PERSEPSI SISWA TERHADAP KOMPETENSI PROFESIONAL
GURU AGAMA HUBUNGANNYA DENGAN MOTIVASI MEREKA
DALAM MENGIKUTI MATA PELAJARAN PAI
(Penelitian pada siswa kelas X di SMAN 16 BANDUNG )
A.
Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan tanggung jawab bersama
antara keluarga, masyarakat dan pemerintah. Pendidikan agama tampil sebagai
proses pembinaan kepribadian manusia dalam usaha meningkatkan kualitas iman dan
taqwa kepada Allah SWT. Agama dapat menjadi pendorong kekuatan hasrat manusia
untuk mengembangkan diri seluas-luasnya dan mencapai ilmu setinggi-tinginya. Pendidikan sebenarnya
dapat ditinjau dari dua segi, pertama dari sudut pandang masyarakat dan kedua
dari segi pandangan individu, dilihat dari kacamata individu, pendidikan
berarti pengembangan potensi-potensi yang terpendam dan tersembunyi (Hasan
Langulung, 2000: 1).
Disisi lain pendidikan mempunyai peranan
penting dalam keseluruhan aspek kehidupan, karena pendidikan berpengaruh
langsung terhadap perkembangan seluruh aspek kepribadian manusia. Hal ini tertuang
dalam rumusan pendidikan, sebagaimana yang tertera di dalam Undang-Undang
Sistem Pendidikan Nasional no 20 tahun 2003 bab I pasal I, tentang ketentuan
umum, menjelaskan bahwa:
Pendidikan
adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar
peserta didik secara aktif dapat mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,
akhlak mulia serta ketrampilan yang diperlukan oleh dirinya masyarakat, bangsa
dan negara.
Salah satu yang berperan penting dalam lembaga
pendidikan adalah guru, guru merupakan pelaksana utama dalam bidang pendidikan
dan pengajaran di sekolah, dituntut untuk mengembangkan atau meningkatkan
kemampuannya agar pengetahuan sikap serta ketrampilan guru itu sesuai dengan tuntutan dan perkembangan
zaman. Guru merupakan suatu pekerjaan profesional, untuk dapat melaksanakan
tugas tersebut dengan baik, selain harus memenuhi syarat-syarat kedewasaan,
sehat jasmani dan rohani guru juga harus memiliki ilmu dan
kecakapan-ketrampilan keguruan. ilmu dan kecakapan-ketrampilan keguruan itu
diperoleh selama menempuh pelajaran di lembaga pendidikan guru. Agar mampu
menyampaikan ilmu pengetahuan atau bidang studi yang diajarkannya ia harus menguasai
ilmu atau bidang tersebut secara mendalam dan meluas. Nana Syaodih Sukmadinata
(2009: 255) Mengungkapkan bahwa “Guru
pendidikan agama Islam dituntut menguasai ilmu atau bidang studi pendidikan agama Islam
secara mendalam, jauh melampaui materi yang akan diberikan kepada para
siswanya. Demikian juga dengan guru-guru bidang studi lainnya”.
Salah satu kompetensi
yang harus dimiliki oleh seorang guru adalah kompetensi profesional sebagaimana
yang tertera di dalam Undang-Undang
Republik
Indonesia no 14 tahun 2006 tentang guru dan dosen bab IV pasal 10 menjelaskan
bahwa “Kompetensi guru
sebagaimana dimaksud dalam pasal 8 meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi
kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional yang diperoleh
melalui pendidikan profesi”.
Peranan guru sebagai
pengajar bukan hanya untuk menyampikan pengetahuan dan keterampilan kepada anak
didik, tetapi dalam arti yang lebih luas adalah untuk membantu dan mengarahkan
anak-anak belajar sesuai dengan minat, bakat dan kemampuannya. Nana Syaodih
Sukmadinata, (2007: 191) mengemukakan bahwa “pendidikan berintikan interaksi antara pendidik (guru) dan pesert didik
(siswa) untuk mencapai tujuan-tujuan pendidikan. Pendidik, peserta didik, dan
tujuan pendidikan merupakan komponen utama pendidikan ketiganya membentuk suatu
triangle, jika hilang salah satu komponen, hilanglah hakikat pendidikan.
