Makalah Kepribadian teori faktor analisis

BAB I
PENDAHULUAN


A.    Latar Belakang
Kepribadian merupakan suatu bentuk struktur kompleks dari trait dari berbagai macam kategori, Trait adalah sebuah kecenderungan reaksi yang relative permanent yang merupakan bagian dari kepribadian. Cattell berpendapat juga bahwa trait merupakan mental structure, yaitu suatu kesimpulan yang diambil dari tingkah laku yang dapat diamati, untuk menunjukan keajegan dan ketepatan dalam tingkah laku.Melalui analisis factor, Cattell mengklasifikasikan beberapa trait dalam beberapa bagian, yaitu :
  1. Common Traits and Unique Traits
  2. Surface Traits and Source Traits
  3. Ability Traits, Temperament Traits
  4. Dynamic Traits (sifat-sifat yang dinamis)
  5. States, roles, dan set
  6. Konflik dan Penyesuaian
  7. Dinamic Lattice
Memusatkan perhatian pada individu dalam interaksi dengan lignkungan dekat mereka. Cattell memberikan tekanan yang memadai pada faktor-faktor pembentuk tingkah laku yang bersifat sosiokultural. Kehidupan sosiokultural dapat dipandang sebagai faktor determinan yang mempengaruhi tingkah laku (kepribadian). Dalam hal ini Cattell menggunakan istilah syntality untuk kelompok (equivalent dengan kepribadian untuk individu.
psikologi kepribadian Islam memiliki arti bagaimana Islam mendefinisikan kepribadian dari sudut pandang psikologis. Frame kajiannya tetap pada studi Islam yang menelaah terhadap fenomena perilaku manusia dari sudut pandang psikologis, sebab satu-satunya wacana yang eksis hanyalah Islam, sementara psikologi disini hanya satu pendekatan studi dalam studi Islam.


B.     Rumusan Masalah
1.      Apa yang dimaksud dengan teori faktor analisis?
2.      Sebutkan hakikat dari kepribadian !
3.      Sebutkan bagian-bagian dari perkembangan kepribadian !
4.      Apa yang dimaksud dengan konteks sosial ?
5.      Apa yang dimaksud dengan psikopatologi ?
6.      Apa Isu penting dalam psikologi kepribadian ?
7.      Apa yang dimaksud assesment ?
8.      Bagaimana manusia menurut pandangan islam ?
9.      Apa  definisi kepribadian islam ?
10.  Apa  yang dimaksud struktur kepribadian islam ?
11.  Apa yang dimaksud dengan dinamika kepribadian islam ?
12.  Apa yang dimaksud tipologi kepribadian islam ?

C.    Tujuan Penulisan Makalah
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk :
1.      Mengetahui teori faktor analisis .
2.      Mengetahui hakikat dari kepribadian
3.      Mengetahui bagian-bagian dari perkembangan kepribadian
4.      Mengetahui apa yang dimaksud dengan konteks social
5.      Mengetahui apa yang dimaksud dengan psikopatologi
6.      Mengetahui isu penting psikologi kpribadian
7.      Mengetahui assessmentManusia Menurut Pandangan Islam
8.      Mengetahui manusia menurut pandangan islam
9.      Mengetahui definisi kepribadian islam
10.  Mengetahui struktur kepribadian islam
11.  Mengetahui dinamika kepribadian islam
12.  Mengetahui tipologi kepribadian islam


BAB II
PEMBAHASAN


1.        TEORI KEPRIBADIAN ANALISIS FAKTOR RAYMOND BERNARD CATTELL

A.    Teori Faktor Analisis
Raymond Bernard Cattell lahir di Staffordshire, inggris pada tahun 1905 dan menyelesaikan pendidikan di inggris. Ia mendapatkan gelar B.Sc dari Universitas London pada tahun 1924 dalam bidang kimia, dan P.Hd dalam bidang psikologi dibawah bimbingan Spearmandi institut yang sama pada tahun 1929.
Tujuan Cattell dalam mempelajari kepribadian adalah memperkirakan perilaku. Subjek penelitian Cattell adalah orang-orang normal yang kepribadiannya ia pelajari, bukan obati atau rawat.
Cattell mengajukan sebuah prosedur statistik, yakni Teori Analisis Faktor, yaitu sebuah teknik statistik yang berdasar pada korelasi antara variabel pengukuran untuk mengukur faktor umum. Jika korelasi di antara kedua variabel tinggi, maka ada aspek-aspek yang mungkin sama dalam menyebabkan suatu tingkah laku atau kepribadian. Misalnya, kita berasumsi bahwa ‘rasa bersalah’ dengan ‘introvert’ menjadi subjek pengukuran dalam analisis faktor dan menunjukkan korelasi yang tinggi di antara keduanya. Maka, kita dapat menyimpulkan bahwa antara rasa bersalah dengan perilaku intorvert memiliki faktor umum yang menyebabkan seorang individu memiliki kepribadian tersebut.
Cattell menyebut faktor umum ini sebagai trait, yaitu elemen kepribadian. Hanya ketika kita mengetahui karakteristik trait seseorang lah kita bisa memperkirakan bagaimana seseorang akan berperilaku dalam suatu situasi.




