Model Induktif Pada Pembelajaran Matematika
1. Pengertian Model Pembelajaran Induktif
Istilah induktif dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah penetapan kebenaran suatu hal atau perumusan umum mengenai suatu gejala dengan cara mempelajari kasus atas kejadian khusus yg berhubungan dangan hal itu (gejala). Model pembelajaran Induktif menurut Dzaki (2009: 1) adalah sebuah pembelajaran yang bersifat langsung tapi sangat efektif untuk membantu siswa mengembangkan keterampilan berpikir tingkat tinggi dan keterampilan berpikir kritis.
Pada umumnya setiap model pembelajaran memiliki karakteristik tersendiri dalam setiap pelaksanaannya, maka dari itu karakteristik Model Pembelajaran Induktif pada dasarnya guru langsung memberikan presentasi informasi-informasi yang akan memberikan ilustrasi-ilustrasi tentang topik yang akan dipelajari siswa, selanjutnya guru membimbing siswa untuk menemukan pola-pola tertentu dari ilustrasi-ilustrasi yang diberikan tadi. Model pembelajaran induktif dirancang berlandaskan teori konstruktivisme dalam belajar. Teori kontruktivisme oleh Vygotsky (Joyce dan Weil: 2009: 13-14) yang menyatakan bahwa: gagasan tentang pembelajaran yang merupakan kontruksi pengetahuan. Dalam proses pembelajaran, otak menyimpan informasi, mengolahnya, dan mengubah konsepsi-konsepsi yang ada sebelumnya. Pembelajaran bukan hanya sekedar proses menyerap informasi, gagasan, dan keterampilan. Karena mater-materi baru akan dikontruksi oleh atak, dan otak bekerja sejak lahir. Pengetahuan tidak sekedar ditransmisikan oleh guru atupun oarng tua, tetapi mau tidak mau harus dibangun dan dimunculkan sendiri oleh siswa agar mereka dapat merespon informasi dalam lingkungan pendidikan terutama dalam proses pembelajaran di kelas.
Adapun gagasan lain tentang teori kontruktivisme, yaitu menurut Suprijono (2009: 30) menyatakan bahwa pengetahuan adalah factum (apa yang dibuat), et verum (apa yang diketahui), convertuntur (konvertebel satu terhadap lainnya). Pengetahuan itu dikontruksikan (dibangun), bukan dipersepsi secara langsung oleh indra. Semua pengetahuan, tidak peduli bagaimana pengetahuan itu didefinisikan, terbentuk di dalam otak manusia, dan subjek yang berpikir tidak memiliki alternatif selain mengkontruksikan apa yang diketahuinya berdassarkan pengalaman sendiri. Semua pikiran orang didasarkan pada pengalamannya sendiri, sehingga bersifat subjektif.
Maka dari itu setiap orang mempunyai caranya tersendiri untuk mengkonstruk pengetahuannya dalam mencari informasi dari apa yang ingin mereka cari, mengkaji apa yang ingin mereka ketahui, serta menyimpulkan apa yang mereka ingin ungkapkan, sehingga dengan cara seperti itu pengetahuan dari seseorang akan semakin luas. Untuk mengembangkan cara mengkonstruk pengetahuan dari setiap orang maka diperlukannya suatu model pembelajaran.
Model pembelajaran induktif merupakan salah satu model pembelajaran yang melatih siswa untuk belajar menyerap informasi, mengumpulkan, mengorganisasikan, dan memanipulasi data. Dengan kata lain, cara mengajar yang dikembangkan berdasarkan cara berpikir induktif, yaitu menarik kesimpulan berdasarkan data-data yang teramati atas dasar cara berpikir tersebut. Model pembelajaran ini menekankan pengalaman lapangan seperti mengamati gejala, mencoba suatu proses, baru kemudian mengambil suatu kesimpulan. Selanjutnya, model induktif ini membutuhkan guru yang terampil dalam bertanya (questioning) dalam penerapannya. Melalui pertanyaan-pertanyaan inilah guru akan membimbing siswa membangun pemahaman terhadap materi pelajaran dengan cara berpikir dan membangun ide. Tingkat keefektifan model pembelajaran induktif ini jadinya sangat tergantung pada keterampilan guru dalam bertanya dan mengarahkan pembelajaran, dimana guru harus menjadi pembimbing untuk membuat siswa berpikir.
Model pembelajaran induktif merupakan model pembelajaran yang termasuk pemprosesan informasi. Ciri yang penting dari pemprosesan ialah penekananannya pada keterlibatan siswa secara aktif dalam proses belajar. Jadi siswa bukan penerima pengetahuan yang pasif, melainkan sebagai peneliti yang bertujuan untuk lebih memahami lingkungan siswa secara selektif mengumpulkan data dari lingkungannya untuk memecahkan masalah yang dihadapinya.