Dalam situasi tertentu tugas guru dapat diwakilkan atau dibantu oleh unsur lain
seperti media teknologi, tetapi tidak dapat digantikan. Mendidik adalah pekerjaan
profesional, oleh karena itu guru sebagai pelaku utama pendidikan merupakan
penddik profesional. Sebagai pendidik
profesional, guru bukan saja dituntut melaksanakan tugasnya secara profesional,
tetapi harus memiliki pengetahuan dan kemampuan profesional”.
M. Sobry Sutikno (2008:
46) mengungkapkan bahwa “guru harus dapat
menempatkan diri dan menciptakan suasana yang kondusif, karena fungsi guru di
sekolah sebagai bapak kedua yang bertanggung jawab atas pertumbuhan dan
perkembangan jiwa anak”. Ki Hajar Dewantara dalam buku M.Sobry Sutikno (2008: 46) telah menggariskan
pentingnya peranan guru dalam proses pembelajaran dengan ungkapan:
·
Ingarso sung tulodo berarti di depan memberi
teladan.
·
Ing madyo mangun karso berarti ditengah
menciptakan peluang untuk berprakarsa.
·
Tut wuri handayani, yang berarti dari
belakang memberikan dorongan dan arahan.
Dari sini jelas kiranya,
bahwa guru profesional sebagai pendidik dan pengajar harus turut berusaha dan
mengikuti kemajuan ilmu dan teknologi di msyarakat yang sedang berkembang ini,
agar pengetahuan serta kecakapan guru itu ada hubungannya dengan tuntutan
perkembangan zaman. Karena itulah maka perlu usaha guru dalam meningkatkan
kemampuan mengajar yang meliputi pengetahuan, sikap, dan keterampilan.
Oleh karena itu
kompetensi profesional guru, khususnya guru agama berpengaruh terhadap
keberhsilan pendidikan, yang salah satu indikatornya dapat dilihat dalam
kegiatan belajar mengajar. Dalam kegiatan belajar mengajar, guru mempunyai
peranan yang dominan, efektif tidaknya kegiatan belajar mengajar itu diatur
oleh guru maka guru harus mempunyai kompetensi profesional yang tinggi.
Persepsi siswa itu mempengaruhi terhadap motivasi mereka dalam belajar dan motivasi
belajar siswa menentukan sekali terhadap pencapaian prestasi belajar siswa.
Jalaludin Rachmat (1991: 51) mengungkapkan
bahwa, “Hasil belajar siswa diperoleh dari pengalamannya berinteraksi dengan
lingkungan sekitarnya. Kondisi yang sangat menunjang hasil belajar siswa adalah
interaksi siswa dengan guru dalam proses belajar mengajar. Salah satu aktivitas
belajar yang dilakuan siswa ialah kegiatan persepsi. Karena persepsi melibatkan
kegiatan penginderaan, pemahaman, penafsiran dan memberikan kesimpulan”.
Dalam interaksi belajar
mengajar di kelas, aktivitas persepsi terhadap sesuatu tidak bisa dipisahkan.
Diantara objek dan subjek yang selalu dipersepsi adalah guru-gurunya.
Dalam proses belajar
bidang studi agama islam, guru agama islam merupakan objek dan subjek yang
selalu dipersepsi oleh siswa. Pengetahuan, penampilan, perilaku, cara mengajar
dan aktivitas lainnya yang dilihat, diamati dan didengar akan menjadi objek
persepsi siswa. Aktivitas persepsi terhadap guru agama islam ini adalah salah
satu faktor yang akan menunjang keberhasilan siswa dalam belajar pendidikan
agama Islam.
Mengingat profesi guru
agama islam tidak lepas dari persepsi siswanya, maka seorang guru harus
memiliki kompetensi profesional. Guru agama islam adalah mereka yang memiliki
pengetahuan yang luas tentang agama islam dalam materi, metodologi, ilmu
pendidikan dan ketrampilan dalam menstransformasikan materi dalam aktivitas
belajar mengajar.
Jadi dilihat dari faktor
siswa, persepsi siswa pada guru agama islam memberikan andil yang besar dalam
pencapaian hasil belajarnya dalam bidang studi pendidikan agama Islam.
Sedangkan dilihat dari faktor guru, profesi guru agama Islam dengan kemampuan
profesionalnya sangat menunjang dalam kelancaran proses belajar mengajar.
Penulis melakukan
penelitian di SMAN 16 BANDUNG. Hal ini
didasarkan pada penomena bahwa di sekolah tersebut terdapat seorang guru agama
Islam yang mengajar pada kelas X. Latar belakang pendidikannya adalah Sarjana
Agama Jurusan Pendidikan Agama Islam. Dilihat dari latar belakang guru itu
dapat dikatakan guru profesional dalam bidang studi agama Islam.
