BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Kepribadian
merupakan suatu bentuk struktur kompleks dari trait dari berbagai macam
kategori, Trait adalah sebuah kecenderungan reaksi yang relative permanent yang
merupakan bagian dari kepribadian. Cattell berpendapat juga bahwa trait
merupakan mental structure, yaitu suatu kesimpulan yang diambil dari
tingkah laku yang dapat diamati, untuk menunjukan keajegan dan ketepatan dalam
tingkah laku.Melalui analisis factor, Cattell mengklasifikasikan beberapa trait
dalam beberapa bagian, yaitu :
- Common Traits and Unique Traits
- Surface Traits and Source Traits
- Ability Traits, Temperament Traits
- Dynamic Traits (sifat-sifat yang dinamis)
- States, roles, dan set
- Konflik dan Penyesuaian
- Dinamic Lattice
Memusatkan
perhatian pada individu dalam interaksi dengan lignkungan dekat mereka. Cattell
memberikan tekanan yang memadai pada faktor-faktor pembentuk tingkah laku yang
bersifat sosiokultural. Kehidupan sosiokultural dapat dipandang sebagai faktor
determinan yang mempengaruhi tingkah laku (kepribadian). Dalam hal ini Cattell
menggunakan istilah syntality untuk kelompok (equivalent dengan
kepribadian untuk individu.
psikologi kepribadian Islam memiliki arti bagaimana
Islam mendefinisikan kepribadian dari sudut pandang psikologis. Frame kajiannya
tetap pada studi Islam yang menelaah terhadap fenomena perilaku manusia dari
sudut pandang psikologis, sebab satu-satunya wacana yang eksis hanyalah Islam,
sementara psikologi disini hanya satu pendekatan studi dalam studi Islam.
B. Rumusan Masalah
1.
Apa yang dimaksud dengan teori faktor analisis?
2.
Sebutkan hakikat dari kepribadian !
3.
Sebutkan bagian-bagian dari perkembangan kepribadian !
4.
Apa yang dimaksud dengan konteks sosial ?
5.
Apa yang dimaksud dengan psikopatologi ?
6.
Apa Isu
penting dalam psikologi kepribadian ?
7.
Apa yang dimaksud assesment ?
8.
Bagaimana manusia menurut pandangan islam ?
9.
Apa definisi kepribadian
islam ?
10.
Apa yang dimaksud struktur
kepribadian islam ?
11.
Apa yang dimaksud dengan dinamika kepribadian islam ?
12.
Apa yang dimaksud tipologi kepribadian islam ?
C. Tujuan Penulisan Makalah
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk :
1. Mengetahui teori faktor analisis .
2. Mengetahui hakikat dari kepribadian
3. Mengetahui bagian-bagian dari perkembangan kepribadian
4. Mengetahui apa yang dimaksud dengan konteks
social
5. Mengetahui apa yang dimaksud dengan
psikopatologi
6. Mengetahui isu penting psikologi kpribadian
7. Mengetahui assessmentManusia Menurut
Pandangan Islam
8. Mengetahui
manusia menurut pandangan islam
9. Mengetahui definisi kepribadian islam
10. Mengetahui struktur kepribadian islam
11. Mengetahui dinamika kepribadian islam
12. Mengetahui tipologi kepribadian islam
BAB
II
PEMBAHASAN
1.
TEORI KEPRIBADIAN ANALISIS FAKTOR RAYMOND BERNARD CATTELL
A.
Teori Faktor Analisis
Raymond
Bernard Cattell lahir di Staffordshire, inggris pada tahun 1905 dan
menyelesaikan pendidikan di inggris. Ia mendapatkan gelar B.Sc dari Universitas
London pada tahun 1924 dalam bidang kimia, dan P.Hd dalam bidang psikologi
dibawah bimbingan Spearmandi institut yang sama pada tahun 1929.
Tujuan
Cattell dalam mempelajari kepribadian adalah memperkirakan perilaku. Subjek
penelitian Cattell adalah orang-orang normal yang kepribadiannya ia pelajari,
bukan obati atau rawat.
Cattell
mengajukan sebuah prosedur statistik, yakni Teori Analisis Faktor, yaitu sebuah
teknik statistik yang berdasar pada korelasi antara variabel pengukuran untuk
mengukur faktor umum. Jika korelasi di antara kedua variabel tinggi, maka ada
aspek-aspek yang mungkin sama dalam menyebabkan suatu tingkah laku atau
kepribadian. Misalnya, kita berasumsi bahwa ‘rasa bersalah’ dengan ‘introvert’
menjadi subjek pengukuran dalam analisis faktor dan menunjukkan korelasi yang
tinggi di antara keduanya. Maka, kita dapat menyimpulkan bahwa antara rasa
bersalah dengan perilaku intorvert memiliki faktor umum yang menyebabkan
seorang individu memiliki kepribadian tersebut.
Cattell
menyebut faktor umum ini sebagai trait, yaitu elemen kepribadian. Hanya ketika
kita mengetahui karakteristik trait seseorang lah kita bisa memperkirakan
bagaimana seseorang akan berperilaku dalam suatu situasi.
B.
Hakikat Kepribadian
- Makna Kepribadian
Cattell
percaya bahwa kita tidak dapat menentukan suatu kepribadian hingga kita mampu
menentukan seluruh konsep yang akan digunakan dalam suatu perilaku (trait).
Untuk itu, Cattell mengemukakan pendapatnya mengenai kepribadian, yaitu : “Personality
is that which permits a prediction of
what a person will do in a given situation” Maksudnya adalah,
kepribadian seseorangmampu memprediksi perilaku yang akan dilakukannya dalam
situasi tertentu. Kepribadian yang dimaksud Cattell fokus dengan seluruh bentuk
perilaku, baik luar dan dalam.
Berdasarkan
definisi tersebut, Cattell berpendapat bahwa tujuan penelitian psikologi
mengenai kepribadian adalah menetapkan hukum-hukum mengenai apa yang akan
dilakukan orang dalam berbagai situasi. Jadi kepribadian adalah persoalan
mengenai segala aktivitas individu, baik yang tampak maupun tidak tampak.
