi: menerima, menjawab, menilai, mengorganisasikan, dan memberi sifat atau karakter
3.      Domain psikomotor meliputi: gerakkan refleks, gerakan dasar sederhana, kemampuan menghayati, kemampuan fisik, gerakan yang sudah terampil, dan komunikasi yang efektif.
Namun pada penelitian ini, prestasi belajar akan dibatasi pada beberapa indikator saja, yakni: berkaitan dengan pemahaman (prestasi kognitif) terhadap materi pelajaran PAI yang dijadikan tolak ukur dengan pertimbangan yang ditentukan oleh guru
Untuk lebih jelasnya, uraian pokok pikiran di atas dapat dilihat pada skema:
  
KORELASI

PRESTASI BELAJAR (KOGNITIF) SISWA PADA BIDANG STUDY PAI
1.      Pengetahuan
2.      Pemahaman
3.      Penerapan
4.      Analisis
5.      Sintesis
6.      Evaluasi

TANGGAPAN SISWA TERHADAP PENDEKATAN QUANTUM TEACHING PADA PROSES PEMBELAJARAN
A.    Tanggapan
1.      Positif     : -     Menerima
-          Menyukai
-          Motivasi
-          perhatian
2.      Negatuf    : -   Menghindari
-          Tidak menyukai atau menolak
-          Acuh tak acuh
B.     Pendekatan Quantum Teaching Pada Proses Pembelajaran
-          Tumbuhkan
-          Alami
-          Namai
-          Demonstrasikan
-          Ulangi
-          rayakan
RESPONDEN

E.     Hipotesis
Iqbal Hasan, (2009: 31) mengemukakan bahwa hipotesis berasal dari kata “hypo” yang berarti di bawah dan “thesa” yang berarti kebenaran. Jadi hipotesis adalah pernyataan atau dugaan yang bersifat sementara terhadap suatu masalah penelitian yang kebenarannya masih lemah, sehingga harus diuji secara empiris.
Hipotesis pada penelitian ini prinsipnya menyoroti dua variabel yaitu tanggapan siswa terhadap pendekatan Quantum Teaching dalam proses pembelajaran dan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran PAI. Dalam memperlakukan kedua variabel tersebut, dengan bertitik tolak dari apa yang telah diuraikan dalam kerangka pemikiran maka acuan yang dipedomani oleh penulis adalah prestasi belajar siswa salah satu diantaranya ditentukan oleh tanggapan siswa terhadap pendekatan Quantum Teaching dalam proses pembelajaran.
Untuk menguji kebenaran hipotesis tersebut, maka digunakan pendekatan statistik korelasi. Pembuktian kebenarannya akan dilakukan dengan menguji hipotesis dengan taraf signifikasi 5% dengan rumusan operasi:
Ho: Tidak terdapat korelasi yang positif antara variabel X (Tanggapan siswa terhadap pendekatan Quantum Teaching dalam proses pembelajaran) dengan variabel Y (Prestasi siswa pada bidang study PAI)
Ha:         Terdapat korelasi yang positif antara variabel X (Tanggapan siswa terhadap pendekatan Quantum Teaching dalam proses pembelajaran) dengan variabel Y (Prestasi siswa pada bidang study PAI). Artinya semakin baik tanggapan siswa terhadap pendekatan Quantum Teaching dalam proses pembelajaran maka akan semakin baik pula Prestasi siswa pada bidang study PAI.
Berdasarkan pada taraf signifikan atau kepercayaan 5% dengan ketentuan sebagai berikut:
·         Ho diterima apabila  lebih kecil dari  maka  ditolah
·         Ho ditolak apabila  lebih besar dari  maka  diterima.
F.     Metodologi Penelitian
Secara garis besar dalam penelitian ini untuk memperoleh data lengkap pada suatu kesimpulan yang dipertanggung jawabkan secara ilmiah, penulis mengambil langkah-langkah, diantaranya yaitu: (1) menentukan jenis data (2) menentukan sumber data (3) menentukan metode penelitian dan tehnik pengumpulan data, (4) menentukan teknik dan tahapan analisis data secara rinci. Tahapan tersebut diuraikan sebagai berikut:
1.      Menentukan jenis data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif dan kuantitatif. Menurut Meleong yang dikutip dalam bukunya Suharsimi Arikunto (2010: 22) bahwa jenis data kualitatif adalah data yang berupa tampilan-tampilan yang berupa kata-kata lisan yang dicermati oleh peneliti, dan benda-benda yang diamati sampai detailnya agar dapat ditangkap makna yang tersirat dalam dokumen atau bendanya. Sedangkan menurut Yaya Suryana dan Tedi Priatna (2009: 84) data kuantitatif adalah data yang menekankan analisisnya pada data-data numeral (angka) yang diolah melalui metode statistika.
Data kualitatif diperoleh melalui tekhnik observasi dan wawancara. Sedangkan kuantitatif diperoleh melalui pemberian angket dan analisis dengan menggunakan statistik. Sesuai dengan apa yang telah dipaparkan diatas, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui secara rinci tanggapan mengenai variabel X dan Y di atas, maka jenis data yang dipilih oleh penulis adalah jenis data kuantitatif, yaitu jenis data yang diolah dengan cara perhitungan statistik.
2.      Menentukan sumber data
a.       Lokasi penelitian
Lokasi yang dijadikan  objek penelitian oleh penulis adalah siswa kelas VIII SMPN 1 Cimaung Kecamatan Cimaung Kabupaten Bandung.
Pertimbangan kenapa penulis mengambil lokasi tersebut, disamping lokasi yang paling dekat, juga data-data yang diperlukan demi terlaksanakan penelitian mudah didapat/ tersedia.