B.     Hakikat Kepribadian
  1. Makna Kepribadian
Cattell percaya bahwa kita tidak dapat menentukan suatu kepribadian hingga kita mampu menentukan seluruh konsep yang akan digunakan dalam suatu perilaku (trait). Untuk itu, Cattell mengemukakan pendapatnya mengenai kepribadian, yaitu : “Personality is that which permits a prediction of  what a person will do in a given situation” Maksudnya adalah, kepribadian seseorangmampu memprediksi perilaku yang akan dilakukannya dalam situasi tertentu. Kepribadian yang dimaksud Cattell fokus dengan seluruh bentuk perilaku, baik luar dan dalam.
Berdasarkan definisi tersebut, Cattell berpendapat bahwa tujuan penelitian psikologi mengenai kepribadian adalah menetapkan hukum-hukum mengenai apa yang akan dilakukan orang dalam berbagai situasi. Jadi kepribadian adalah persoalan mengenai segala aktivitas individu, baik yang tampak maupun tidak tampak.
  1. Traits
Cattel berpendapat bahwa kepribadian merupakan suatu bentuk struktur kompleks dari trait dari berbagai macam kategori, Trait adalah sebuah kecenderungan reaksi yang relative permanent yang merupakan bagian dari kepribadian. Cattell berpendapat juga bahwa trait merupakan mental structure, yaitu suatu kesimpulan yang diambil dari tingkah laku yang dapat diamati, untuk menunjukan keajegan dan ketepatan dalam tingkah laku. Melalui analisis factor, Cattell mengklasifikasikan beberapa trait dalam beberapa bagian, yaitu :
a.      Common Traits and Unique Traits
Common trait adalah suatu sifat atau karakter yang dimiliki oleh setiap orang dan dibedakan dalam bentuk tingkatan. Intelligence, keterbukaan, supel, merupakan contoh dari common trait. Setiap orang memiliki trait ini, tetapi beberapa orang memilikinya dengan tingkatan yang lebih baik dari yang lain.
Sedangkan, unique trait merupakan suatu sifat atau karakter yang tidak dimiliki orang lain (dimiliki oleh sedikit individu) dimana sifat tersebut menyebabkan suatu individu menjadi unik. Unique traits lebih kepada ketertarikan individu terhadap sesuatu. Contohnya ada individu yang menyukai laba-laba, sedangkan individu yang lainnya malah tidak menyukai laba-laba dan menyukai serangga lainnya.
b.      Surface Traits and Source Traits
Surface traits (sifat-sifat/karakteristik permukaan) adalah kelompok variabel yang nampak, yang dapat dilihat oleh orang lain, dan merupakan karakter kepribadian yang terdiri dari banyak elemen-elemen yang menyusunnya secara konstan. Misalnya, kita dapat menyimpulkan trait cheerfulness yang dimiliki seorang wanita ketika kita secara berulang-ulang mengobservasi wanita yang senang memberi semangat kepada orang lain, membuat nyaman orang lain, dll.
Sedangkan source traits (sifat-sifat/karakteristik asal) adalah variabel-variabel yang mendasari tingkah laku yang nampak, tetapi hanya dapat diketahui dengan melalui teknik analisis faktor dan merupakan salah satu unit atau struktur dari trait yang memengaruhi setiap perilaku individu. Source traits  merupakan trait yang penting karena source traits merupakan unit dari karakter-karakter yang membangun surface traits. Berdasarkan asalnya, source trait dapat diklasifikasikan lagi menjadi :
ü Constitutional traits ; karakter yang ada disebabkan oleh kondisi biologis. Misalnya seorang yang mabuk dapat berperilaku ceroboh, berbicara ngawur, dll
ü Environment-mold traits ; karakter yang didapatkan karena faktor lingkungan  melalui proses pembelajaran. Misalnya, seseorang yang bekerja sebagai militer menunjukkan perilaku yang berbeda dengan seseorang yang bekerja sebagai musisi jazz
  1. Ability Traits, Temperament Traits
Ability traits yaitu sifat yang menentukan seberapa mampu seseorang dapat bekerja demi sebuah tujuan. Intelligence juga merupakan salah satu contoh dari ability traits ini, contohnya dengan tingkat intelijensi seseorang kita dapat memperkirakan seberapa keras seseorang itu mampu mencapai tujuannya (misalnya nilai).Selain itu, yang disebut dengan temperament traits yaitu sifat yang dapat menggambarkan emosi  dari seseorang secara umum. Sifat ini meliputi cara individu bertingkah laku dan merespon suatu situasi. Misalnya, ketenangan, kegugupan, santai, keberanian, dll.
  1. Dynamic Traits (sifat-sifat yang dinamis)
Dynamic traits merupakan sifat atau karakter yang mengendalikan tingkah laku seseorang dan juga berperan dalam emosi, keinginan, maupun ketertarikan seseorang dalam suatu hal. Cattell membagi tiga jenis dynamic traits yang pokok, yaitu attitude, ergs, dan sentiment. Ergs berhubungan dengan drive dasar atau drive biologis; sentiment diperoleh dari struktur attitude. Ketiga jenis dynamic traits saling berhubungan didalam dynamic lattice, dan peranannya didalam konflik dan adjusment.
1.      Attitude (Sikap)
Attitude adalah konsep tentang tingkah laku spesifik sebagai respon terhadap suatu situasi tertentu. Sikap tidak perlu diungkapkan secara verbal. Cattel mengukur sikap dengan metode yang bervariasi. Misalnya, laki-laki yang menyukai seorang wanita mungkin akan meningkat tekanan darahnya atau detak jantungnya jika melihat wanita yang disukainya. Sikap kemudian berperan sebagai motivator tingkah laku yang termasuk environmental-mold source traits.
2.      Ergs
Egrs Adalah dorongan atau motivasi dasar bawaan yang dimiliki seseorang untuk mencapai tujuannya. Erg berupa dorongan primer yang dimiliki sejak lahir, seperti lapar, haus, dll. Erg sering disebut sebagai konsep diri. Misalnya, erg of fear akan membuat seseorang mengembangkan kewaspadaannya terhadap sesuatu yang membahayakannya.
Cattell menetapkan 10 erg yang disusun berdasarkan penelitian analisis faktornya, yaitu :
*     Hunger (lapar)
*     Sex
*     Gregarousness (dorongan untuk berkelompok)
*     Parental protectiveness (perlindungan orang tua)
*     Curiosity
*     Escafer (fear)
*     Pugnacity (sifat suka bertengkar/berkelahi)
*     Scquistiveness (sifat suka memiliki)
*     Self-assertion (pengungkapan diri)
*     Narcisistic sex(senang kepada seks diri sendiri)
3.      Sentiment
Sentimen adalah pola terstruktur dari sikap yang memperoleh energi dari erg dan dibentuk melalui hasil belajar. Termasuk environmental-mold source traits karena pengaruh lingkungan berkontribusi besar dalam pembentukan kepribadian. Sentimen merupakan sumber motivasi yang penting karena kecenderungannya mengorganisir diri di sekitar institusi sosial yang menonjol (seperti karir, agama) atau di sekitar orang yang penting (orang tua, pasangan)
  1. Dinamic Lattice
Pada umumnya, sikap merupakan subsider bagi sentimen, dan sentimen bagi erg, yang menjadi kekuatan pendorong dalam kepribadian, macam keterhubungan ini dinyatakan dalam dynamic lattice.
  1. Konflik dan Penyesuaian
Cattell menunjukan bahwa untuk mengetahui konflik dari kecenderungan tingkah lakuindividu, adalah dengan cara spesifikasi equasi yang melibatkan sifat-sifat dinamis individu, seperti erg dan sentimen dalam suatu kegiatan. Contoh seorang laki-laki yang berminat untuk kawin. Dengan menggunakan spesifikasi equasi, dapat digambarkan sebagai berikut :
I Marry            = 0.2 E (Curiosity) + 0.6 E (sex) + 0.4 E (gregariousness) + 0.3 E (fear) + 0.3 M (parents) – 0.4 M (career) + 0.5 (self).
E          = egr
M         = sentiment
  1. States, roles, dan set
Pola-pola tertentu dalam maju mundurnya kepribadian dipengaruhi juga oleh faktor-faktor : mood states change (perubahansuasana hati), a person steosinto out a particular role (tahapan perubahan peranan individu), dan momentary mental sets (set mental sesaat) yang disesuaikan dengan aspek-aspek lingkungan.
Semua faktor tersebut mempengaruhi tingkah laku, oleh karena itufaktor tersebut harus dilibatkan dalam spesifikasi equasi. Dengan demikian untuk menjelaskan prilaku (behavior) individu melalui spesifikasi equasi adalah sebagai berikut:
B         = a (abiliy) + T (temperament) + e (egr) + es (sentoment) + st (state) + r (role) + s (set)