Model ini dikembangkan berdasarkan cara berpikir induktif. Cara berpikir induktif dimulai dengan pertanyaan-pertanyaan yang mempunyai ruang lingkup yang khas dan terbatas dalam menyusun argumentasi dan diakhiri dengan pertanyaan yang bersifat umum.
Ada empat tahap model pembelajaran induktif menurut Taba (Bruce Joyce, 2009:104) tersebut meliputi, (1) mengidentifikasi dan menghitung data yang relevan dengan topik atau masalah, (2) mengelompokkan objek-objek menjadi kategori-kategori yang anggotanya memiliki sifat umum, (3) menafsirkan data dan mengembangkan label untuk kategori-kategori tadi sehingga data tersebut bisa dimanipulasi secara simbolis, (4) mengubah kategori-kategori menjadi keterampilan atau hipotesis-hipotesis.
Secara singkat model pembelajaran induktif ini (Hamzah, 2011: 12) merupakan strategi mengajar untuk mengembangkan keterampilan berpikir siswa. Model ini dikembangkan atas dasar beberapa postulat Taba sebagai berikut:
(1) Kemampuan berpikir dapat diajarkan.
(2) Berpikir merupakan suatu transaksi aktif antara individu dengan data. Artinya, dalam setting kelas, bahan ajar merupakan sarana bagi siswa untuk mengembangkan operasi kognitif tertentu. Dalam setting tersebut, siswa belajar mengorganisasikan fakta ke dalam suatu sistem konsep, yaitu (a) menghubung-hubungkan data yang diperoleh satu sama lain serta membuat kesimpulan berdasarkan hubunngan-hubungan tersebut, (b) menarik kesimpulan berdasarkan fakta-fakta yang telah diketahuinya dalam rangka membangun hipotesis, dan (c) memprediksi dan menjelaskan suatu fenomena tertentu. Guru, dalam proses ini dapat membantu proses internalisasi dan konseptualisasi berdasarkan informasi tersebut.
(3) Proses berpikir merupakan suatu urutan tahapan yang beraturan (lawful). Artinya, agar dapat menguasai keterampilan berpikir tertentu, prasyarat tertentu harus dikuasai terlebih dahulu, dan urutan tahapan ini tidak bisa dibalik. Oleh karena itu, konsep tahapan beraturan ini memerlukan strategi mengajar tertentu agar mengendalikan tahapan-tahapan tersebut.
Proses belajar mengajar tidak akan lepas dari cara atau strategi yang akan dilaksanakan dan dirancang sebelum proses belajar mengajar, maka pada dasarnya pemilihan strategi mengajar sangat diperlukan untuk tercapainya suatu tujuan pembelajaran. Secara umum, strategi dapat diartikan sebagai suatu upaya yang dilakukan oleh seseorang atau organisasi untuk sampai pada tujuan. Menurut Stoner dan Sirait (Hamdani, 2011 : 18) ciri-ciri dari strategi sebagai berikut:
(1) Wawasan waktu, yaitu waktu yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan tersebut dan waktu yang diperlukan untuk mengamati dampaknya.
(2) Dampak, walaupun hasil akhir dengan mengikuti strategi tertentu tidak langsung terlihat, namun dampak akhir sangat berarti.
(3) Pemusatan upaya, sebuah strategi yang efektif biasanya mengharuskan pemusatan kegiatan, upaya, atau perhatian terhadap rentang saran yang sempit.
(4) Pola keputusan, keputusan-keputusan yang akan diambil harus saling menunjang, artinya harus sesuai dengan pola yang konsisten
(5) Peresapan, sebuah strategi mencakup spektrum kegiatan yang luas mulai dari proses alokasi sumber daya samapi dengan kegiatan operasi harian.
Apabila dihubungkan dengan proses belajar mengajar, strategi adalah cara yang dipilih untuk menyampaikan materi pelajaran dalam lingkungan pengajaran tertentu, yang meliputi sifat, lingkup, dan urutan kegiatan yang dapat memberikan pengalaman belajar kepada siswa (Gerlach dan Ely). (Hamdani, 2011 : 19) .