b.      Populasi dan sampel
Menurut Suharsimi (2010: 173) Populasi adalah keseluruhan objek yang dijadikan penelitian. Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah siswa kelas VIII SMPN 1 Cimaung yang berjumlah 110 orang. Sedangkan sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Suharsimi Arikunto, 2006: 131). Untuk pengambilan sampel penelitian ini penulis mengacu pada prinsip yaitu untuk sekedar ancer-ancer apabila subjeknya kurang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Selanjutnya, jika jumlah subjeknya lebih besar dapat diambil antara 10 – 15% atau 20 – 25% atau lebih sesuai kemampuan peneliti. Oleh karena itu, penulis mengambil sampel dan populasi sebesar 36%, jadi banyaknya sampel adalah 36% x 110 = 39,6 maka dibulatkan menjadi 40 siswa.
3.      Menentukan metode penelitian dan pengumpulan data
a.       Metode pengumpulan data
Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode deskritif yaitu suatu penelitian yang diupayakan untuk mengamati permasalahan secara sistematis dan akurat mengenai fakta-fakta dan objek-objek tertentu(Yaya Suryana dan Tedi Priatna, 2009: 105), sebab masalah yang dibahas adalah masalah yang berlangsung pada masa sekarang. Tujuannya untuk membuat pencandraan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat populasi atau darerah tertentu (Sumadi Suryabrata, 2006: 75). Dengan study deskritif tersebut sangat mungkin dapat diidentifikasi potensial anatara kedua variabel.
Adapun tekhnik pengumpulan data ini dilakukan melalui tehnik-tehnik sebagai berikut:
1.      Observasi
Observasi adalah tekhnik pengamatan dan pencatatan sistematis dari fenomena-fenomena yang diselidiki. Observasi dilakukan untuk menemukan data dan informasi dan gejala-gejala atau fenomena (kejadian-kejadian atau peristiwa-peristiwa) secara sistematis dan didasarkan pada tujuan penyelidikan yang telah dirumuskan (Yaya Suryana dan Tedi Priatna, 2009: 193).
Tekhnik ini dimaksudkan untuk meneliti dan mengetahui fenomena-fenomena yang terjadi di SMPN 1 Cimaung Bandung. Disamping itu, observasi juga dimaksudkan untuk memperoleh gambaran tentang pelaksanaan belajar mengajar, keadaan sarana dan prasarana sekolah, keadaan guru, serta aktivitas siswa dalam mengikuti pelaksanaan terhadap pendekatan Quantum Teaching dalam proses pembelajaran.
2.      Angket
Angket adalah tekhnik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada reponden untuk dijawabnya. (Sugiyono, 2010: 199)
Angket digunakan untuk mengetahui data-data dari variabel Y (Prestasi siswa pada bidang study PAI). Sedangkan sumber yang diteliti adalah siswa kelas VIII SMPN 1 Cimaung Bandung.
3.      Tes
Tes merupakan alat atau prosedur yang digunakan untuk mengetahui atau mengukur sesuatu dalam suasana, dengan cara dan aturan-aturan yang sudah ditentukan (Suharsimi Arikunto, 2002: 53). Instrumen yang berupa tes ini dapat digunakan untuk mengukur kemampuan dasar dan pencapaian atau prestasi. Adapun tes yang digunakan disini adalah tes untuk mengukur prestasi siswa pada mata pelajaran PAI yang diberikan melalui suatu pendekatan Quantum Teaching.
4.      Wawancara
Wawancara adalah tekhnik pengumpulan data dengan mengajukan pertanyaan kepada responden, dan jawaban-jawaban responden dicatat atau direkam (Yaya Suryana dan Tedi Priatna, 2009: 200). Tekhnik ini digunakan untuk mengangkat data yang tidak tergali oleh tekhnik observasi diatas. Oleh karena itu, wawancara dilakukan terhadap kepala sekolah dan guru agama yang bersangkutan. Tekhnik ini dioperasikan untuk memelihara objektivitas data dan fakta hasil observasi melalui penuturan dan pengakuan subjek yang berkaitan langsung dengan masalah yang diteliti. Adapun bentuk wawancaranya interview secara pribadi. 
5.      Studi kepustakaan
Pada studi kepustakaan ini penulis menggunakan informasi yang terdapat dalam berbagai literatur untuk menggali konsep dasar yang ditemukan para ahli untuk membantu dalam memecahkan permasalahan yang diteliti.
4.      Menentukan prosedur analisis data
Dalam menganalisis data yang terkumpul penulis menggunakan analisis statistik. Adapun langkah yang dilakukan yaitu:
a.       Analisis Deskriptif
Menurut Sugiyono (2010: 29) analisis deskriptif adalah analisis yang digunakan untuk mendeskripsikan atau memberi gambaran terhadap objek yang diteliti melalui data sampel atau populasi sebagaimana adanya, tanpa melakukan analisis dan membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum. Langkah-langkah yang ditempuh dalam analisis ini adalah sebagai berikut:
1)      Deskripsi rata-rata skor setiap indikator dari masing-masing variabel dengan menggunakan rumus:
Untuk variabel X, dengan rumus:  =
Untuk variabel Y, dengan rumus:  =
Untuk menginterpretasikan tinggi rendahnya jawaban responden tiap variabel maka disesuaikan dengan standar kualifikasi untuk variabel X sebagai berikut:
1,00 – 1,79 = Sangat tidak baik
1,80 – 2,59 = Tidak baik
2,60 – 3,39 = Cukup/ sedang
3,40 – 4,19 = Baik
4,20 – 5,00 = Sangat baik                        (Sambas Ali Muhhidin, dkk 2009: 146)
     Sedangkan untuk variabel Y nilai rata-rata (mean) diinterpretasikan berdasarkan skala 0 – 100 dengan rincian sebagai berikut:
Antara 80 – 100  = Sangat baik
Antara 70 – 79    = Baik
Antara 60 – 69    = Cukup
Antara 50 – 59    = Kurang
Antara 0 – 49           = Gagal                               (Muhibbinsyah, 2010: 151)
2)      Uji normalitas variabel X dan Y meliputi:
a.       Membuat daftar distribusi frekuensi, dengan menentukan:
1.      Mencari jumlah kelas interval (K) dengan rumus: K + 1 + 3,3 log n
2.      Mencari rentang (R), dengan rumus: R = (Xt - Xr) + 1
3.      Mencari panjang interval (P) dengan rumus: P =
(Sugiyono, 2010: 36)
b.      Tes tendensi sentral, yang terdiri dari:
1.      Mencari nilai mean (Me) dengan rumus:
Untuk variabel X, dengan rumus: =
Untuk variabel Y, dengna rumus:  =
(Sugiyono, 2010: 54)
2.      Mencari median (Md), dengan rumus:
Md = b + p                                          (Sugiyono, 2010: 54)
3.      Mencari modus (Mo), dengan rumus:
Mo = b + p                                         (Sugiyono, 2010: 52)
4.      Menentukan kedudukan mean, median, dan modus dengan kurva
5.      Menentukan interpretasi dari kecenderungan tendensi sentral di atas adalah:
-          Jika mean > median > modus, maka data memiliki kecenderungan ke arah positif.
-          Jika mean < median < modus, maka data memiliki kecenderungan ke arah negatif.
-          Jika mean = median = modus, maka data memiliki kecenderungan yang sama yaitu positif dan negatif.
c.       Menentukan nilai normalitas msing-masing variabel dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1.      Menentukan standar deviasi (SD) dengan rumus:
SD =             (Sudjana, 2005: 95)
2.      Menentukan Z hitung, dengan rumus:
Z =                                   (Sudjana, 2005: 99)
3.      Membuat tabel distribusi frekuensi dan espektasi
4.      Menghitung chi kuadrat ( ), dengan rumus:
 =                (M. Subana, dkk 2005: 124)
5.      Mencari derajat kebebasan (Dk), dengan rumus: Dk = k – 3
(Sudjana, 2005: 293)
6.      Menentukan kenormalan chi kuadrat tabel dengan taraf signifikansi 5%. Kriteria pengujiannya adalah:
-          Data dikatakan normal jiak chi kuadrat hitung < chi kuadrat tabel.
-          Data dikatakan tidak normal jika chi kuadrat hitung > chi kuadrat kecil.
(Sugiyono, 2010: 82)
3)      Interpretasi variabel X dan Y
Penafsiran tendensi sentral masing-masing variabel dengan catatan: jika data yang berdistribusi normal maka cukup rata-rata (meannya saja) untuk ditafsirkan, jika data tidak berdistribusi normal penafsirannya harus dilihat dari ketiga tendensi sentral (mean, median, modus) dibagi oleh jumlah item soal hasilnya diinterpretasikan ke dalam skala lima yaitu:
            1,00 – 1,79 = Sangat tidak baik
            1,80 – 2,59 = Tidak baik
            2,60 – 3,39 = Cukup/ sedang
            3,40 – 4,19 = Baik
            4,20 – 5,00 = Sangat baik                   (Sambas Ali Muhhidin, dkk 2009: 146)
Sedangkan untuk variabel Y, nilai rata-rata (mean) diinterpretasikan berdasarkan skala 0 – 100  dengan rincian sebagai berikut:
Antara 80 – 100 = Sangat baik
Antara 70 – 79   = Baik
Antara 60 – 69   = Cukup
Antara 50 – 59   = Kurang
Antara 0 – 49   = Gagal                                       (Muhibbinsyah, 2010: 151)
b.      Analisis Korelasi
1)      Menentukan persamaan regresi linier
a.       Menentukan tabel distribusi variabel X dan variabel Y
b.      Menentukan persamaan regresi dengan rumus: Ŷ= a + bX
a =
b =                  (Sugiyono, 2010: 262)
c.       Menentukan jumlah kuadrat regresi a, dengan rumus:
=                                   (Sugiyono, 2010: 265)
d.      Menghitung jumlah kuadrat regresi b terhadap a, dengan rumus:
= b                 (Sugiyono, 2010: 265)
Menghitung jumlah kuadrat residu  dengan rumus:
- -                  (Sugiyono, 2010: 265)
e.       Menghitung jumlah kuadrat kekeliuran dengan rumus:
={  - }                    (Sugiyono, 2010: 265)
f.       Menghitung jumlah kuadrat ketidakcocokkan dengan rumus:
 = -                          (M. Subana, dkk, 2005: 163)
g.      Menentukkan jumlah derajat kebebasan kekeliruan dengan rumus:
 = n – k                                 (M. Subana, dkk, 2005: 163)
h.      Menentukan jumlah derajat kebebasan ketidakcocokkan  ,dengan rumus:
 = K – 2                           (M. Subana, dkk, 2005: 163)
i.        Menghitung jumlah rata-rata kuadrat kekeliuran dengan rumus:
 =                                  (M. Subana, dkk, 2005: 163)
j.        Menghitung jumlah rata-rata kuadrat ketidakcocokan ( ) dengan rumus:
 =                         (M. Subana, dkk, 2005: 164)