C.    Perkembangan Kepribadian
Menurut Raymond Cattell, perkembangan kepribadian manusia dibagi menjadi empat menurut factor penyebabnya, yaitu:
  1. Tahapan Perkembangan
  1. Infancy
Masa infancy dimulai sejak lahir hingga umur 6 tahun (0-6 tahun). Menurut Cattell, pada usia 0-6 tahun merupakan periode terpenting dalam perkembangan kepribadian. Pada tahap ini, anak sangat dipengaruhi oleh orang tua dan saudara-saudara di sekitarnya, dan melalui pengalaman bagaimana anak memperoleh makanan dan pengalaman bagaimana anak menjalani proses toilet training. Cattel bukanlah seorang pengikut Freud, tetapi ia setuju dengan ide Freud yang mengatakan bahwa tahun-tahun di awal kehidupan sangat penting dalam membentuk kepribadian, termasuk masalah oral dan anal yang dapat memengaruhi pembentukan kepribadian.
Beberapa perilaku sosial terbentuk dari:
*     Ego dan superego ; perkembangan emosi anak pada masa ini cenderung meledak-ledak (tempertantum)
*     Perasaan aman atau tidak aman ; kepercayaan anak terhadap lingkungan sekitar dan orang-orang terdekat yang sangat dibutuhkan anak di awal kehidupan. Seperti pada saat bayi, agen sosial pada masa ini adalah ibu dan pengganti ibu (orang-orang terdekat yang memahami kebutuhan bayi sehingga bayi merasa aman dan nyaman dengan orang tersebut, misalnya baby sitter, nenek, dll)
*     Kecenderungan untuk menjadi pribadi yang mudah memiliki emosi negative (neuroticism)
*     Sikap terhadap otoritas diri ; ketika anak mulai melakukan hal-hal yang bisa dilakukannya sendiri maka akan terbentuk otoritas diri, apakah ia memutuskan menjadi anak yang mandiri atau bergantung pada orang tuanya
  1. Childhood
Masa kanak-kanak (childhood) dimulai sejak umur 6-14 tahun. Tahap ini sering disebut periode konsolidasi dikarenakan pada masa ini hanya sedikit saja masalah psikologis yang dialami, tidak sekritis pada masa sebelumnya. Tahapan ini ditandai dengan dimulainya kemandirian dan ingin bebas dari orang tuanya seiring meningkatnya identifikasi dengan kelompok sosial atau pertemanan.
  1. Adolescence
Tahap kanak-kanak diikuti oleh tahap perkembangan kepribadian yang bermasalah dan penuh dengan tekanan (stressful), yaitu tahap remaja di antara 14-23 tahun. Gangguan mood dan pelanggaran meningkat pada periode ini. Konflik yang dialami pada umumnya seputar kemandirian, jati diri, dan seks.
  1. Maturity
Pada tahap dewasa awal, 23-50 tahun, pada umumnya merupakan periode kepuasan dan produktivitas karir individu, pernikahan, dan keluarga. Perkembangan kepribadian menjadi lebih stabil daripada tahap sebelumnya, begitu pula secara emosional. Tidak banyak perubahan minat dan perilaku selama tahap ini.
  1. Late Maturity
Pada tahap dewasa akhir ini (50-65 tahun) meliputi perkembangan kepribadian dalam merespon perubahan fisik, sosial, dan psikologis. Secara fisik, terjadi penurunan setelah umur 50 tahun. Biasanya pada tahap ini, individu menilai kembali jati dirinya selama ini dan mencoba memperbaikinya untuk menjadi pribadi baru.