- Traits
Cattel
berpendapat bahwa kepribadian merupakan suatu bentuk struktur kompleks dari
trait dari berbagai macam kategori, Trait adalah sebuah kecenderungan reaksi
yang relative permanent yang merupakan bagian dari kepribadian. Cattell
berpendapat juga bahwa trait merupakan mental structure, yaitu
suatu kesimpulan yang diambil dari tingkah laku yang dapat diamati, untuk
menunjukan keajegan dan ketepatan dalam tingkah laku. Melalui analisis factor,
Cattell mengklasifikasikan beberapa trait dalam beberapa bagian, yaitu :
a.
Common Traits and Unique Traits
Common
trait adalah suatu
sifat atau karakter yang dimiliki oleh setiap orang dan dibedakan dalam bentuk
tingkatan. Intelligence, keterbukaan, supel, merupakan contoh dari common
trait. Setiap orang memiliki trait ini, tetapi beberapa orang memilikinya
dengan tingkatan yang lebih baik dari yang lain.
Sedangkan,
unique trait merupakan suatu sifat atau karakter yang tidak dimiliki
orang lain (dimiliki oleh sedikit individu) dimana sifat tersebut menyebabkan
suatu individu menjadi unik. Unique traits lebih kepada ketertarikan individu
terhadap sesuatu. Contohnya ada individu yang menyukai laba-laba, sedangkan
individu yang lainnya malah tidak menyukai laba-laba dan menyukai serangga
lainnya.
b.
Surface Traits and Source Traits
Surface
traits
(sifat-sifat/karakteristik permukaan) adalah kelompok variabel yang nampak,
yang dapat dilihat oleh orang lain, dan merupakan karakter kepribadian yang
terdiri dari banyak elemen-elemen yang menyusunnya secara konstan. Misalnya,
kita dapat menyimpulkan trait cheerfulness yang dimiliki seorang wanita ketika
kita secara berulang-ulang mengobservasi wanita yang senang memberi semangat
kepada orang lain, membuat nyaman orang lain, dll.
Sedangkan
source traits (sifat-sifat/karakteristik asal) adalah variabel-variabel
yang mendasari tingkah laku yang nampak, tetapi hanya dapat diketahui dengan
melalui teknik analisis faktor dan merupakan salah satu unit atau struktur dari
trait yang memengaruhi setiap perilaku individu. Source traits merupakan trait yang penting karena source
traits merupakan unit dari karakter-karakter yang membangun surface traits.
Berdasarkan asalnya, source trait dapat diklasifikasikan lagi menjadi :
ü Constitutional
traits ; karakter
yang ada disebabkan oleh kondisi biologis. Misalnya seorang yang mabuk dapat
berperilaku ceroboh, berbicara ngawur, dll
ü Environment-mold
traits ; karakter
yang didapatkan karena faktor lingkungan
melalui proses pembelajaran. Misalnya, seseorang yang bekerja sebagai
militer menunjukkan perilaku yang berbeda dengan seseorang yang bekerja sebagai
musisi jazz
- Ability Traits, Temperament Traits
Ability
traits yaitu sifat yang menentukan seberapa mampu seseorang dapat bekerja demi
sebuah tujuan. Intelligence juga merupakan salah satu contoh dari ability
traits ini, contohnya dengan tingkat intelijensi seseorang kita dapat
memperkirakan seberapa keras seseorang itu mampu mencapai tujuannya (misalnya
nilai).Selain itu, yang disebut dengan temperament traits yaitu sifat yang
dapat menggambarkan emosi dari seseorang
secara umum. Sifat ini meliputi cara individu bertingkah laku dan merespon
suatu situasi. Misalnya, ketenangan, kegugupan, santai, keberanian, dll.
- Dynamic Traits (sifat-sifat yang dinamis)
Dynamic
traits merupakan
sifat atau karakter yang mengendalikan tingkah laku seseorang dan juga berperan
dalam emosi, keinginan, maupun ketertarikan seseorang dalam suatu hal. Cattell
membagi tiga jenis dynamic traits yang pokok, yaitu attitude, ergs,
dan sentiment. Ergs berhubungan dengan drive dasar atau drive
biologis; sentiment diperoleh dari struktur attitude. Ketiga jenis dynamic
traits saling berhubungan didalam dynamic lattice, dan peranannya
didalam konflik dan adjusment.
1.
Attitude (Sikap)
Attitude
adalah konsep tentang tingkah laku spesifik sebagai respon terhadap suatu
situasi tertentu. Sikap tidak perlu diungkapkan secara verbal. Cattel mengukur
sikap dengan metode yang bervariasi. Misalnya, laki-laki yang menyukai seorang
wanita mungkin akan meningkat tekanan darahnya atau detak jantungnya jika
melihat wanita yang disukainya. Sikap kemudian berperan sebagai motivator
tingkah laku yang termasuk environmental-mold source traits.
2.
Ergs
Egrs
Adalah dorongan atau motivasi dasar bawaan yang dimiliki seseorang untuk
mencapai tujuannya. Erg berupa dorongan primer yang dimiliki sejak lahir,
seperti lapar, haus, dll. Erg sering disebut sebagai konsep diri. Misalnya, erg
of fear akan membuat seseorang mengembangkan kewaspadaannya terhadap sesuatu
yang membahayakannya.
Cattell
menetapkan 10 erg yang disusun berdasarkan penelitian analisis faktornya, yaitu
:
Hunger (lapar)
Sex
Gregarousness
(dorongan untuk berkelompok)
Parental
protectiveness (perlindungan orang tua)
Curiosity
Escafer (fear)
Pugnacity
(sifat suka bertengkar/berkelahi)
Scquistiveness
(sifat suka memiliki)
Self-assertion
(pengungkapan diri)
Narcisistic
sex(senang kepada seks diri sendiri)
3.
Sentiment
Sentimen
adalah pola terstruktur dari sikap yang memperoleh energi dari erg dan dibentuk
melalui hasil belajar. Termasuk environmental-mold source traits karena
pengaruh lingkungan berkontribusi besar dalam pembentukan kepribadian. Sentimen
merupakan sumber motivasi yang penting karena kecenderungannya mengorganisir
diri di sekitar institusi sosial yang menonjol (seperti karir, agama) atau di
sekitar orang yang penting (orang tua, pasangan)
- Dinamic Lattice
Pada
umumnya, sikap merupakan subsider bagi sentimen, dan sentimen bagi erg, yang
menjadi kekuatan pendorong dalam kepribadian, macam keterhubungan ini
dinyatakan dalam dynamic lattice.