Persepsi siswa terhadap
kompetensi profesional guru agama akan berhubungan erat dengan motivasi belajar
mereka pada mata pelajaran pendidikan agama Islam. Apabila siswa mempersepsi
positif, maka motivasi belajar mereka pada mata pelajaran PAI akan tinggi,
tetapi jika siswa mempersepsi guru agama islam negatif, maka motivasi belajar
mereka pada materi pendidikan Agama Islam akan rendah. Jadi persepsi siswa
terhadap kompetensi profesional guru agama Islam akan berpengaruh terhadap motivasi
siswa dalam belajar bidang studi agama Islam.
Berdasarkan fenomena di
atas, merupakan awal mulanya penulis tertarik untuk menuangkan dalam sebuah
penelitian yang Berjudul : “Persepsi
Siswa Terhadap Kompetensi Professional Guru Agama Hubungannya Dengan Motivasi
Mereka Dalam Mengikuti Mata Pelajaran PAI”. Penelitian pada siswa kelas X di SMAN 16 Bandung.
B.
Perumusan Masalah
Berdasarkan latar
belakang masalah yang telah
diuraikan di atas, dapat
dirumuskan bahwa masalah pokok yang akan diteliti dalam rangka penyusunan
skripsi ini adalah bagaimana hubungan antara persepsi siswa terhadap
kompetensi profesional guru agama dengan motivasi belajar mereka pada mata
pelajaran PAI, di kelas X SMAN 16 Bandung.
Untuk memudahkan pembahasan masalah pokok
tersebut di atas akan dianalisis permasalahannya sebagai berikut:
1.
Bagaimana Persepsi siswa
terhadap kompetensi profesional guru Pendidikan
Agama Islam di SMAN 16 Bandung?
2.
Bagaimana motivasi belajar
siswa pada mata pelajaran PAI di SMAN 16 Bandung?
3.
Bagaimana hubungan antara
Persepsi siswa terhadap kompetensi profesional guru Pendidikan Agama Islam dengan MOTIVASI
belajar siswa pada mata pelajaran PAI di
SMAN 16 Bandung?
C.
Tujuan Penelitian
Sebagaimana kita ketahui segala
bentuk kegiatan yang dilakukan manusia selalu mempunyai tujuan, adapun tujuan
yang ingin dicapai sehubungan dengan masalah di atas adalah sebagai berikut:
1.
Untuk mengetahui Persepsi
siswa terhadap kompetensi profesional guru Pendidikan Agama Islam di SMAN 16 Bandung.
2.
Untuk mengetahui Motivasi
belajar siswa pada mata pelajaran PAI di SMAN 16 Bandung.
3.
Untuk mengetahui
bagaimana hubungan antara Persepsi siswa terhadap kompetensi profesional guru Pendidikan Agama Islam dengan motivasi
belajar mereka pada mata pelajaran PAI di SMAN 16 Bandung.
D.
Kerangka Pemikiran
Keberadaan manusia di
dunia ini tidak lepas dari proses pendidikan, karena pada dasarnya manusia
merupakan makhluk yang dapat mendidik dan dididik. Sejak dilahirkan, setiap
orang tumbuh dan berkembang menurut irama sendiri-sendiri yang ditumbuh
kembangkan oleh lingkungannya, sehingga hasilnya merupakan sesuatu yang unik
dan kompleks, salah satu perbedaan itu adalah adanya persepsi diantara mereka yang
satu sama lain berbeda.
Mengingat profesi guru
agama islam tidak lepas dari persepsi siswanya, maka seorang guru harus
memiliki kompetensi profesional. Guru agama Islam adalah mereka yang memiliki
pengetahuan yang luas tentang agama islam dalam materi, metodologi, ilmu
pendidikan dan ketrampilan dalam menstransformasikan materi dalam aktivitas
belajar mengajar.
Jalaludin Rachmat (1991:
56) mengungkapkan bahwa “Persepsi adalah proses penginderaan, pemahaman,
penafsiran dan penyimpulan”. Persepsi siswa terhadap
gurunya akan beragam keberagaman itu dipengaruhi oleh komponen-komponen yang
ada di dalam kegiatan persepsinya yaitu: minat, kebutuhan, harapan, motif dan
lainnya. Keberagaman persepsi itu akan
menimbulkan Motivasi yang beragam pula dalam belajar mereka, terutama belajar
pendidikan agama Islam. Jadi, persepsi atau pengamatan siswa terhadap
kompetensi professional guru agama Islam akan berpengaruh terhadap Motivasi belajar
siswa pada mata pelajaran pendidikan
agama Islam.