  1. Old Age
Masa ini dimulai pada usia 65 tahun ke atas. Penyesuaian diri terhadap kehilangan orang-orang terdekat seiring dengan aspek religiusitas yang semakin meningkat, pensiun kerja, kesepian yang mendalam, dan perasaan tidak aman adalah konflik utama pada masa ini. Individu pada masa ini biasanya sering membicarakan kembali masa-masa yang telah dilaluinya. Bahkan terkadang, cara pikir individu pada masa ini terlihat seperti masa kanak-kanak.
  1. Nature vs Nurture
Di antara pakar kepribadian, Cattell merupakan tokoh dengan perhatian besar terhadap pengaruh relative dari keturunan dan lingkungan dalam pembentukan kepribadian. Salah satu metode yang dilakukan Cattell adalah MAVA (Multiple Abstract Variance Analysis). Cattell membandingkan persamaan antara orang kembar yang diasuh di satu keluarga, orang kembar yang diasuh keluarga berbeda, saudara kandung tidak kembar yang diasuh di satu keluarga, dan saudara kandung tidak kembar yang diasuh keluarga berbeda.
Penelitian ini bertujuan untuk mencari tahu seberapa besar perbedaan trait yang dipengaruhi lingkungan dan keturunan. Berdasarkan hasil penelitian, Cattell menunjukkan pentingnya peran keturunan pada beberapa trait. Misalnya, data penelitian menunjukkan pengaruh keturunan terhadap kecerdasan ± 80%, malu-malu ±80%,dan kepuasan emosional ±30%.
Salah satu hasil penelitian yang menarik adalah ditemukannya banyak korelasi negative antara factor keturunan dan lingkungan. Banyak orang tua mengharapkan anak yang cerdas dan mendapatkan pendidikan baik ternyata yang terjadi justru sebaliknya. Dalam hal ini, ada kecenderungan lingkungan memaksa factor keturunan untuk berubah atau menyesuaikan diri. Gejala ini disebt dengan Law of Coercion to Biosocial Mean (Hukum Pemaksaan Rataan Sosial).
Cattell juga menyatakan bahwa 1/3 bagian kepribadian dipengaruhi oleh keturunan. Sementara 2/3 bagian kepribadian dipengaruhi oleh lingkungan.
  1. Kecemasan
Cattell menekankan pentingnya kecemasan sebagai aspek perkembangan kepribadian individu karena bahaya dampaknya terhadap fungsi fisik dan mental. Menurutnya, kecemasan bisa berfungsi ganda, sebagai suatu keadaan ataupun sifat dari kepribadian. Orang mengalami berbagai tingkat kecemasan sebagai dampak keadaan yang mengancam dan menekan, maka orang itu berada dalam keadaan cemas. Di sisi lain, ada orang yang terus menerus kronis cemas, yang berarti cemas telah menjadi bagian dari kepribadiannya. Cattell mengidentifikasi kecemasan ternyata digunakan untuk menggambarkan sekurang-kurangnya lima jenis perasaan lain. Orang yang cemas kronis, perasaan cemasnya menyebabkan ia mudah curiga, khawatir, tidak mampu membentuk konsep diri, tegang, dan kegembiraan berlebihan.
  1. Learning
Menurut Cattell, ada tiga jenis belajar untuk tujuan pengembangan kepribadian, yaitu :
*    Classical Conditioning (Asosiasi sederhanan dari kognisi yang simultan) ; Merupakan pondasi dasar yang sangat penting bagi cara belajar yang lain,. Secara khusus digunakan untuk mengaitkan respon emosional dengan isyarat lingkungan. Misalnya, seorang bayi akan belajar bahwa kemunculan ibunya akan diiringi dengan perasaan nyaman dan aman
*    Instrumental Conditioning (Asosiasi berbagai kegiatan dengan tujuan tertentu) ; Individu belajar untuk mencapai kepuasan terhadap tujuannya melalui kegiatan ataupun tingkah laku. Misalnya, seorang anak akan menangis terus-menerus agar ibunya berhenti menghukumnya
*    Integration Learning ; Individu akan belajar untuk memaksimalkan kepuasan jangka panjang dengan memilih perilaku tertentu untuk diekspresikan dan perilaku lainnya untuk ditahan atau disublimasi. Belajar terintegrasi ini lebih membentuk individu untuk lebih mengaktifkan superego-nya. Misalnya, seseorang akan belajar menekan perilaku kebebasannya  dan lebih memilih mengekspresikan cinta dan perlindungan dari orang tua



D.    Konteks Sosial
Memusatkan perhatian pada individu dalam interaksi dengan lignkungan dekat mereka. Cattell memberikan tekanan yang memadai pada faktor-faktor pembentuk tingkah laku yang bersifat sosiokultural. Kehidupan sosiokultural dapat dipandang sebagai faktor determinan yang mempengaruhi tingkah laku (kepribadian). Dalam hal ini Cattell menggunakan istilah syntality untuk kelompok (equivalent dengan kepribadian untuk individu.
Ada banyak peranan sosial yang dapat berperan sebagai sumber yang membentuk atau mempengaruhi kepribadian namun yang peling penting ialah keluarga. Disamping sumber pengaruh utama ini, ada pun pranata-pranata lain yang peranannya patut dipertimbangkan, seperti pekerjaan, sekolah,kelompok sebaya, agama, partai politk,dan bangsa. Ternyata analisis faktor memainkan peranan yang sama menentukannya dalam mendeskripsikan kepribadian individu.

E.     psikopatologi
Psikopatologi adalah studi tentang penyakit mental, tekanan mental, dan abnormal/perilaku maladaptif. Istilah ini paling sering digunakan dalam psikiatri dimana patologi mengacu pada proses penyakit. Psikologi abnormal adalah istilah yang sama digunakan lebih sering di bidang psikologis non-medis.
Cattell mempercayai bahwa individu yang mengalami penyakit mental, tekanan mental, abnormal/perilaku maladaptif, dll, adalah sama dengan individu normal lainnya. Hanya, pada keadaan tertentu, mereka memiliki sifat-sifat abnormal atau perilaku maladaptif tersebut.
Cattell mengusulkan dua bentuk psikopatologi, yaitu :
*        Ketidakseimbangan fungsi factor umum ; factor-faktor umum yang telah dikemukakan sebelumnya pada The 16 PF Questionnaire berjalan tidak sebagaimana mestinya. Misalnya, jika factor A tidak berfungsi sebagaimana mestinya, maka akan mengakibatkan manic depressive, yaitu kondisi mood yang dapat berubah secara ekstrim dan tidak menentu
*        Sifat patologis sebagai factor terpisah ; ciri-cirinya tidak termasuk di dalam factor umum pada The 16PF Questionnaire. 7 ciri yang diawali huruf D merupakan ciri abnormalitas yang dicirikan sebagai depresi.

