Pendekatan Problem Posing dalam Pembelajaran
Matematika
Menurut Brown dan Walter (1990: 15)
informasi atau situasi Problem Posing dapat berupa gambar, benda manipulatif,
permainan, teorema atau konsep, alat peraga, soal, atau penyelesaian dari suatu
soal. Problem Posing merupakan pendekatan dalam pembelajaran dengan meminta
siswa untuk mengajukan soal atau masalah. Masalah yang diajukan dapat berdasarkan
pada soal yang luas ataupun soal yang sudah dikerjakan. Pembelajaran dengan
pendekatan Problem Posing biasanya diawali dengan penyampaian teori atau
konsep. Setelah itu, pemberian contoh soal dan pembahasannya. Selanjutnya,
pemberian contoh bagaimana membuat masalah baru dari masalah yang ada dan
menjawabnya. Kemudian siswa diminta belajar dengan Problem Posing. Mereka
diberi kesempatan belajar individu atau berkelompok. Setelah pemberian contoh
cara membuat masalah dari situasi yang tersedia, siswa tidak perlu lagi
diberikan contoh. Penjelasan kembali contoh, bagaimana cara mengajukan soal dan
menjawabnya bisa dilakukan, jika sangat diperlukan.
Pembelajaran dengan pendekatan
Problem Posing dapat juga dimulai dari membaca daftar pertanyaan pada halaman
soal latihan yang terdapat dalam buku ajar. Setelah itu baru membaca materinya.
Cara ini berkebalikan dengan cara belajar selama ini. Tugas membaca yang
diperintahkan pada siswa biasanya bermula dari materi, lalu menjawab soal pada
halaman latihan. Kelebihan membaca soal terlebih dahulu baru membaca materi,
terletak pada fokus belajar siswa. Dengan demikian, sikap kritis, rasa ingin
tahu dan kreatifitas siswa akan tereksplorasi.
Dalam pembelajaran matematika,
pengajuan soal menempati posisi yang strategis. Pengajuan soal dikatakan
sebagai inti terpenting dalam disiplin matematika dan dalam sifat pemikiran
penalaran matematika. Pendekatan pengajuan soal dapat membantu siswa dalam
mengembangkan keyakinan dan kesukaan terhadap matematika, sebab ide-ide
matematika siswa dicobakan untuk memahami masalah yang sedang dikerjakan dan
dapat meningkatkan performannya dalam pemecahan masalah. Pengajuan soal juga sebagai
sarana komunikasi matematika siswa.
Problem Posing matematika menurut
Brown dan Walter (Mulia, 2009: 15)
terdiri dari dua aspek penting, yaitu:
a. Tahap
Accepting (Menerima)
Pada
tahap ini distimulasi kemampuan siswa dalam memahami situasi yang diberikan
oleh guru atau situasi yang sudah ditentukan.
b. Tahap Challenging (Menantang)
Pada
tahap ini terukur sejauh mana siswa merasa tertantang dari situasi yang diberikan sehingga melahirkan kemampuan
untuk mengajukan masalah atau soal matematis.
Silver dan Cai (Irpan, 2010: 10)
mengklasifikasikan tiga aktivitas koginitif dalam pembuatan soal sebagai
berikut.
Pre-solution
posing, yaitu pembuatan soal berdasarkan situasi atau informasi yang
diberikan.
Contoh
Buatlah
soal berdasarkan informasi berikut ini.
Pak
Tono mempunyai sebuah kayu padat. Balok kayu tersebut akan dipotong sehingga
menghasilkan 3 jenis kayu berbentuk kotak-kotak berukuran kecil dan berbeda,
yakni dengan panjang rusuk 1 cm, 2 cm, dan 4 cm.
Soal-soal
yang mungkin disusun siswa adalah sebagai berikut.
1. Apakah Pak Tono mempunyai cukup kayu
untuk membuat kotak-kotak kecil?
2. Berapa volume kayu tersebut?
Within-solution
posing, yaitu pembuatan atau formulasi soal yang sedang diselesaikan.
Pembuatan soal demikian dimaksudkan sebagai penyederhanaan dari soal yang
sedang diselesaikan. Dengan demikian, pembuatan soal demikian akan mendukung
penyelesaian soal semula.
Contoh:
Diketahui
soal sebagai berikut:
Sebuah
akuarium berbentuk balok memiliki ukuran panjang, lebar dan tinggi
berturut-turut adalah 60 cm, 36 cm, 45 cm. Jika akuarium tersebut diisi air
sebanyak 3/4 bagiannya. Berapakah volume akuarium tersebut yang tidak teris
air?
Soal-soal
yang mungkin disusun siswa yang dapat mendukung penyelesaian soal tersebut
adalah sebagai beirkut:
1. Berapa volume akuarium sebelum terisi
air?
2. Berapa volume akuarium ketika terisi air
sebanyak 3/4 bagiannya?
3. Berapakah volume akuarium tersebut yang
tidak teris air?
Post-Solution
Posing. Strategi ini juga disebut sebagai strategi “find a more challenging problem”. Siswa memodifikasi atau merevisi
tujuan atau kondisi soal yang telah diselesaikan untuk menghasilkan soal-soal
baru yang lebih menantang. Beberapa teknik yang dapat digunakan untuk membuat
soal dengan strategi itu adalah sebagai berikut.
Contoh:
Luas
permukaan balok dengan panjang 5 m dan lebar 3 m dan tinggi 4 m adalah 94 m2..
Berdasarkan
contoh soal tersebut, maka beberapa teknik yang dapat digunakan adalah:
1. Mengubah informasi atau data pada soal
semula.
Soal
yang dapat disusun adalah sebagai berikut: ”Bagaimana jika lebarnya bukan 2 m
tetapi 3 m? Bagaimana luas permukaannya”
2. Menambah informasi atau data pada soal
semula
Soal
yang dapat disusun adalah sebagai berikut: “Apa yang terjadi jika mengubah
panjang dan lebarnya masing-masing menjadi dua kali? Apakah luas permukaannya
juga akan menjadi dua kali luas permukaan semula?”
3. Mengubah nilai data yang diberikan,
tetapi tetap mempertahankan kondisi atau situasi soal semula.
Soal
yang dapat disusun adalah sebagai berikut: “Bagaimana jika kita mengubah panjangnya
menjadi dua kali dan mengurangi lebarnya menjadi setengahnya? Apakah luas
permukaannya akan tetap?”
4. Mengubah situasi atau kondisi soal
semula, tetapi tetap mempertahankan data atau informasi yang ada pada soal
semula.
Soal yang dapat disusun
adalah sebagai berikut: “Tentukan panjang dan lebar suatu persegi panjang yang
luasnya sama dengan dua kali luas persegi panjang semula.”
0 Response to "Pendekatan Problem Posing dalam Pembelajaran Matematika"
Post a Comment