Menurut Slameto (1995: 102), persepsi adalah “Proses yang
menyangkut masuknya pesan atau informasi ke dalam otak manusia”. Melalui
persepsi manusia terus menerus mengadakan hubungan dengan lingkungannya.
Hubungan ini dilakukan lewat inderanya yaitu: indera penglihat, pendengar, peraba,
perasa, dan pencium. Dengan demikian dapat ditarik suatu pengertian bahwa
keberadaan arah Motivasi itu tidak dapat dilepaskan dari ketergantungannya
terhadap persepsi, demikian juga dengan Motivasi belajar siswa salah satu
faktornya dipengaruhi oleh persepsi mereka mengenai kompetensi professional
guru agama.
Dengan memperhatikan definisi di atas, dapat
diambil suatu pemahaman bahwa persepsi merupakan suatu proses pengamatan tentang suatu
objek peristiwa, atau hubungan yang dikelompokkan sebagai informasi kepada otak
untuk ditafsirkan dan dijadikan pesan, sebagai hasil pendengaran, penglihatan
dan penciuman.
Dalam kenyataan permasalahan persepsi ini,
diarahkan pada kompetensi professional guru agama yaitu pengamatan yang
dimiliki siswa atau yang diperolehnya tentang profesionalitas guru agama apakah
mereka mengamati dengan baik dalam arti penampilan kompetensi professional yang
dimiliki oleh guru dalam kegiatan belajar mengajar ataupun mengamati
sebaliknya. Adapun untuk indikator profesionalitas guru menurut Sardiman AM (2004: 135) ada tiga tingkatan,
yaitu: (1) Memiliki pengetahuan, kecakapan, dan ketrampilan, (2) Tanggap terhadap ide pembaharuan, (3) Mempunyai wawasan luas.
Selanjutnya penulis dapat
menyimpulkan bahwa tingkah laku yang intens (sungguh-sungguh) dapat terjadi
dengan adanya Motivasi yang tinggi, sementara perilaku diMotivasi oleh
keinginan (minat) yang pada akhirnya melahirkan aktivitas.
Motivasi yang dimaksud
diatas adalah keadaan internal organisme yang mendorongnya untuk berbuat
sesuatu (Muhibbin Syah, 1997: 136). Siapapun yang memiliki Motivasi yang tinggi
akan terlihat dari kemampuan untuk mendayagunakan indikator-indikator: (1) Durasi kegiatan, (2) Frekuensi kegiatan, (3) Persistensi, (4) Tingkat Aspirasi, (5) Arah sikap (Abin Syamsudin, 2000: 49).
Untuk mengetahui hubungan
antara persepsi siswa terhadap kompetensi profesional guru agama dengan motivasi
belajar mereka pada mata pelajaran pendidikan agama Islam ini, secara skematis
dapat digambarkan sebagai berikut:
E.
Hipotesis
Hipotesis adalah jawaban
sementara terhadap masalah penelitian yang secara teoritis dianggap paling
mungkin atau paling tinggi tingkat kebenarannya (S. Margono, 2007: 67). Menurut sedarmayanti yang dikutip oleh Yaya
Suryana dan Tedi Priatna (2008: 145) bahwa hipotesis adalah “asumsi, perkiraan
atau dugaan sementara mengenai suatu permasalahan yang harus dibuktikan
kebenarannya dengan menggunakan data dan fakta atau informasi yang diperoleh
dari hsil penelitian yang valid dan reliabel”. Selanjutnya dalam penelitian ini
melibatkan dua variabel, yaitu : variabel persepsi siswa
terhadap kompetensi profesional guru agama (sebagai Variabel X)
dengan Motivasi mereka pada mata
pelajaran PAI (sebagai variabel Y). Penelitian ini bertolak pada hipotesis : “apabila persepsi siswa terhadap kompetensi
professional guru agama Islam bersifat positif, maka Motivasi siswa pada mata
pelajaran pendidikan agama Islam akan tinggi, tetapi sebaliknya, jika
persepsinya negatif, maka Motivasi mereka akan rendah”.
F.
Langkah-langkah Penelitian
Dalam menyelesaikan penelitian ini, penulis
menempuh langkah-langkah penelitian sebagai berikut:
1.