- Konflik dan Penyesuaian
Cattell
menunjukan bahwa untuk mengetahui konflik dari kecenderungan tingkah lakuindividu,
adalah dengan cara spesifikasi equasi yang melibatkan sifat-sifat
dinamis individu, seperti erg dan sentimen dalam suatu kegiatan. Contoh
seorang laki-laki yang berminat untuk kawin. Dengan menggunakan spesifikasi equasi,
dapat digambarkan sebagai berikut :
I Marry = 0.2 E (Curiosity) + 0.6 E (sex) +
0.4 E (gregariousness) + 0.3 E (fear) + 0.3 M (parents) – 0.4 M (career) + 0.5
(self).
E = egr
M = sentiment
- States, roles, dan set
Pola-pola
tertentu dalam maju mundurnya kepribadian dipengaruhi juga oleh faktor-faktor :
mood states change (perubahansuasana hati), a person steosinto out a
particular role (tahapan perubahan peranan individu), dan momentary
mental sets (set mental sesaat) yang disesuaikan dengan aspek-aspek
lingkungan.
Semua
faktor tersebut mempengaruhi tingkah laku, oleh karena itufaktor tersebut harus
dilibatkan dalam spesifikasi equasi. Dengan demikian untuk menjelaskan prilaku
(behavior) individu melalui spesifikasi equasi adalah sebagai berikut:
B = a (abiliy) + T (temperament) + e (egr)
+ es (sentoment) + st (state) + r (role) + s (set)
C.
Perkembangan Kepribadian
Menurut
Raymond Cattell, perkembangan kepribadian manusia dibagi menjadi empat menurut
factor penyebabnya, yaitu:
- Tahapan Perkembangan
- Infancy
Masa
infancy dimulai sejak lahir hingga umur 6 tahun (0-6 tahun). Menurut Cattell,
pada usia 0-6 tahun merupakan periode terpenting dalam perkembangan
kepribadian. Pada tahap ini, anak sangat dipengaruhi oleh orang tua dan
saudara-saudara di sekitarnya, dan melalui pengalaman bagaimana anak memperoleh
makanan dan pengalaman bagaimana anak menjalani proses toilet training. Cattel
bukanlah seorang pengikut Freud, tetapi ia setuju dengan ide Freud yang
mengatakan bahwa tahun-tahun di awal kehidupan sangat penting dalam membentuk
kepribadian, termasuk masalah oral dan anal yang dapat memengaruhi pembentukan
kepribadian.
Beberapa
perilaku sosial terbentuk dari:
Ego dan
superego ; perkembangan emosi anak pada masa ini cenderung meledak-ledak
(tempertantum)
Perasaan aman
atau tidak aman ; kepercayaan anak terhadap lingkungan sekitar dan orang-orang
terdekat yang sangat dibutuhkan anak di awal kehidupan. Seperti pada saat bayi,
agen sosial pada masa ini adalah ibu dan pengganti ibu (orang-orang terdekat
yang memahami kebutuhan bayi sehingga bayi merasa aman dan nyaman dengan orang
tersebut, misalnya baby sitter, nenek, dll)
Kecenderungan
untuk menjadi pribadi yang mudah memiliki emosi negative (neuroticism)
Sikap terhadap
otoritas diri ; ketika anak mulai melakukan hal-hal yang bisa dilakukannya
sendiri maka akan terbentuk otoritas diri, apakah ia memutuskan menjadi anak
yang mandiri atau bergantung pada orang tuanya
- Childhood
Masa
kanak-kanak (childhood) dimulai sejak umur 6-14 tahun. Tahap ini sering disebut
periode konsolidasi dikarenakan pada masa ini hanya sedikit saja masalah
psikologis yang dialami, tidak sekritis pada masa sebelumnya. Tahapan ini
ditandai dengan dimulainya kemandirian dan ingin bebas dari orang tuanya
seiring meningkatnya identifikasi dengan kelompok sosial atau pertemanan.
- Adolescence
Tahap
kanak-kanak diikuti oleh tahap perkembangan kepribadian yang bermasalah dan
penuh dengan tekanan (stressful), yaitu tahap remaja di antara 14-23 tahun.
Gangguan mood dan pelanggaran meningkat pada periode ini. Konflik yang dialami
pada umumnya seputar kemandirian, jati diri, dan seks.
- Maturity
Pada
tahap dewasa awal, 23-50 tahun, pada umumnya merupakan periode kepuasan dan
produktivitas karir individu, pernikahan, dan keluarga. Perkembangan
kepribadian menjadi lebih stabil daripada tahap sebelumnya, begitu pula secara
emosional. Tidak banyak perubahan minat dan perilaku selama tahap ini.
- Late Maturity
Pada
tahap dewasa akhir ini (50-65 tahun) meliputi perkembangan kepribadian dalam
merespon perubahan fisik, sosial, dan psikologis. Secara fisik, terjadi
penurunan setelah umur 50 tahun. Biasanya pada tahap ini, individu menilai
kembali jati dirinya selama ini dan mencoba memperbaikinya untuk menjadi
pribadi baru.
- Old Age
Masa
ini dimulai pada usia 65 tahun ke atas. Penyesuaian diri terhadap kehilangan
orang-orang terdekat seiring dengan aspek religiusitas yang semakin meningkat,
pensiun kerja, kesepian yang mendalam, dan perasaan tidak aman adalah konflik
utama pada masa ini. Individu pada masa ini biasanya sering membicarakan kembali
masa-masa yang telah dilaluinya. Bahkan terkadang, cara pikir individu pada
masa ini terlihat seperti masa kanak-kanak.
- Nature vs Nurture
Di
antara pakar kepribadian, Cattell merupakan tokoh dengan perhatian besar
terhadap pengaruh relative dari keturunan dan lingkungan dalam pembentukan
kepribadian. Salah satu metode yang dilakukan Cattell adalah MAVA (Multiple
Abstract Variance Analysis). Cattell membandingkan persamaan antara orang
kembar yang diasuh di satu keluarga, orang kembar yang diasuh keluarga berbeda,
saudara kandung tidak kembar yang diasuh di satu keluarga, dan saudara kandung
tidak kembar yang diasuh keluarga berbeda.