F.     Isu Penting Dalam Psikologi Kepribadian
Definisi Cattell mengenai kepribadian menunjukkan pandangannya terhadap human nature. Perilaku yang akan diperkirakan harus berlandaskan hukum dan sah. Perkiraan akan sulit tanpa keteraturan dan konsistensi pada kepribadian.
  1. Past vs Present
Apa factor yang lebih dominant yang membentuk kepribadian, masa lalu atau masa kini? Cattell mencatat dalam penelitiannya, seringkali/biasanya pasangan dapat memprediksi dengan akurat apa yang akan pasangannya lakukan pada suatu situasi tertentu. Hal itu dikarenakan mereka telah bersama secara konsisten sehingga mampu mempelajari perilaku-perilaku tertentu di masa lalu yang dapat memprediksi perilaku-perilaku serupa di masa depan.  Namun spontanitas dalam perilaku mungkin saja terjadi. Oleh karena itu, Cattell menganggap pengaruh masa lalu dan masa kini sama kuatnya.
  1. Free will vs Determinism
Apa factor yang lebih dominant yang membentuk kepribadian, kemampuan individu mengontrol perilakunya sendiri dan memahami motivasi dari perilaku tersebut (determinism) atau pada dasarnya perilaku individu ditentukan oleh kekuatan lain yang tidak dapat dikontrol (free)? Menurut Cattell, individu mampu mengontrol perilakunya sendiri dan memahami motivasi dari perilaku tersebut melalui proses belajar. Individu mengetahui perilaku apa yang akan ditampilkannya di situasi tertentu dari pembelajaran perilaku sebelumnya. Bagi Cattell, spontanitas memiliki kemungkinan kecil dalam membentuk perilaku.
  1. Nature vs Nurture
Cattell menerima pengaruh keturunan dan lingkungan terhadap kepribadian. Namun berdasarkan hasil penelitian yang Cattell lakukan, pengaruh lingkungan lebih besar membentuk kepribadian dibandingkan pengaruh keturunan.
  1. Uniqueness vs Universality
Cattell memandang keduanya sebagai faktor yang seimbang. Menurut Cattell, setiap individu memiliki keunikan tersendiri. Namun keunikan itu dianggap sebagai hal yang universal karena keunikan-keunikan itu umum dan dimiliki setiap manusia walaupun keunikan yang dimiliki masing-masing individu adalah berbeda. Ke-universal-an keunikan inilah yang membuat hal unik diterima pada sebuah kebudayaan.
  1. Equilibrum vs Growth
Cattell memandang seimbang pada factor keseimbangan dan keinginan tumbuh kembang. Menurut Cattell, motivasi manusia dalam melakukan tindakan biasanya didasari oleh kesenangan dan hal lain yang bertujuan untuk menjaga keseimbangan dalam hidup atau agar semua berjalan sebagaimana mestinya. Namun di samping itu, manusia juga memiliki motivasi yang sama kuat untuk tumbuh dan mengembangkan dirinya menjadi pribadi yang lebih baik.
  1. Optimisme vs Pessimisme
Pandangan Cattell terhadap human nature menjadi semakin jelas karena ia memiliki pengalaman di masa lalunya. Di masa kecilnya, Cattell sangat optimis bahwa kita memiliki kemampuan untuk menyelesaikan masalah di masyarakat. Ia memprediksi bahwa kita akan mendapat pengetahuan yang lebih baik dan mengontrol lingkungan kita.

G.    Assesment
Cattell memperkirakan kepribadian secara objektif melalui tiga metode primer, yaitu :
v  L-data adalah teknik dimana peneliti meliput kehidupan subjek secara langsung di kehidupan sehari-hari. Poin penting tentang L-data adalah perilaku yang diamati dapat berupa perilaku yang dilihat peneliti dan perilaku yang terjadi secara natural atau dapat juga dilakukan melalui penilaian orang lain yang mengenal dekat subjek yang sedang diamati
v  Q-data adalah teknik dimana subjek yang diamati mengisi kuesioner, menilai perilaku dan karakternya sendiri dengan mengisi lembar kuesioner yang telah disusun oleh peneliti. Ada beberapa kelemahan dari Q-data, yaitu 1) Subjek penelitian mungkin memiliki batas self-awareness sehingga jawaban mereka tidak akurat merefleksikan keadaan natural kepribadian mereka, 2) Bahkan walaupun subjek mengenal dirinya dengan sangat baik, mungkin mereka tidak ingin peneliti mengetahuinya sehingga dengan sengaja menyalahkan jawaban mereka
v  T-data adalah teknik dimana informasi mengenai kepribadian subjek diperoleh melalui tes sehingga tidak terjadi subjektivitas yang sering terjadi pada Q-data

A.    Manusia Menurut Pandangan Islam
Allah SWT menciptakan struktur kepribadian manusia dalam bentuk potensial. Struktur itu tidak secara otomatis bernilai baik ataupun buruk, sebelum manusia berusaha mengaktualisasikan. Aktualisasi struktur sangat tergantung pada pilihan manusia, yang mana pilihannya itu akan dimintai pertanggungjawaban diakhirat kelak. Upaya manusia untuk memilih dan mengaktualisasikan potensi itu memiliki dinamika proses, seiring dengan variabel-variabel yang mempengaruhi.

1. Manusia Adalah Makhluk Allah
Keberadaan manusia di dunia ini bukan kemauan sendiri, atau hasil proses evolusi alami, melainkan kehendak Yang Maha Kuasa, Allah Robbul ‘Alamin. Dengan demikian, manusia dalam hidupnya mempunyai ketergantungan (dependent) kepada-Nya. Manusia tidak bisa lepas dari ketentuan-Nya. Sebagai makhluk, manusia berada dalam posisi lemah (terbatas), dalam arti tidak bisa menolak, menentang, atau merekayasa yang sudah dipastikan-Nya.
Dalam Al-Qur’an, Surat at-Tin: 4, Allah SWT berfirman:
“sungguh kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sangat baik (sempurna)”.
Manusia adalah makhluk Allah, ciptaan Allah, dan secara kodrati merupakan makhluk beragama atau pengabdi Allah, seperti tercermin dalam sabda Nabi Muhammad SAW sebagai berikut.
“Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah, kedua orang tuanyalah yang menjadikannya Yahudi, Nasrani, atau Majusi” (H.R. Muslim).