Menentukan Jenis Data
Dilihat dari jenisnya, data yang dikumpulkan,
diklasifikasikan kepada dua jenis, yaitu kualitatif dan kuantitatif. Data kualitatif
bersumber pada hasil pengumpulan data melalui observasi, wawancara dan setudi
kepustakaan. Sedangkan studi kuantitatif adalah data yang lebih khusus
diarahkan kepada dua variabel. Dilihat dari teknik pengumpulannya, data
kuantitatif ini akan bersumber pada sejumlah siswa yang menjadi sampel dari
jumlah populasi.
2.
Menentukan sumber data
a.
Lokasi Penelitian Data
Penulis mengambil lokasi yang menjadi objek
penelitian adalah SMAN 16 Bandung. Alasan dari penelitian dilokasi ini karena
peneliti pernah melaksanakan praktik pengalaman lapangan (PPL) di sekolah ini
dan mengetahui bagaimana persepsi siswa terhadap kompetensi profesional guru agama hubungannya
dengan Motivasi belajar mereka pada mata pelajaran PAI.
b.
Populasi dan sampel
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian,
berupa manusia, gejala-gejala, benda-benda, pola sikap, tingkah laku dan
sebagainya yang menjadi objek penelitian (Yaya Suryana dan Tedi Priatna, 2008: 145)
sedangkan yang dimaksud sampel adalah bagian dari populasi yang diambil dari
cara tertentu yang memiliki karakteristik tertentu, jelas dan lengkap yang
dianggap bisa mewakili populasi (Yaya Suryana dan Tedi Priatna, 2008: 146),
mengenai pengambilan sampel Suharsimi Arikunto (2006: 133) menyatakan bahwa
“populasi itu harus bersifat referesentatif, yaitu mewakili populasi, dalam
arti semua ciri atau karakteristik yang ada pada populasi tercermin pada
sampel” sedangkan sampel yang dipilih berupa sampel random, sampel acak atau
sampel campur. Teknik sampling ini diberi nama demikian karena di dalam
pengmbilan sampelnya, peneliti “mencampur” subjek-subjek di dalam populasi
sehingga semua subjek dianggap sama (Suharsimi Arikunto, 2006: 134).
Suharsimi Arikunto (2006:134), mengungkapkan
bahwa “apabila subjek kurang dari 100 orang lebih baik diambil semuanya,
sehingga penelitiannya merupakan peneitia populasi. Tetapi, jika jumlah
subjeknya besar, dapat diambil antara 10-15 % atau 20-25 % atau lebih”.
Berdasarkan pendapat di atas penulis mengambil sampel sebanyak 25.5 % dari jumlah populasi, maka diperoleh sebanyak
195 x 25.5 % = 49.7 dibulatkan menjadi 50 orang.
c.
Menentukan Metode Penelitian
Yaya Suryana dan Tedi Priatna, (2008: 146)
mengungkapkan bahwa “Metode penelitian merupakan cara ilmiah yang digunakan
untuk mendapatan data yang objektif, valid dan reliabel, sehingga dapat
digunakan untuk memahami, memecahkan dan mengantisipasi masalah dalam bidang tertentu”.
Dalam penelitian ini penulis menggunakan
metode deskriptif. Metode deskriptif menurut Sumanto (Yaya Suryana dan Tedi
Priatna, 2008: 87) adalah “Metode yang berusaha menggambarkan dan memetakan
fakta-fakta berdasarkan cara pandang atau kerngka berfikir tertentu”. Metode
ini menggambarkan dan menginterpretasikan apa yang ada bisa mengenai kondisi
atau hubungan yang ada, atau pendapat yang sedang tumbuh, proses yang sedang
berlangsung, akibat atau efek yang terjadi atas kecenderungan yang sedang
berkembang. Penulis mengumpulkan data tentang persepsi siswa terhadap
kompetensi profesional guru agama hubungannya dengan Motivasi belajar mereka
pada mata pelajaran PAI, setelah itu
disusun, dijelaskan kemudian dianalisa.
3.
Teknik Pengumpulan Data
Teknik
pengumpulan data merupakan cara dan alat yang digunakan untuk
pengumpulan data
a.
Angket
Angket yang disebut juga dengan kuesioner
adalah teknik pengumpulan data dengan menyerahkan atau mengirimkan daftar
pertanyaan untuk diisi oleh responden (Yaya Suryana dan Tedi Priatna, 2008: 169).
Menurut S.