Penelitian
ini bertujuan untuk mencari tahu seberapa besar perbedaan trait yang
dipengaruhi lingkungan dan keturunan. Berdasarkan hasil penelitian, Cattell
menunjukkan pentingnya peran keturunan pada beberapa trait. Misalnya, data
penelitian menunjukkan pengaruh keturunan terhadap kecerdasan ± 80%, malu-malu
±80%,dan kepuasan emosional ±30%.
Salah
satu hasil penelitian yang menarik adalah ditemukannya banyak korelasi negative
antara factor keturunan dan lingkungan. Banyak orang tua mengharapkan anak yang
cerdas dan mendapatkan pendidikan baik ternyata yang terjadi justru sebaliknya.
Dalam hal ini, ada kecenderungan lingkungan memaksa factor keturunan untuk
berubah atau menyesuaikan diri. Gejala ini disebt dengan Law of Coercion to
Biosocial Mean (Hukum Pemaksaan Rataan Sosial).
Cattell
juga menyatakan bahwa 1/3 bagian kepribadian dipengaruhi oleh keturunan.
Sementara 2/3 bagian kepribadian dipengaruhi oleh lingkungan.
- Kecemasan
Cattell
menekankan pentingnya kecemasan sebagai aspek perkembangan kepribadian individu
karena bahaya dampaknya terhadap fungsi fisik dan mental. Menurutnya, kecemasan
bisa berfungsi ganda, sebagai suatu keadaan ataupun sifat dari kepribadian.
Orang mengalami berbagai tingkat kecemasan sebagai dampak keadaan yang
mengancam dan menekan, maka orang itu berada dalam keadaan cemas. Di sisi lain,
ada orang yang terus menerus kronis cemas, yang berarti cemas telah menjadi
bagian dari kepribadiannya. Cattell mengidentifikasi kecemasan ternyata
digunakan untuk menggambarkan sekurang-kurangnya lima jenis perasaan lain.
Orang yang cemas kronis, perasaan cemasnya menyebabkan ia mudah curiga,
khawatir, tidak mampu membentuk konsep diri, tegang, dan kegembiraan
berlebihan.
- Learning
Menurut
Cattell, ada tiga jenis belajar untuk tujuan pengembangan kepribadian, yaitu :
Classical
Conditioning (Asosiasi sederhanan dari kognisi yang simultan) ; Merupakan
pondasi dasar yang sangat penting bagi cara belajar yang lain,. Secara khusus
digunakan untuk mengaitkan respon emosional dengan isyarat lingkungan.
Misalnya, seorang bayi akan belajar bahwa kemunculan ibunya akan diiringi
dengan perasaan nyaman dan aman
Instrumental
Conditioning (Asosiasi berbagai kegiatan dengan tujuan tertentu) ; Individu
belajar untuk mencapai kepuasan terhadap tujuannya melalui kegiatan ataupun
tingkah laku. Misalnya, seorang anak akan menangis terus-menerus agar ibunya
berhenti menghukumnya
Integration
Learning ; Individu akan belajar untuk memaksimalkan kepuasan jangka panjang
dengan memilih perilaku tertentu untuk diekspresikan dan perilaku lainnya untuk
ditahan atau disublimasi. Belajar terintegrasi ini lebih membentuk individu
untuk lebih mengaktifkan superego-nya. Misalnya, seseorang akan belajar menekan
perilaku kebebasannya dan lebih memilih
mengekspresikan cinta dan perlindungan dari orang tua
D.
Konteks Sosial
Memusatkan
perhatian pada individu dalam interaksi dengan lignkungan dekat mereka. Cattell
memberikan tekanan yang memadai pada faktor-faktor pembentuk tingkah laku yang
bersifat sosiokultural. Kehidupan sosiokultural dapat dipandang sebagai faktor
determinan yang mempengaruhi tingkah laku (kepribadian). Dalam hal ini Cattell
menggunakan istilah syntality untuk kelompok (equivalent dengan
kepribadian untuk individu.
Ada
banyak peranan sosial yang dapat berperan sebagai sumber yang membentuk atau
mempengaruhi kepribadian namun yang peling penting ialah keluarga. Disamping
sumber pengaruh utama ini, ada pun pranata-pranata lain yang peranannya patut
dipertimbangkan, seperti pekerjaan, sekolah,kelompok sebaya, agama, partai
politk,dan bangsa. Ternyata analisis faktor memainkan peranan yang sama
menentukannya dalam mendeskripsikan kepribadian individu.
E.
psikopatologi
Psikopatologi
adalah studi tentang penyakit mental, tekanan mental, dan abnormal/perilaku
maladaptif. Istilah ini paling sering digunakan dalam psikiatri dimana patologi
mengacu pada proses penyakit. Psikologi abnormal adalah istilah yang sama
digunakan lebih sering di bidang psikologis non-medis.
Cattell
mempercayai bahwa individu yang mengalami penyakit mental, tekanan mental,
abnormal/perilaku maladaptif, dll, adalah sama dengan individu normal lainnya.
Hanya, pada keadaan tertentu, mereka memiliki sifat-sifat abnormal atau
perilaku maladaptif tersebut.
Cattell
mengusulkan dua bentuk psikopatologi, yaitu :
Ketidakseimbangan fungsi factor umum ; factor-faktor umum yang
telah dikemukakan sebelumnya pada The 16 PF Questionnaire berjalan tidak
sebagaimana mestinya. Misalnya, jika factor A tidak berfungsi sebagaimana
mestinya, maka akan mengakibatkan manic depressive, yaitu kondisi mood yang
dapat berubah secara ekstrim dan tidak menentu
Sifat patologis sebagai factor terpisah ; ciri-cirinya tidak
termasuk di dalam factor umum pada The 16PF Questionnaire. 7 ciri yang diawali
huruf D merupakan ciri abnormalitas yang dicirikan sebagai depresi.
F.
Isu Penting Dalam Psikologi Kepribadian
Definisi
Cattell mengenai kepribadian menunjukkan pandangannya terhadap human nature.