2. Manusia Adalah Khalifah di Muka Bumi
Hal ini berarti, manusia berdasarkan fitrahnya adalah makhluk sosial yang bersifat altruis (mementingkan/membantu orang lain). Menilik fitrahnya ini, manusia memiliki potensi atau kemampuan untuk bersosialisasi, berinteraksi sosial secara positif dan konstruktif dengan orang lain atau lingkungannya. Sebagai khalifah manusia mengemban amanah, atau tanggung jawab (responsibility) untuk berinisiatif dan berpartisipasi aktif dalam menciptakan tatanan kehidupan masyarakat yang nyaman dan sejahtera; dan berupaya mencegah (preventif) terjadinya pelecehan nilai-nilai kemanusiaan dan perusakan lingkungan hidup (regional-global).
Dalam Surat Al-Baqarah: 30 difirmankan sebagai berikut:
“Dan ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat sesungguhnya aku menciptakan khalifah di muka bumi”.

3. Manusia adalah Makhluk yang Mempunyai Fitrah Beragama
Melalui fitrahnya ini manusia mempunyai kemampuan untuk menerima nilai-nilai kebenaran yang bersumber dari agama, dan sekaligus menjadikan kebenaran agama itu sebagai tolak ukur atau rujukan perilakunya.
Allah SWT berfirman: “.......bukanlah Aku ini Tuhanmu? Mereka menjawab, ya kami bersaksi bahwa Engkau adalah Tuhan kami”. (Al-‘Araf: 172).



4. Manusia Berpotensi Baik (Takwa) dan Buruk (Fujur)
Manusia dalam hidupnya mempunyai dua kecenderungan atau arah perkembangan, yaitu takwa, sifat positif (beriman dan beramal shaleh) dan yang fujur, sifat negatif (musyrik, kufur, dan berbuat ma’syiat/jahat/buruk/dzalim). Dua kutub kekuatan ini, saling mempengaruhi. Kutub pertama mendorong individu untuk berperilaku yang normatif (merujuk nilai-nilai kebenaran), dan Kutub lain mendorong individu untuk berperilaku secar inpulsif (dorongan naluriah, instinktif, hawa nafsu).
Dalam Surat Asy-Syamsu: 8-10, difirmankan:
“Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa manusia sifat fujur dan takwa. Sungguh bahagia orang yang mensucikan jiwanya, dan sungguh celaka orang yang mengotori jiwanya”.

5. Manusia Memiliki Kebebasan Memilih (Free Choice)
Dalam surat Ar-Ra’du: 11, Allah berfirman:
“ Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah apa yang dimiliki (termasuk dirinya) suatu kaum, sehingga mereka sendiri mengubah (berinisiatif merekayasa) dirinya sendiri”.
Manusia diberi kebebasan untuk memilih kehidupannya, apakah mau beriman atau kufur kepada Allah. Apakah manusia akan memilih jalan hidup yang sesuai dengan ajaran agama atau memperturutkan hawa nafsunya. Dalam hal ini, manusia mempunyai kemampuan untuk berupaya menyelaraskan arah perkembangan dirinya dengan tuntutan normatif, nilai-nilai kebenaran, yang dapat memberikan kontribusi atau nilai manfaat bagi kesejahteraan umat manusia.

B.     Definisi Kepribadian Islam
1. Makna Etimologi Kepribadian Islam
Personality berasal dari kata “person” yang secara bahasa memiliki arti: (1) an individual human being (sosok manusia sebagai individu); (2) a common individual (individu secara umum); (3) a living human body (orang yang hidup); (4) self (pribadi); personal existence or identity (eksistensi atau identitas pribadi); dan (6) distinctive personal character (kekhususan karakter individu).
Sedangkan dalam bahasa Arab , pengertian etimologis kepribadian dapat dilihat dari pengertian dari term-term pandangannya. Seperti huwiyah, aniyah, dzattiyah, nafsiyyah, khuluqiyyah, dan syakhshiyyah sendiri. Masing-masing term ini meskipun memiliki kemiripan makna dengan kata syakhshiyyah, tetapi memiliki keunikan tersendiri.