Sehingga untuk pemilihan strategi yang telah dipaparkan menurut berbagai ahli tidak hanya terbatas pada prosedur kegiatan, tetapi juga termasuk didalamnya materi atau paket pengajarannya. Stretegi pengajaran terdiri dari metode, model dan teknik atau prosedur yang menjamin siswa mencapai tujuan pembelajaran, salah satunya dengan pemilihan model pembelajaran induktif yang mengharapkan siswa mampu mencapai tujuan pembelajaran dengan langkah mencari, mengkaji suatu materi dan menemukan informasi artinya siswa dilatih untuk aktif dalam proses pembelajaran, dan dengan arahan atau bimbingan dari guru dengan baik, karena dengan demikian siswa dituntut untuk lebih berinteraksi dengan siswa yang lain, guru serta dapat berpikir secara luas melalui tentang materi yang sedang dipelajari, maka dengan model pembelajaran induktif inilah siswa diharapkan dapat mengembangkan semua aspek yang dimilikinya.
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, Zaenal. 2009. Evaluasi
Pembelajaran. Bandung :PT Remaja Rosdakarya.
Arikunto, Suharsimi. 2009. Dasar-dasar
Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Azwar, Saefudin. 2009. Sikap
Manusia Teori Dan pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Djamarah, Syaiful Bahri. 2002. Psikologi Belajar. Jakarta : Rineka Cipta.
Dzaki. 2009. Model Pembelajaran Induktif
Thinking. Tersedia: http:// penelitiantindakankelas.blogspot.com/2009/03/model-pembelajaran-induktif-struktur.html. [04 Juli 2013]
Hamdani. 2011. Strategi Belajar
Mengajar. Bandung : CV. Pustaka Setia.
Hamzah, U. 2011. Model Pembelajaran. Jakarta : Bumi Aksara.
Hartanto. 2011. Mengembangkan Kreativitas Siswa
Melalui Pembelajaran Matematika Pendekatan Inkuiri. Jurnal Kependidikan
Triadik Jurusan Pendidikan Matematika FPIMA Universitas Bengkulu : Tidak diterbitkan
Isjono. 2009. Cooperative
Learning. Bandung: Alpabeta.
Jihad, Asep. 2008. Pengembangan
Kurikulum Matematika. Yogyakarta: Multi Pressindo.
Joyce, B dan Weil. 2009. Model Of Teaching. Yogyakarta : Puataka
Pelajar.
Kariadinata, Rahayu. 2011. Statistik Penelitian
Pendidikan. Bandung : CV. Insan Mandiri.
Lismayanti,
Siska. 2008. Perbandingan Kompetensi
Strategis Antara Siswa SMP yang Memperoleh Pembelajaran Matematik Melalui Model
CORE Berbasis Kontekstual dengan Metode Ekspositori. Skripsi Pendidikan
Matematik UPI Bandung: Tidak dipublikasikan.
Muhibin,
S. 2003. Psikologi Belajar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Munandar, Utami. 2009. Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat.
Jakarta : Rineka Cipta.
Nurhadi. 2012. Pengaruh Pendekatan Contextual
Teaching and Learning (CTL) Terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa Pada
Pokok Bahasan Program Linear. Skripsi Jurusan Pendidikan Matematika FPIMA
UIN Sunan Gunung Djati Bandung : Tidak diterbitkan.
Rahman, Bobbi. 2012. Pembelajaran
Geometri Dengan Wingeom Untuk Meningkatkan Kemampuan Spasial Dan Penalaran
Matematis Siswa. Tesis UPI Bandung: Tidak diterbitkan.
Restiana. 2009. Model Belajar Induktif.
Tersedia: http:// restianarendi.wordpress.com/2009/12/05/model-belajar-induktif.html. [04
Juli 2013]
Rosita. 2012. Pembelajaran Maatematika Dengan
Pendekatan Open-Ended Dalam Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematika
Siswa. Skripsi Jurusan Pendidikan Matematika FPIMA UPI Bandung : Tidak
diterbitkan.
Siswono, Tatag. 2007. Kontruksi Teoritis Tentang Tingkat Berpikir Kreatif Siswa Dalam Matematika. Jurnal
Jurusan Matematika FMIPA Universitas Negeri Surabaya : Tidak diterbitkan.
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Pendidikan.
Bandung : Alfabeta.
Sugiyono. 2009. Statistika Untuk Penelitian.
Bandung : Alfabeta.
Suprijono. 2009. Cooperative
Learning Teori Dan Aplikasi PAIKEM. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Susilawati, wati. 2009. Belajar dan Pembelajaran
Matematika. Bandung: CV. Insan Mandiri.
Suherman. 2001. Strategi
Pembelajaran Matematika Kontemporer. JICA Universitas Pendidikan Indonesia:
Tidak diterbitkan
Suherman. 2003. Evalusi Pembelajaran
Matematika. JICA Universitas Pendidikan Indonesia: Tidak diterbitkan
Trianto. 2009. Mengembangkan Model
Pembelajaran Tematik. Jakarta : PT. Prestasi Pustakaraya.
0 Response to "Makalah Model Induktif Pada Matematika"
Post a Comment