Perilaku yang akan diperkirakan harus berlandaskan hukum dan sah. Perkiraan
akan sulit tanpa keteraturan dan konsistensi pada kepribadian.
- Past vs Present
Apa
factor yang lebih dominant yang membentuk kepribadian, masa lalu atau masa
kini? Cattell mencatat dalam penelitiannya, seringkali/biasanya pasangan dapat
memprediksi dengan akurat apa yang akan pasangannya lakukan pada suatu situasi
tertentu. Hal itu dikarenakan mereka telah bersama secara konsisten sehingga
mampu mempelajari perilaku-perilaku tertentu di masa lalu yang dapat
memprediksi perilaku-perilaku serupa di masa depan. Namun spontanitas dalam perilaku mungkin saja
terjadi. Oleh karena itu, Cattell menganggap pengaruh masa lalu dan masa kini
sama kuatnya.
- Free will vs Determinism
Apa
factor yang lebih dominant yang membentuk kepribadian, kemampuan individu
mengontrol perilakunya sendiri dan memahami motivasi dari perilaku tersebut (determinism)
atau pada dasarnya perilaku individu ditentukan oleh kekuatan lain yang tidak
dapat dikontrol (free)? Menurut Cattell, individu mampu mengontrol perilakunya
sendiri dan memahami motivasi dari perilaku tersebut melalui proses belajar.
Individu mengetahui perilaku apa yang akan ditampilkannya di situasi tertentu
dari pembelajaran perilaku sebelumnya. Bagi Cattell, spontanitas memiliki
kemungkinan kecil dalam membentuk perilaku.
- Nature vs Nurture
Cattell
menerima pengaruh keturunan dan lingkungan terhadap kepribadian. Namun
berdasarkan hasil penelitian yang Cattell lakukan, pengaruh lingkungan lebih
besar membentuk kepribadian dibandingkan pengaruh keturunan.
- Uniqueness vs Universality
Cattell
memandang keduanya sebagai faktor yang seimbang. Menurut Cattell, setiap
individu memiliki keunikan tersendiri. Namun keunikan itu dianggap sebagai hal
yang universal karena keunikan-keunikan itu umum dan dimiliki setiap manusia
walaupun keunikan yang dimiliki masing-masing individu adalah berbeda.
Ke-universal-an keunikan inilah yang membuat hal unik diterima pada sebuah
kebudayaan.
- Equilibrum vs Growth
Cattell
memandang seimbang pada factor keseimbangan dan keinginan tumbuh kembang.
Menurut Cattell, motivasi manusia dalam melakukan tindakan biasanya didasari oleh
kesenangan dan hal lain yang bertujuan untuk menjaga keseimbangan dalam hidup
atau agar semua berjalan sebagaimana mestinya. Namun di samping itu, manusia
juga memiliki motivasi yang sama kuat untuk tumbuh dan mengembangkan dirinya
menjadi pribadi yang lebih baik.
- Optimisme vs Pessimisme
Pandangan
Cattell terhadap human nature menjadi semakin jelas karena ia memiliki
pengalaman di masa lalunya. Di masa kecilnya, Cattell sangat optimis bahwa kita
memiliki kemampuan untuk menyelesaikan masalah di masyarakat. Ia memprediksi
bahwa kita akan mendapat pengetahuan yang lebih baik dan mengontrol lingkungan
kita.
G.
Assesment
Cattell
memperkirakan kepribadian secara objektif melalui tiga metode primer, yaitu :
v L-data adalah
teknik dimana peneliti meliput kehidupan subjek secara langsung di kehidupan
sehari-hari. Poin penting tentang L-data adalah perilaku yang diamati dapat
berupa perilaku yang dilihat peneliti dan perilaku yang terjadi secara natural
atau dapat juga dilakukan melalui penilaian orang lain yang mengenal dekat
subjek yang sedang diamati
v Q-data adalah
teknik dimana subjek yang diamati mengisi kuesioner, menilai perilaku dan
karakternya sendiri dengan mengisi lembar kuesioner yang telah disusun oleh
peneliti. Ada beberapa kelemahan dari Q-data, yaitu 1) Subjek penelitian
mungkin memiliki batas self-awareness sehingga jawaban mereka tidak akurat
merefleksikan keadaan natural kepribadian mereka, 2) Bahkan walaupun subjek
mengenal dirinya dengan sangat baik, mungkin mereka tidak ingin peneliti
mengetahuinya sehingga dengan sengaja menyalahkan jawaban mereka
v T-data adalah
teknik dimana informasi mengenai kepribadian subjek diperoleh melalui tes
sehingga tidak terjadi subjektivitas yang sering terjadi pada Q-data
A.
Manusia Menurut Pandangan Islam
Allah SWT menciptakan struktur kepribadian manusia
dalam bentuk potensial. Struktur itu tidak secara otomatis bernilai baik
ataupun buruk, sebelum manusia berusaha mengaktualisasikan. Aktualisasi
struktur sangat tergantung pada pilihan manusia, yang mana pilihannya itu akan
dimintai pertanggungjawaban diakhirat kelak. Upaya manusia untuk memilih dan
mengaktualisasikan potensi itu memiliki dinamika proses, seiring dengan variabel-variabel
yang mempengaruhi.
1. Manusia Adalah Makhluk Allah
Keberadaan manusia di dunia ini bukan kemauan sendiri,
atau hasil proses evolusi alami, melainkan kehendak Yang Maha Kuasa, Allah
Robbul ‘Alamin. Dengan demikian, manusia dalam hidupnya mempunyai
ketergantungan (dependent) kepada-Nya. Manusia tidak bisa lepas dari
ketentuan-Nya. Sebagai makhluk, manusia berada dalam posisi lemah (terbatas),
dalam arti tidak bisa menolak, menentang, atau merekayasa yang sudah
dipastikan-Nya.
Dalam Al-Qur’an, Surat at-Tin: 4, Allah SWT berfirman:
Dalam Al-Qur’an, Surat at-Tin: 4, Allah SWT berfirman:
“sungguh kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang
sangat baik (sempurna)”.