Margono (2007: 167) angket atau kuesioner ialah “suatu alat pengumpul informasi dengan cara menyampaikan sejumlah pertanyaan
tertulis untuk menjawab secara tertulis juga oleh responden”. Menggunakan teknik ini dapat menghemat waktu, karena dapat menarik data
dari seluruh sampel secara bersamaan, begitu juga dapat memberikan keleluasaan
pada responden dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan.
Data yang diangkat
melalui teknik ini adalah tentang Persepsi siswa terhadap kompetensi
profesional guru agama hubungannya dengan Motivasi belajar mereka pada mata
pelajaran PAI.
Mean skor tiap item pertanyaan diajukan
alternatif jawaban yang disusun berjenjang ke dalam lima pilihan (option),
mulai dari nilai tertinggi sampai terendah, nilai untuk item positif adalah
a=5, b=4, c=3, d=2, e=1 dan nilai item negatif adalah, a=1, b=2, c=3, d=4, e=5.
b.
Observasi
Observasi adalah teknik pengamatan dan
pencatatan sistematis dari fenomena-fenomena yang diselidiki. Observasi
dilakukan untuk menemukan data dan informasi dari gejala-gajala atau fenomena
(kejadian atau peristiwa-peristiwa) secara sistematis dan didasarkan pada
tujuan penelitian yang telah dirumuskan (Yaya Suryana dan Tedi Priatna, 2008: 160).
Menurut S.
Margono (2007: 158) observasi diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan
secara sistematik terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian. Teknik ini
digunakan mengingat ada beberapa hal yang perlu diketahui secara langsung,
ketika meninjau lokasi, diantaranya mengenai sejarah singkat, letak geografis,
keadaan guru, keadaan siswa dan sarana prasarana SMPN 3 Jampangkulon ini.
c.
Wawancara
Wawancara adalah teknik pengumpulan data
dengan mengajukan pertanyaan kepada responden, dan jawaban responden dicatat
atau direkam (Yaya Suryana dan Tedi Priatna, 2008: 160). Secara umum yang
dimaksud dengan wawancara adalah cara menghimpun bahan-bahan keterangan yang
dilaksanakan dengan melakukan tanya jawab lisan secara sepihak, berhadapan
muka, dan dengan arah serta tujuan yang telah ditentukan (Anas Sudijono, 2008: 82). Wawancara dilakukan dengan sumber data
yang berkaitan dengan permasalahan judul skripsi ini. Penulis menggunakan teknik pengumpulan data
ini dengan Guru Pendidikan Agama Islam dalam rangka mengetahui kondisi objektif
lokasi peneitian.
d.
Studi kepustakaan
Studi kepustakaan yang dimaksud di sini adalah
untuk memperoleh hasil penelitian melalui buku-buku dan bahan-bahan yang ada
hubungannya dengan permasalahan tentang konsep-konsep yang ada hubugannya
dengan cara mencari dan mendayaggunakaninformasi dari buku tersebut. Cara ini
diharapkan dapat memperoleh teori dan konsep yang berhubungan dengan persepsi siswa terhadap
kompetensi profesional guru agama hubungannya dengan Motivasi belajar mereka
pada mata pelajaran PAI.
4.
Analisis Data
Analisis adalah mengelompokan, membuat satu
urutan, memanipulasi, serta menyingkatkan data sehingga mudah untuk didata
(Yaya Suryana dan Tedi Priatna, 2008: 182). Analisis data diambil dari
pengolahan data-data, baik itu data kualitatif maupun kuantitatif. Data
kualitatif dianalisis dengan pendekatan logika sedangkan data kuantitatif
dengan menggunakan statistik.
Dari data yang terkumpul, yang berupa
data-data kuantitatif dianalisis dengan menggunakan analisis statistik. Adapun
cara pengolahannya dengan memberikan sekala penilaian
terhadap minat siswa dalam mempelajari materi pendidikan agama Islam melalui
angket. Adapun untuk analisisnya dilakukan melalui dua tahap yaitu analisis
parsial dan analisis korelasi.
a.
Analisis Persial
Analisis parsial adalah analisis yang
digunakan untuk mendalami dua variabel dilakukan analisis parsial tiap variabel
dengan langkah sebagai berikut:
1.