k.      Menghitung jumlah nilai F ketidakcocokkan ( ) dengan rumus:
 =                                      (M. Subana, dkk, 2005: 164)
l.        Menghitung nilai F dari tabel dengan taraf signifikansi 5% dan derajat kebebasan.
2)      Menginterpretasikan regresi dengan ketentuan:
-          Jika f hitung < f tabel, maka data menunjukkan regresi linear.
-          Jika f hitung > f tabel, maka data menunjukkan regresi tidak linear.
(Sugiyono, 2010: 274)
3)      Menghitung harga koefisien korelasi, dengan ketentuan sebagai berikut:
a.       Jika variabel kedua ditribusi normal dan regresinya linear maka pendekatan korelasinya menggunkana rumus korelasi pruduct moment:
 =   
(Sugiyono, 2010: 228)
a.       Mencari derajat kebebasan (Db) dengan rumus:
                             (Sugiyono, 2010: 245)

                        Hasil tersebut akan diinterpretasikan dengan kriteria sebagai berikut:
                        0,00 – 0,199 = korelasi sangat rendah
                        0,20 – 0,399 = korelasi rendah
                        0,40 – 0,599 = korelasi sedang
                        0,60 – 0,799 = korelasi tinggi
0,80 – 1,000 = korelasi sangat tinggi.             (Sugiyono, 2010: 257)
b.      Jika salah satu atau dua variabel tidak normal atau regresinya tidak linear maka pendekatan regresinya menggunakan rumus:
4)      Menentukan signifikansi korelasi dengan tahapan:
b.      Menghitung harga t hitung, dengan rumus:
t =                                              (Sugiyono, 2010: 259)
c.       Mencari derajat kebebasan (Db) dengan rumus:
Db = n – 2                                                 (M. Subana, dkk, 2005: 118)
d.      Menentukan harga t tabel dengan taraf signifikansi 5%. Jika harga t hitung > t tabel, maka korelasi antara kedua variabel signifikan dan hipotesis yang diajukan diterima. Sebaliknya hipotesis ditolak jika t hitung < t tabel.
5)      Menentukan kontribusi variabel X terhadap variabel Y, yang ditentukan dengan menggunakan koefisien determinasi (KD) dengan rumus:
KD =  . 100%                                              (Sugiyono, 2010: 231)