Manusia adalah makhluk Allah, ciptaan Allah, dan
secara kodrati merupakan makhluk beragama atau pengabdi Allah, seperti
tercermin dalam sabda Nabi Muhammad SAW sebagai berikut.
“Setiap
anak dilahirkan dalam keadaan fitrah, kedua orang tuanyalah yang menjadikannya
Yahudi, Nasrani, atau Majusi” (H.R. Muslim).
2. Manusia Adalah Khalifah di Muka Bumi
Hal ini berarti, manusia berdasarkan fitrahnya adalah
makhluk sosial yang bersifat altruis (mementingkan/membantu orang lain).
Menilik fitrahnya ini, manusia memiliki potensi atau kemampuan untuk
bersosialisasi, berinteraksi sosial secara positif dan konstruktif dengan orang
lain atau lingkungannya. Sebagai khalifah manusia mengemban amanah, atau
tanggung jawab (responsibility) untuk berinisiatif dan berpartisipasi aktif
dalam menciptakan tatanan kehidupan masyarakat yang nyaman dan sejahtera; dan
berupaya mencegah (preventif) terjadinya pelecehan nilai-nilai kemanusiaan dan
perusakan lingkungan hidup (regional-global).
Dalam Surat Al-Baqarah: 30 difirmankan sebagai
berikut:
“Dan ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat sesungguhnya aku menciptakan khalifah di muka bumi”.
“Dan ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat sesungguhnya aku menciptakan khalifah di muka bumi”.
3. Manusia adalah Makhluk yang Mempunyai Fitrah Beragama
Melalui
fitrahnya ini manusia mempunyai kemampuan untuk menerima nilai-nilai kebenaran
yang bersumber dari agama, dan sekaligus menjadikan kebenaran agama itu sebagai
tolak ukur atau rujukan perilakunya.
Allah SWT berfirman: “.......bukanlah Aku ini Tuhanmu?
Mereka menjawab, ya kami bersaksi bahwa Engkau adalah Tuhan kami”. (Al-‘Araf:
172).
4. Manusia Berpotensi Baik (Takwa) dan Buruk (Fujur)
Manusia dalam hidupnya mempunyai dua kecenderungan
atau arah perkembangan, yaitu takwa, sifat positif (beriman dan beramal shaleh)
dan yang fujur, sifat negatif (musyrik, kufur, dan berbuat
ma’syiat/jahat/buruk/dzalim). Dua kutub kekuatan ini, saling mempengaruhi.
Kutub pertama mendorong individu untuk berperilaku yang normatif (merujuk
nilai-nilai kebenaran), dan Kutub lain mendorong individu untuk berperilaku
secar inpulsif (dorongan naluriah, instinktif, hawa nafsu).
Dalam Surat Asy-Syamsu: 8-10, difirmankan:
“Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa manusia sifat
fujur dan takwa. Sungguh bahagia orang yang mensucikan jiwanya, dan sungguh
celaka orang yang mengotori jiwanya”.
5. Manusia Memiliki Kebebasan Memilih (Free Choice)
Dalam surat Ar-Ra’du: 11, Allah berfirman:
“
Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah apa yang dimiliki (termasuk dirinya)
suatu kaum, sehingga mereka sendiri mengubah (berinisiatif merekayasa) dirinya
sendiri”.
Manusia diberi kebebasan untuk memilih kehidupannya,
apakah mau beriman atau kufur kepada Allah. Apakah manusia akan memilih jalan
hidup yang sesuai dengan ajaran agama atau memperturutkan hawa nafsunya. Dalam
hal ini, manusia mempunyai kemampuan untuk berupaya menyelaraskan arah
perkembangan dirinya dengan tuntutan normatif, nilai-nilai kebenaran, yang
dapat memberikan kontribusi atau nilai manfaat bagi kesejahteraan umat manusia.
B.
Definisi Kepribadian Islam
1. Makna Etimologi Kepribadian Islam
Personality berasal dari kata “person” yang secara
bahasa memiliki arti: (1) an individual human being (sosok manusia sebagai
individu); (2) a common individual (individu secara umum); (3) a living human
body (orang yang hidup); (4) self (pribadi); personal existence or identity
(eksistensi atau identitas pribadi); dan (6) distinctive personal character (kekhususan
karakter individu).
Sedangkan dalam bahasa Arab , pengertian etimologis
kepribadian dapat dilihat dari pengertian dari term-term pandangannya. Seperti
huwiyah, aniyah, dzattiyah, nafsiyyah, khuluqiyyah, dan syakhshiyyah sendiri.
Masing-masing term ini meskipun memiliki kemiripan makna dengan kata
syakhshiyyah, tetapi memiliki keunikan tersendiri.
2. Makna Terminologi Kepribadian Islam
Pengertian kepribadian dari sudut terminologi memiliki
banyak definisi, karena hal itu berkaitan dengan konsep-konsep empiris dan
filosofis tertentu yang merupakan bagian dari teori kepribadian. Konsep-konsep
empiris dan filosofis disini meliputi dasar-dasar pemikiran mengenai wawasan,
landasan, fungsi-fungsi, tujuan, ruang lingkup, dan metodologi yang dipakai
rumus
Dengan meminjam definisi Allport, kepribadian secara
sederhana dapat dirumuskan dengan definisi “what a man really is” (manusian
sebagai mana adanya). Maksudnya, manusia sebagaimana sunnah atau kodratnya,
yang telah ditetapkan oleh Tuhan.
Jadi,
dari sudut tingkatnya maka kepribadain itu merupakan integrasi dari aspek-aspek
supra-kesadaran (KeTuhanan), kesadaran (kemanusiaan), dan pra—atau bawah
kesadaran (kebinatangan). Sedang dari sudut fungsinya, kepribadain merupakan
integrasi dari daya-daya emosi, kognisi, dan konasi, yang terwujud dalam
tingkah laku luar (berjalan, berbicara, dsb) maupun tingkah laku dalam
(pikiran, perasaan, dsb).
3. Makna Psikologi Kepribadian Islam
Perumusan makna psikologi kepribadian Islam memiliki
arti bagaimana Islam mendefinisikan kepribadian dari sudut pandang psikologis.