Anilisis parsial tiap variabel
Setelah diketahui nilai-nilai rata-rata setiap
variabel, kemudian proses penafsiran atau interpretasinya sebagai berikut :
TABEL II
INTERPRETASI TIAP
VARIABEL
Nilai
|
Keterangan
|
4,6 - 5,5
|
Sangat
tinggi
|
3,6 - 4,5
|
Tinggi
|
2,6 - 3,5
|
cukup
|
1,6 - 2,5
|
Rendah
|
0,5 - 1,5
|
Sangat
Rendah
|
(suharsimi Arikunto, 1996: 247)
2.
Uji normalitas data masing-masing variabel dengan langkah-langkah
sebagai berikut :
a)
Membuat daftar distribusi
frekuensi
1.
Rentang (R) dengan rumus:
R = H – L + 1 (Anas Sudijono, 2005: 52)
2.
Kelas Interval
K = 1 + 3,3 Log n (Sudjana, 2005: 47)
3.
Panjang Interval (P)
dengan rumus:
(sudjana, 2005: 47)
4.
Membuat tabel distribusi
frekuensi tiap variabel
b)
Uji tendensi sentral yang
meliputi
1.
Mencari mean dengan
rumus:
2.
3.
mencari modus dengan rumus:
c)
Membuat kurva tendensi sentral dengan kriteria sebagai
berikut:
1.
Kurva juling negatif
apabila M < Me < Mo, dan
2.
Kurva juling positif
apabila M > Me > Mo.
d)
Mencari standar deviasi dengan rumus:
(Anas Sudijono, 2005: 155)
e)
Mencari
daftar tabel frekuensi observasi dan ekspektasi dengan mengethui Z Skor, Z daftar, L dan Ei.
f)
Menentukan
nilai Chi kuadrat (X2), dengan rumus:
(sudjana, 2005: 273)
g)
Mencari
derajat kebebasan (dk) dengan rumus:
Dk = k – 3
h)
Menentukan
nilai Chi kuadrat (X2) tabel dengan taraf signifikansi 5%
(0,05)
i)
Uji
Normalitas dengan kriteria :
1.
Data dikatakan normal
jika X2 hitung
< X2
tabel,
2.
Data dikatakan tidak
normal jika X2 hitung
< X2
tabel.
j)
Penafsiran tendensi sentral masing-masing
variabel dengan catatan:
Jika data yang berdistribusi
normal, mka cukup rata-rata (mean) saja untuk ditafsirkan, dan jika data tidak
berdistribusi normal maka penafsirannya harus dilihat dari ketiga tendensi
sentral (mean, median dan modus).
Rumus dan standar penafsiran
:
Klasifikasi kategori X dan Y
dengan mendasarkan pada skala lima normal absolut, sebagai berikut:
TABEL III
KLASIFIKASI KATEGORI TIAP VARIABEL
Nilai
|
Keterangan
|
4,6 - 5,5
|
Sangat
tinggi
|
3,6 - 4,5
|
Tinggi
|
2,6 - 3,5
|
cukup
|
1,6 - 2,5
|
Rendah
|
0,5 - 1,5
|
Sangat
Rendah
|
b.
Analisis Korelasi
Analisis korelasi ini digunakan untuk
mengetahui hubungan antara minat siswa mempelajari materi Pendidikan Agama
Islam (Variabel X) dengan Motivasi mereka dalam proses pendidikan akhlaq
(Variabel Y), dengan langkah-langkah sebagai berikut :
1)
Menentukan persamaan regresi linier dengan rumus :
Y = a +
bX (Sudjana, 2005 :
315) dimana:
2)
Menguji linieritas regresi, dengan langkah-langkah sebagai berikut
:
a.
Menghitung jumlah kuadrat regresi a (JKa), dengan rumus :
b.
Menghitung jumlah kuadrat gabungan regresi b terhadap a, dengan
rumus :
c.
Menghitung jumlah kuadrat residu (JKres), dengan rumus :
d.
Menghitung julah kuadrat kekeliruan (JKkk), dengan rumus :
e.
Menghitung jumlah kuadrat ketidakcocokan (JKtc), dengan
rumus :
f.
Menghitung derajat kebebasan kekeliruan (DBkk), dengan rumus
:
DKkk = n – k
(subana dkk,2000: 163)
g.
Menghitung derajat kebebasan ketidakcocokan (DBtc), dengan
rumus :
DBtc = k –
2
(subana
dkk,2000: 163)
h.
Menghitung rata – rata kuadrat kekeliruan (RKkk), dengan
rumus:
i.
Menghitung rata – rata kuadrat ketidakcocokan (RKtc), dengan
rumus:
j.
Menghitung nilai F ketidakcocokan (Ftc), dengan rumus :
k.