2. Makna Terminologi Kepribadian Islam
Pengertian kepribadian dari sudut terminologi memiliki banyak definisi, karena hal itu berkaitan dengan konsep-konsep empiris dan filosofis tertentu yang merupakan bagian dari teori kepribadian. Konsep-konsep empiris dan filosofis disini meliputi dasar-dasar pemikiran mengenai wawasan, landasan, fungsi-fungsi, tujuan, ruang lingkup, dan metodologi yang dipakai rumus
Dengan meminjam definisi Allport, kepribadian secara sederhana dapat dirumuskan dengan definisi “what a man really is” (manusian sebagai mana adanya). Maksudnya, manusia sebagaimana sunnah atau kodratnya, yang telah ditetapkan oleh Tuhan.
Jadi, dari sudut tingkatnya maka kepribadain itu merupakan integrasi dari aspek-aspek supra-kesadaran (KeTuhanan), kesadaran (kemanusiaan), dan pra—atau bawah kesadaran (kebinatangan). Sedang dari sudut fungsinya, kepribadain merupakan integrasi dari daya-daya emosi, kognisi, dan konasi, yang terwujud dalam tingkah laku luar (berjalan, berbicara, dsb) maupun tingkah laku dalam (pikiran, perasaan, dsb).
3. Makna Psikologi Kepribadian Islam
Perumusan makna psikologi kepribadian Islam memiliki arti bagaimana Islam mendefinisikan kepribadian dari sudut pandang psikologis. Frame kajiannya tetap pada studi Islam yang menelaah terhadap fenomena perilaku manusia dari sudut pandang psikologis, sebab satu-satunya wacana yang eksis hanyalah Islam, sementara psikologi disini hanya satu pendekatan studi dalam studi Islam.
Berdasarkan pengertian kepribadian di atas maka yang dimaksud dengan Psikologi Kepribadain Islam adalah “studi Islam yang berhubungan dengan tingkah laku manusia berdasarkan pendekatan psikologis dalam relasinya dengan alam, sesamanya, dan kepada sang Khalik-Nya agar dapat meningkatkan kualitas hidup di dunia dan akhirat.” Rumusan tersebut memiliki lima kompenen dasar yakni sebagai berikut.
Pertama, Studi Islam. Psikologi Kepribadian Islam merupakan salah satu kajian dalam studi keislaman, bukan bagian dari studi (atau cabang) psikologi. Sebagai disiplin ilmu keislaman, ia memiliki kedudukan yang sama dengan disiplin keislaman yang lain, seperti teologi Islam, hukum Islam, ekonomi Islam, kebudayaan Islam, polotik Islam, dan sebaginya.
Kedua, yang berhubungan dengan tingkah laku, manusia. Psikologi Kepribadain Islam mempelajari tingkah laku manusia. Dalam bentuk potensial, seluruh tingkah laku manusiatelah memilki takdir atau sunnatullah yang ditetapkan oleh Tuhan, meskipun takdir yang dimaksud memiliki banyak pilihan. Namun dalam bentuk aktual, manusia diberi kebebasan untuk mengekspresikannya, sehingga menimbulkan dinamika tingkah laku
Ketiga, berdasarkan pendekatan psikolohid. Studi tentang kepribadian dapat didekati dengan beberapa pendekatan, misalnya filsafat, psikologi, antropologi, dan sebagainya. Psikologi Kepribadain Islam merupaka\n studi kepribadain Islam yang dipandang dari sudut psikologi. Studi ini setidak-tidaknya menggambarkan apa dan bagaimana tingkah laku manusia menurut pandangan Islam yang ditimbulkan dari jiwanya.
Kempat, dalam relasinya dengan alam, sesamanya, dan kepada Sang Khalik. Psikologi Kepribadain Islam mengkaji tingkah laku manusia dengan berpijak pada fungsi kehidupan manusia. Manusia adalah sebagai mandataris Sang Khalik untuk menjadai khalifah dimuka bumi. Dalam bertingkah laku, manusia selain diberi potensi fitrah, juga memiliki relasi sesamanya dan dikaruniai alam dan isinya untuk dikelola yang baik ibadah, baik berkaitandengan Tuhan, diri sendiri, sesamana.
Kelima, untuk meningkatkan kebahagiaan hidup didunia dan akhirat. Psikologi kepribadian Islam syarat akan nilai, yang dapat menghantarkan kebahagiaan hidup manusia. Kebahagian yang dimaksud tidak terbatas pada kebahagiaan duniawi yang sifatnya temporer dan semu, tetapi juga kebahgiaan ukhrowi yang sifatnya abadi dan hakiki.

SKEMA
Kepribadian dalam Psikologi Islam

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg30bMlmeSJVsunWFMq3Qw_tM4QWW6RCbxu3iOgawvZtG_62GbDlxZtMRDF40NEQkKlOKrj03AaHAo91FEzSk6KBsJYf55_9a7ifyiMJOZEg48GYeBNMwqEqik07oBHwkOlLsBJne0SH6I8/s400/s.JPG
C.    Struktur Kepribadian Islam
Struktur kepribadian yang dimaksudkan disini adalah aspek-aspek atau elemen-elemen yang terdapat pada diri manusia yang karenanya kepribadiaannya terbentuk. Pemilihan aspek ini mengikuti pola yang dikemukakan oleh Khayr al-Din al-Zarkali. Menurut al-Zarkali, bahwa studi tentang diri manusia dapat dlihat melalui tiga sudut, yaitu:
1. Jasad (fisik); apa dan bagaimana organisme dan sifat-sifat uniknya;
2. Jiwa (psikis); apa dan bagaimana hakikat dan sifat-sifat uniknya; dan
3. Jasad dan jiwa (psikofisik); berupa akhlak, perbuatan, dan sebagainya.
Ketiga kondisi tersebut dalam terminologi islam lebih dikenal dengan term al-jasad, al-ruh, dan al-nafs. Jasad merupakan aspek biologis atau fisik manusia, ruh merupakan aspek psikologis atau psikis manusia, sedang nafs merupakan aspek psikofisik manusia yang merupakan sinergi antara jasad dan ruh.
1. Struktur Jisim
Jisim adalah aspek diri manusia yang terdiri atas struktur organisme fisik. Organisme fisik manusia lebih sempurna dibanding dengan organisme fisik makhluk-makhluk lain. Pada aspek ini, proses penciptaan manusia memiliki kesamaan dengan hewan ataupun tumbuhan, sebab semuanya termasuk bagian dari alam fisikal. Setiap biotik-lahiriah memiliki unsur materiah yang sama, yakni terbuat dari unsur tanah, api, udara dan air
Firman Allah SWT dalam Q.S. Al-Tin [95]: 4 disebutkan: Sesungguhnya kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya.
2. Struktur Ruh
Keunikan esensial psikologi kepribadian islam dengan psikologi kepribadian yang lain adalah masalah strutur ruh. Karena ruh, seluruh bangunan kepribadian manusia dalam islamm menjadi khas. Ruh merupakan substansi (jawhar) psikologis manusia yang menjadi esensi keberadaannya, baik di dunia ataupun di akhirat.
3. Struktur Nafs
Ahli  jiwa falsafi-tasawufi mengungkap tiga daya yang terdapat pada jiwa manusia, yaitu kognisi, konasi, dan emosi. Pendapat terakhir ini lebih relevan untuk diskursus psikologi, walaupun diperlukan modifikasi sebagian term-termnya tanpa mengubah esensinya. Dengan begitu maka pembagian nafsani manusia adalah:
a. Daya qalb yang berhubungan dengan emosi (rasa) yang berhubungan dengan aspek-aspek afektif;
b. Daya ‘aqal yang berhubungan dengan kognisi (cipta) (kognitif) yang berhubungan dengan aspek-aspek kognitif;
c. Daya hawa nafs yang berhubungan dengan konasi (karsa) yang berhubungan dengan aspek-aspek psikomotorik.