Frame kajiannya tetap pada studi Islam yang menelaah terhadap fenomena perilaku
manusia dari sudut pandang psikologis, sebab satu-satunya wacana yang eksis
hanyalah Islam, sementara psikologi disini hanya satu pendekatan studi dalam
studi Islam.
Berdasarkan
pengertian kepribadian di atas maka yang dimaksud dengan Psikologi Kepribadain
Islam adalah “studi Islam yang berhubungan dengan tingkah laku manusia
berdasarkan pendekatan psikologis dalam relasinya dengan alam, sesamanya, dan
kepada sang Khalik-Nya agar dapat meningkatkan kualitas hidup di dunia dan
akhirat.” Rumusan
tersebut memiliki lima kompenen dasar yakni sebagai berikut.
Pertama, Studi Islam. Psikologi Kepribadian Islam
merupakan salah satu kajian dalam studi keislaman, bukan bagian dari studi
(atau cabang) psikologi. Sebagai disiplin ilmu keislaman, ia memiliki kedudukan
yang sama dengan disiplin keislaman yang lain, seperti teologi Islam, hukum
Islam, ekonomi Islam, kebudayaan Islam, polotik Islam, dan sebaginya.
Kedua, yang berhubungan dengan tingkah laku, manusia.
Psikologi Kepribadain Islam mempelajari tingkah laku manusia. Dalam bentuk
potensial, seluruh tingkah laku manusiatelah memilki takdir atau sunnatullah
yang ditetapkan oleh Tuhan, meskipun takdir yang dimaksud memiliki banyak
pilihan. Namun dalam bentuk aktual, manusia diberi kebebasan untuk
mengekspresikannya, sehingga menimbulkan dinamika tingkah laku
Ketiga, berdasarkan pendekatan psikolohid. Studi
tentang kepribadian dapat didekati dengan beberapa pendekatan, misalnya
filsafat, psikologi, antropologi, dan sebagainya. Psikologi Kepribadain Islam
merupaka\n studi kepribadain Islam yang dipandang dari sudut psikologi. Studi
ini setidak-tidaknya menggambarkan apa dan bagaimana tingkah laku manusia
menurut pandangan Islam yang ditimbulkan dari jiwanya.
Kempat, dalam relasinya dengan alam, sesamanya, dan
kepada Sang Khalik. Psikologi Kepribadain Islam mengkaji tingkah laku manusia
dengan berpijak pada fungsi kehidupan manusia. Manusia adalah sebagai
mandataris Sang Khalik untuk menjadai khalifah dimuka bumi. Dalam bertingkah
laku, manusia selain diberi potensi fitrah, juga memiliki relasi sesamanya dan
dikaruniai alam dan isinya untuk dikelola yang baik ibadah, baik berkaitandengan
Tuhan, diri sendiri, sesamana.
Kelima, untuk meningkatkan kebahagiaan hidup didunia
dan akhirat. Psikologi kepribadian Islam syarat akan nilai, yang dapat
menghantarkan kebahagiaan hidup manusia. Kebahagian yang dimaksud tidak
terbatas pada kebahagiaan duniawi yang sifatnya temporer dan semu, tetapi juga
kebahgiaan ukhrowi yang sifatnya abadi dan hakiki.
SKEMA
Kepribadian dalam Psikologi Islam
C.
Struktur Kepribadian Islam
Struktur kepribadian yang dimaksudkan disini adalah
aspek-aspek atau elemen-elemen yang terdapat pada diri manusia yang karenanya
kepribadiaannya terbentuk. Pemilihan aspek ini mengikuti pola yang dikemukakan
oleh Khayr al-Din al-Zarkali. Menurut al-Zarkali, bahwa studi tentang diri
manusia dapat dlihat melalui tiga sudut, yaitu:
1. Jasad (fisik); apa dan bagaimana organisme dan
sifat-sifat uniknya;
2. Jiwa (psikis); apa dan bagaimana hakikat dan
sifat-sifat uniknya; dan
3. Jasad dan jiwa (psikofisik); berupa akhlak,
perbuatan, dan sebagainya.
Ketiga kondisi tersebut dalam terminologi islam lebih
dikenal dengan term al-jasad, al-ruh, dan al-nafs. Jasad merupakan aspek
biologis atau fisik manusia, ruh merupakan aspek psikologis atau psikis
manusia, sedang nafs merupakan aspek psikofisik manusia yang merupakan sinergi
antara jasad dan ruh.
1. Struktur Jisim
1. Struktur Jisim
Jisim adalah aspek diri manusia yang terdiri atas
struktur organisme fisik. Organisme fisik manusia lebih sempurna dibanding
dengan organisme fisik makhluk-makhluk lain. Pada aspek ini, proses penciptaan
manusia memiliki kesamaan dengan hewan ataupun tumbuhan, sebab semuanya
termasuk bagian dari alam fisikal. Setiap biotik-lahiriah memiliki unsur
materiah yang sama, yakni terbuat dari unsur tanah, api, udara dan air
Firman Allah SWT dalam Q.S. Al-Tin [95]: 4 disebutkan: Sesungguhnya kami
telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya.
2. Struktur Ruh
2. Struktur Ruh
Keunikan esensial psikologi kepribadian islam dengan
psikologi kepribadian yang lain adalah masalah strutur ruh. Karena ruh, seluruh
bangunan kepribadian manusia dalam islamm menjadi khas. Ruh merupakan substansi
(jawhar) psikologis manusia yang menjadi esensi keberadaannya, baik di dunia
ataupun di akhirat.
3. Struktur Nafs
Ahli
jiwa falsafi-tasawufi mengungkap tiga
daya yang terdapat pada jiwa manusia, yaitu kognisi, konasi, dan emosi. Pendapat terakhir ini lebih relevan untuk
diskursus psikologi, walaupun diperlukan modifikasi sebagian term-termnya tanpa
mengubah esensinya. Dengan begitu maka pembagian nafsani manusia adalah:
a. Daya qalb yang berhubungan dengan emosi (rasa) yang
berhubungan dengan aspek-aspek afektif;
b. Daya ‘aqal yang berhubungan dengan kognisi (cipta)
(kognitif) yang berhubungan dengan aspek-aspek kognitif;
c. Daya hawa nafs yang berhubungan dengan konasi (karsa)
yang berhubungan dengan aspek-aspek psikomotorik.