Daftar Pustaka
Agus Sujanto. 2009. Psikologi Umum. Bumi Aksara, Jakarta.
Bobbi DePorter. 2000. Quantum Teaching. Kaifa Mizan, Bandung.
Heri  Jauhari Muchtar. 2008. Fiqh Pendidikan. PT Remaja Rosdakarya, Bandung.
Iqbal Hasan. 2009. Analisis Data Penelitian dengan Statistika. PT Bumi Aksara, Jakarta.
Kartini Kartono. 1997.  Psikologi Umum. Mandar Maju, Bandung
Muhibbin Syah. 2004. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Remaja Rosdakarya, Bandung.
Sambas Ali Muhidin, dkk, 2009. Analisis korelasi, regresi, dan jalur dalam penelitian. CV Pustaka Setia, Bandung.
Sardiman A.M, 2010. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Subana, 2005. Statistik Pendidikan. Pustaka Setia, Bandung.
Sudjana. 2005. Statistik untuk Penelitian. Alfabeta, Bandung.
Suharsimi Arikunto. 2002. Dasar- Dasar Evaluasi Pendidikan. Bumi Aksara, Bandung.
Suharsimi Arikunto. 2006. ProsedurPenelitianSuatuPendekatanPraktek. Rineka Cipta, Jakarta.
Sugiyono. 2010. Motode Penelitian Pendidikan. Alfabeta, Bandung.
Sumadi Suryabrata. 2006. Metodologi Penelitian. Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Sobry Sutikno. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Prospect, Bandung.
Syaiful Bahri Djamarah. 1994. Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru. Usaha Offset Printing, Surabaya.
Uus Ruswandi. 2008. Landasan Pendidikan. CV Insan Mandiri, Bandung.
Wasty Soemanto. 2006. Psikologi Pendidikan. Rineka Cipta, Jakarta.
Wina Sanjaya, 2008. Kurikulum dan Pembelajaran. Kencana Prenada Media Group, Jakarta.
Yunus Samsa. 2000. Metodologi Pengajaran Agama Islam. Pustaka Firdaus, Jakarta.
Yaya Suryana dan Tedi Priatna. 2009. Metodologi Penelitian Pendidikan. Azkia Pustaka Utama, Bandung.

Related Posts :

0 Response to "Contoh Profosal PAI "Tanggapan Siswa terhadap Pendekatan Quantum Teaching dalam Proses Pembelajaran Hubungannya dengan Prestasi Belajar Siswa pada Mata Pelajaran PAI""