D.    Dinamika Kepribadian Islam
Manusia dalam konsepsi kepribadain Islam merupakan makhluk mulia yang memiliki struktur kompleks. Banyak diantara psikolog kepribadain Barat, khususnya aliran behavioristik, kurang memperhatikan substansi jiwa manusia. Manusia hanya dipandang dari sudut jasmaniah saja yang melibatkan penelitian yang dilakukan seputar masalah lahiriah.
Oleh karena itu, pemahaman kepribadian manusia tidak hanya tertumpu pada struktur jasmani melainkan harus juga meliputi struktur ruh. Lebih jauh konsep yang berkembang dari psikologi pada umumnya manafikkan hal yang berbau metafisik, transendental, dan spiritualitas.
Dinamika kepribadain Islam dibagi menjadi:
1. Dinamika struktur jasmani
Struktur jasmani merupakan aspek biologis dari struktur kepribadian manusia. Aspek ini tercipta bukan dipersiapkan untuk membentuk tingkah laku tersendiri, melainkah sebagai wadah atau tempat singgah struktur ruh. Kedirian dan kesendirian struktur jasmani tidak akan mampu membentuk suatu tingkah laku lahiriah, apalagi tingkah laku batiniah.
Struktur jasmani memiliki daya atau energi yang mengembangkan proses fisiknya. Energi ini lazimnya disebut dengan daya hidup. Daya hidup kendatipun sifatnya abstrak, tetapi ia belum mampu menggerakkan suatu tingkah laku.
2. Dinamika struktur ruhani
Struktur ruhani merupakan aspek psikologis dari struktur kepribadian manusia. Aspek ini tercipta dari Amar Allah yang sifatnya ghaib. Ia diciptakan untuk jadi substansi sekaligus esensi kepribadian manusia. Eksistensinya tidak hanya dialam imateri, tetapi juga dialam materi (setelah bergabung dengan fisik), sehingga ia lebih dulu dan lebih abadi adanya.
3. Dinamika Struktur Nafsani
Struktur nafsani merupakan struktur psikofisik dari kepribadian manusia. Struktur ini diciptaakn untuk mengaktualisasikan semua rencana dan perjanjian Allah SWT, kepada manusia dialam arwah. Aktualisasi itu berwujud tingkah laku atau kepribadain. Struktur nafsani tidak sama dengan sruktur jiwa sebagai mana yang difahami dalam psikologi Barat.

E.     Tipologi Kepribadian Islam
Tipologi kepribadian dalam islam yang bersumber dari Al-Qur’an dan Al-Sunnah banyak ragamnya. Keragaman itu disebabkan sudut pandang dalam melihat dan negklarifikasi ayat atau hadits Nabi SAW tentang kepribadian. Kepribadian Islam dibagi menjadi:
1. Tipe Mukmin
Yaitu mereka yang beriman atau percaya kepada yang ghaib seperti (Allah, malaikat, dan ruh) menunaikan shalat, menafkahkan rezekinya kepada fakir miskin dan yatim piatu, beriman kepada kitab Allah, dan beriman kepada hari akhir.
2. Tipe Kafir
Yaitu mereka yang ingkar terhhadapp hal-hal yang dipercayai sebagai seorang mukmin. Tipe seperti ini digambarkan sebagai tipe yang sesat karena terkunci hati, pendengaran dan penglihatannya dalam masalah kebenarannya
3. Tipe Munafik
Yaitu mereka yang beriman kepada Allah SWT dan hari akhir, tetapi imannya hanya di mulut belaka, senantiasa hatinya ingkar. Mereka ingin menipu Allah dan orang mukmin, walaupun sebenarnya ia menipu dirinya sendiri, sedang mereka tidak sadar.









BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Tujuan Cattell dalam mempelajari kepribadian adalah memperkirakan perilaku. Subjek penelitian Cattell adalah orang-orang normal yang kepribadiannya ia pelajari, bukan obati atau rawat. Cattell mengajukan sebuah prosedur statistik, yakni Teori Analisis Faktor, yaitu sebuah teknik statistik yang berdasar pada korelasi antara variabel pengukuran untuk mengukur faktor umum Cattell menyebut faktor umum ini sebagai trait, yaitu elemen kepribadian. Hanya ketika kita mengetahui karakteristik trait seseorang lah kita bisa memperkirakan bagaimana seseorang akan berperilaku dalam suatu situasi.
Cattel berpendapat bahwa kepribadian merupakan suatu bentuk struktur kompleks dari trait dari berbagai macam kategori, Trait adalah sebuah kecenderungan reaksi yang relative permanent yang merupakan bagian dari kepribadian.
Pengertian kepribadian dari sudut terminologi memiliki banyak definisi, karena hal itu berkaitan dengan konsep-konsep empiris dan filosofis tertentu yang merupakan bagian dari teori kepribadian. Konsep-konsep empiris dan filosofis disini meliputi dasar-dasar pemikiran mengenai wawasan, landasan, fungsi-fungsi, tujuan, ruang lingkup, dan metodologi yang dipakai rumus
Perumusan makna psikologi kepribadian Islam memiliki arti bagaimana Islam mendefinisikan kepribadian dari sudut pandang psikologis. Frame kajiannya tetap pada studi Islam yang menelaah terhadap fenomena perilaku manusia dari sudut pandang psikologis, sebab satu-satunya wacana yang eksis hanyalah Islam, sementara psikologi disini hanya satu pendekatan studi dalam studi Islam.
Psikologi Kepribadain Islam adalah “studi Islam yang berhubungan dengan tingkah laku manusia berdasarkan pendekatan psikologis dalam relasinya dengan alam, sesamanya, dan kepada sang Khalik-Nya agar dapat meningkatkan kualitas hidup di dunia dan akhirat.” Rumusan tersebut memiliki lima kompenen dasar.




Ruswandi Uus, dan Badrudin, Pengembangan Kepribadian Guru, Bandung: CV. Insan Mandiri, 2010


0 Response to "Makalah Kepribadian teori faktor analisis"