D.
Dinamika Kepribadian Islam
Manusia dalam konsepsi kepribadain Islam merupakan
makhluk mulia yang memiliki struktur kompleks. Banyak diantara psikolog
kepribadain Barat, khususnya aliran behavioristik, kurang memperhatikan
substansi jiwa manusia. Manusia hanya dipandang dari sudut jasmaniah saja yang
melibatkan penelitian yang dilakukan seputar masalah lahiriah.
Oleh karena itu, pemahaman kepribadian manusia tidak
hanya tertumpu pada struktur jasmani melainkan harus juga meliputi struktur
ruh. Lebih jauh konsep yang berkembang dari psikologi pada umumnya manafikkan
hal yang berbau metafisik, transendental, dan spiritualitas.
Dinamika kepribadain Islam dibagi menjadi:
1. Dinamika struktur jasmani
Struktur jasmani merupakan aspek biologis dari
struktur kepribadian manusia. Aspek ini tercipta bukan dipersiapkan untuk
membentuk tingkah laku tersendiri, melainkah sebagai wadah atau tempat singgah
struktur ruh. Kedirian dan kesendirian struktur jasmani tidak akan mampu
membentuk suatu tingkah laku lahiriah, apalagi tingkah laku batiniah.
Struktur jasmani memiliki daya atau energi yang
mengembangkan proses fisiknya. Energi ini lazimnya disebut dengan daya hidup.
Daya hidup kendatipun sifatnya abstrak, tetapi ia belum mampu menggerakkan
suatu tingkah laku.
2. Dinamika struktur ruhani
Struktur ruhani merupakan aspek psikologis dari
struktur kepribadian manusia. Aspek ini tercipta dari Amar Allah yang sifatnya
ghaib. Ia diciptakan untuk jadi substansi sekaligus esensi kepribadian manusia.
Eksistensinya tidak hanya dialam imateri, tetapi juga dialam materi (setelah
bergabung dengan fisik), sehingga ia lebih dulu dan lebih abadi adanya.
3. Dinamika Struktur Nafsani
Struktur nafsani merupakan struktur psikofisik dari
kepribadian manusia. Struktur ini diciptaakn untuk mengaktualisasikan semua
rencana dan perjanjian Allah SWT, kepada manusia dialam arwah. Aktualisasi itu
berwujud tingkah laku atau kepribadain. Struktur nafsani tidak sama dengan
sruktur jiwa sebagai mana yang difahami dalam psikologi Barat.
E.
Tipologi Kepribadian Islam
Tipologi kepribadian dalam islam yang bersumber dari
Al-Qur’an dan Al-Sunnah banyak ragamnya. Keragaman itu disebabkan sudut pandang
dalam melihat dan negklarifikasi ayat atau hadits Nabi SAW tentang kepribadian.
Kepribadian Islam dibagi menjadi:
1. Tipe Mukmin
Yaitu mereka yang beriman atau percaya kepada yang
ghaib seperti (Allah, malaikat, dan ruh) menunaikan shalat, menafkahkan
rezekinya kepada fakir miskin dan yatim piatu, beriman kepada kitab Allah, dan
beriman kepada hari akhir.
2. Tipe Kafir
Yaitu mereka yang ingkar terhhadapp hal-hal yang
dipercayai sebagai seorang mukmin. Tipe seperti ini digambarkan sebagai tipe
yang sesat karena terkunci hati, pendengaran dan penglihatannya dalam masalah
kebenarannya
3. Tipe Munafik
Yaitu mereka yang beriman kepada Allah SWT dan hari
akhir, tetapi imannya hanya di mulut belaka, senantiasa hatinya ingkar. Mereka
ingin menipu Allah dan orang mukmin, walaupun sebenarnya ia menipu dirinya
sendiri, sedang mereka tidak sadar.
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Tujuan
Cattell dalam mempelajari kepribadian adalah memperkirakan perilaku. Subjek
penelitian Cattell adalah orang-orang normal yang kepribadiannya ia pelajari,
bukan obati atau rawat. Cattell mengajukan sebuah prosedur statistik, yakni
Teori Analisis Faktor, yaitu sebuah teknik statistik yang berdasar pada
korelasi antara variabel pengukuran untuk mengukur faktor umum Cattell menyebut
faktor umum ini sebagai trait, yaitu elemen kepribadian. Hanya ketika kita
mengetahui karakteristik trait seseorang lah kita bisa memperkirakan bagaimana
seseorang akan berperilaku dalam suatu situasi.
Cattel
berpendapat bahwa kepribadian merupakan suatu bentuk struktur kompleks dari
trait dari berbagai macam kategori, Trait adalah sebuah kecenderungan reaksi
yang relative permanent yang merupakan bagian dari kepribadian.
Pengertian kepribadian dari sudut terminologi memiliki
banyak definisi, karena hal itu berkaitan dengan konsep-konsep empiris dan
filosofis tertentu yang merupakan bagian dari teori kepribadian. Konsep-konsep
empiris dan filosofis disini meliputi dasar-dasar pemikiran mengenai wawasan,
landasan, fungsi-fungsi, tujuan, ruang lingkup, dan metodologi yang dipakai
rumus
Perumusan makna psikologi kepribadian Islam memiliki
arti bagaimana Islam mendefinisikan kepribadian dari sudut pandang psikologis.
Frame kajiannya tetap pada studi Islam yang menelaah terhadap fenomena perilaku
manusia dari sudut pandang psikologis, sebab satu-satunya wacana yang eksis
hanyalah Islam, sementara psikologi disini hanya satu pendekatan studi dalam
studi Islam.
Psikologi
Kepribadain Islam adalah “studi Islam yang berhubungan dengan tingkah laku
manusia berdasarkan pendekatan psikologis dalam relasinya dengan alam,
sesamanya, dan kepada sang Khalik-Nya agar dapat meningkatkan kualitas hidup di
dunia dan akhirat.” Rumusan tersebut memiliki lima kompenen dasar.
Ruswandi
Uus, dan Badrudin, Pengembangan Kepribadian Guru, Bandung: CV. Insan
Mandiri, 2010
0 Response to "Makalah Kepribadian teori faktor analisis"
Post a Comment