Menentukan nilai F dari daftar atau tabel dengan taraf signifikansi
5%.
3)
Menguji linieritas regresi dengan ketentuan sebagai berikut :
a)
Jika , maka regresi tersebut linier
b)
Jika , maka regresi tersebut tidak linier
4)
Menghitung Koefisien Korelasi
a)
Jika kedua variabel berdistribusi normal dan regresi linier, maka rumus koefisien korelasi yang
digunakan adalah :
(Anas Sudijono, 2005: 278)
b)
Jika kedua variabel berdistribusi tidak normal dan regresinya tidak linier, maka digunakan analisis
statistik non parametrik Rho Spearman:
5)
Pengujian signifikansi
korelasi
a)
Mencari t hitung dengan rumus :
b)
Mencari derajat Kebebasan
dengan rumus:
Dk = N – 2 (Sudjana,2005: 377)
c)
Pengujian Hipotesis
dengan ketentuan sebagai berikut:
1)
Hipotesis diterima jika
2)
Hipotesis diterima jika
6)
Menentukan tinggi
rendahnya koefisien korelasi dengan interpretasi sebagai berikut :
TABEL IV
TABEL INTERPRETASI NILAI
r
Nilai
|
Keterangan
|
Antara 0,800 sampai
dengan 1,00
|
tinggi
|
Antara 0,600 sampai
dengan 0,800
|
cukup
|
Antara 0,400 sampai
dengan 0,600
|
Agak rendah
|
Antara 0,200 sampai
dengan 0,400
|
Rendah
|
Antara 0,100 sampai
dengan 0,200
|
Sangat
Rendah
|
(Suharsimi Arikunto,2006: 276)
7)
Uji pengaruh antar
variabel X dan Y, terlebih dahulu akan dihitung derajat tidak adanya korelasi,
sebagai berikut :
tinggi rendahnya pengaruh antara kedua
variabel, peneliti menggunakan rumus :
E = 100 (1-k)
Keterangan : E = Indeks Koefisien
Korelasi
100 = 100%
k = derajat tidak adanya korelasi.
DAFTAR PUSTAKA
Abin Syamsudin
2000 Psikologi Pendidikan, Rosda Karya,
Bandung.
Abu Ahmadi
1991 Psikologi Belajar, PT Rineka Cipta,
Jakarta.
Anas Sudijono
2005 Pengantar Statistik Pendidikan, PT Raja
Grafindo Persada, Jakarta.
___________
2008 Pengantar Evaluasi Pendidikan, PT Raja
Grafindo Persada, Jakarta.
Hasan Langulung
2000 Asas-asas
Pendidikan Islam, PT Al Husna Zikra, Jakarta.
Jalaludin Rachmat
1991 Psikologi Komunikasi, Rosda Karya,
Bandung.
M. Sobry Sutikno
2008 Belajar dan Pembelajaran, Prospect,
Bandung.
Muhibin Syah
1997 Psikologi Pendidikan, Remaja Rosda
Karya, Bandung.
Nana Syaodih Sukmadinata
2007 Pengembangan
Kurikulum, PT Remaja Rosda Karya, Bandung.
____________
2009 Landasan
Psikologi Proses Pendidikan, PT Remaja Rosda Karya, Bandung.
S. Margono
2007 Metodologi
Penelitian Pendidikan, PT Rineka Cipta, Jakarta.
Sardiman A.M.
2004 Interaksi dan Motivasi Mengajar,
Rajawali Pres, Jakarta.
Slameto
1995 Belajar
dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, Rineka Cipta, Jakarta.
Subana dkk
2000 Statistik Pendidikan, CV Pustaka Setia,
Bandung.
Sudjana
2005 Metoda
Statistika, Tarsito, Bandung.
Suharsimi Arikunto
1996 Prosedur
Penelitian, PT Rineka Cipta, Jakarta.
UUSPN
2006 Himpunan Perundang-Undangan tentang sistem
Pendidikan Nasional, PT Fokus Media, Bandung.
Yaya Suryana dan Tedi Priatna
2008 Metode
Penelitian Pendidikan, PT. Azkia Pustaka Utama, Bandung.
0 Response to "Contoh Proposal dengan judul PERSEPSI SISWA TERHADAP KOMPETENSI PROFESIONAL GURU AGAMA HUBUNGANNYA DENGAN MOTIVASI MEREKA DALAM MENGIKUTI MATA PELAJARAN PAI"
Post a Comment