Makalah Kepribadian Sehat dan tidak sehat

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Pendidikan adalah proses dalam rangka mempengaruhi peserta didik agar dapat menyesuaikan diri sebaik mungkin terhadap lingkungannya. Dengan demikian, akan menimbulkan perubahan dalam dirinya yang memungkinkannya untuk berfungsi secara kuat dalam kehidupan masyarakat. Agar sasaran dari perubahan itu dapat tercapai dengan baik yang dan sesuai yang diingkinkan perlu adanya peranan dari guru didalamnya. Peranan guru artinya keseluruhan tingkah laku yang harus dilakukan guru dalam melaksanakan tugasnya sebagai guru. Mempunyai peranan amat luas, baik disekolah, keluarga, dan di dalam masyarakat dan hal yang paling utama adalah kedudukannya sebagai pengajar dan pendidik, yakni sebagai guru, ia harus menunjukkan perilaku yang layak (bisa dijadikan teladan oleh siswanya).
Guru yang berperilaku tidak baik akan merusak citranya sebagai guru dan juga akan dapat merusak murid-murid yang dididik olehnya. Salah satu faktor terpenting bagi seorang guru adalah kepribadiannya, kepribadian itulah akan menentukkan apakah ia menjadi pendidik dan pembina bagi semua siswanya. Kepribadian guru yang baik itu diantaranya kepribadian yang sehat dan menghilangkan kepribadian yang tidak sehat. Dan pada pembahasan ini kami akan membahas mengenai hal tersebut.

B.     Rumusan Masalah
1.      Apa yang dimaksud dengan  kepribadian?
2.      Bagaimanakah mengenai kepribadian sehat?
3.      Bagaimanakah mengenai kepribadian tidak sehat?
4.      Bagaimanakah mengenai kepribadian sehat dan tidak sehat menurut beberapa tokoh kepribadian?
5.      Bagaimanakah Implikasi Kepribadian Guru Sehat dan tidak Sehat terhadap Pengembangan Kepribadian Guru?

C.    Tujuan Pembahasan
1.      Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan  kepribadian.
2.      Untuk mengetahui kepribadian sehat.
3.      Untuk mengetahui kepribadian tidak sehat.
4.      Untuk mengetahui kepribadian sehat dan tidak sehat menurut beberapa tokoh kepribadian.
5.      Untuk mengetahui Implikasi Kepribadian Guru Sehat dan tidak Sehat terhadap Pengembangan Kepribadian Guru.






























BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Kepribadian
Kepribadian menurut istilah adalah personality (bahasa Inggris); persoonlijkheid (bahasa Belanda); personlichkeit (bahasa Jerman); personalita (bahasa Italia); dan personalidad (bahasa Spanyol). Akar kata istilah tersebut berasal dari bahasa Latin persona (topeng), yaitu topeng yang dipakai oleh actor drama atau sandiwara (Uus Ruswandi dan Badrudin, 2010: 51).
Allport menyatakan bahwa kepribadian adalah organisasi dinamis dalam diri individu sebagai sistem psiko-fisik yang menentukan caranya yang unik dalam menyesuaikan diri terhadap lingkungannya. Yang dimaksud dengan unik yaitu bahwa kualitas perilaku itu khas, sehingga dapat dibedakan antara individu satu dengan individu lainnya. Keunikannya itu didukung oleh keadaan struktur psiko-fisik, misalnya konstitusi dan kondisi fisik, tampang, hormon, segi kognitif dan afektif yang saling berhubungan dan berpengaruh, sehingga menentukan kualitas tindakan atau perilaku individu yang bersangkutan dalam berinteraksi dengan lingkungannya.
Allport menegaskan bahwa kepribadian adalah “sebuah organisasi dinamis di dalam sistem psikis dan fisik individu yang menentukan karakteristik perilaku dan pikirannya.” Hal senada diungkapkan oleh Pervin dan John yang menyatakan bahwa “kepribadian mewakili karakteristik individu yang terdiri dari pola-pola pikiran, perasaan, dan perilaku yang konsisten”. Eko (2008).
Sementara itu kepribadian menurut para ahli, adalah:
§  Kartini Kartono dan Dali Gulo (2000: 349 dalam Uus Ruswandi dan Badrudin, 2010: 52), kepribadian adalah sifat dan tingkah laku khas yang membedakan seseorang dengan orang lain; integrasi karakteristik dari struktur-struktur, pola tingkah laku, minat, pendirian, kemampuan dan potensi yang dimiliki seseorang; segala sesuatu mengenai diri seseorang sebagaimana diketahui oleh orang lain.
§  Scheneider (1964 dalam Uus Ruswandi dan Badrudin, 2010: 52), kepribadian adalah penyesuaian diri sebagai suatu proses respon individu baik yang bersifat behavioral maupun mental dalam upaya mengatasi kebutuhan-kebutuhan dari dalam diri, ketegangan emosional, frustasi dan konflik, serta memelihara keseimbangan antara pemenuhan kebutuhan tersebut dengan tuntutan (norma) lingkungan.
§  Kata kunci pengertian kepribadian adalah penyesuaian diri. Scheneider (1964) mengartikan penyesuaian diri sebagai “suatu proses respon individu baik yang bersifat behavioral maupun mental dalam upaya mengatasi kebutuhan-kebutuhan dari dalam diri, ketegangan emosional, frustasi, dan konflik, serta memelihara keseimbangan antara pemenuhan kebutuhan tersebut dengan tuntutan (norma) lingkungan.
§  Kepribadian adalah sifat dan tingkah laku khas yang membedakan dengan orang lain, integrasi karakteristik dari struktur-struktur, pola tingkah laku, minat, pendirian, kemampuan dan potensi yang dimiliki seseorang, segala sesuatu mengenai diri seseorang sebagaimana diketahui oleh orang lain.
Sementara itu, Abin Syamsuddin (2003) mengemukakan  tentang aspek-aspek  kepribadian, yang di dalamnya mencakup:
1.      Karakter yaitu konsekuen tidaknya dalam mematuhi etika perilaku, konsiten tidaknya dalam memegang pendirian atau pendapat. 
2.      Temperamen yaitu diposisi reaktif seorang, atau cepat lambatnya mereaksi terhadap rangsangan-rangsangan yang datang dari lingkungan. 
3.      Sikap, sambutan terhadap objek yang bersifat positif, negatif atau ambivalen. 
4.      Stabilitas emosi yaitu kadar kestabilan reaksi emosional terhadap rangsangan dari lingkungan. Seperti mudah tidaknya tersinggung, marah, sedih, atau putus asa.
5.      Responsibilitas (tanggung jawab), kesiapan untuk menerima resiko dari tindakan atau perbuatan yang dilakukan. Seperti mau menerima resiko secara wajar, cuci tangan, atau melarikan diri dari resiko yang dihadapi. 
6.      Sosiabilitas yaitu disposisi pribadi yang berkaitan dengan hubungan interpersonal. Seperti : sifat pribadi yang terbuka atau tertutup dan kemampuan berkomunikasi dengan orang lain. 
Setiap individu memiliki ciri-ciri kepribadian tersendiri, mulai dari yang menunjukkan kepribadian yang sehat atau justru yang tidak sehat. Dalam hal ini, Elizabeth (Syamsu Yusuf, 2003) mengemukakan ciri-ciri kepribadian yang sehat dan tidak sehat, sebagai berikut:





B.     Kepribadian yang Sehat
Guru sebagai pendidik dan pengajar harus memiliki kepribadian yang sehat, karena kondisi sehat pembelajaran bisa disajikan dengan baik. Guru yang sehat saja tanpa ada persiapan mengajar dapat menyulitkan terciptanya pembelajaran dengan baik. Ada dua hal yang perlu diperhatikan guru dalam kaitannya dengan pembelajaran, yang pertama yaitu stabilitas pembelajaran dan yang kedua kualitas pembelajaran. Pertama yaitu Stabilitas Pembelajaran, Pembelajaran akan stabil bila guru berada dalam pembelajaran baik di dalam kelas maupun di luar kelas. Adapun mengenai kondisi pembelajaran tidak stabil disebabkan oleh:
1.      Kelas kosong karena gurunya tidak masuk kelas karena sakit, tidak ada kabar, atau izin.
  1. Guru tidak masuk dan memberikan tugas, namun pelaksanaan tugas tersebut ternyata dapat diselesaikan di bawah waktu yang semestinya diselesaikan jika guru tersebut mengajar di kelas.
3.      Guru lupa mengajar dan kelas tidak mengingatkan.                                                                                                                                                                                     
Dampak kemudian yang muncul adalah kelas tidak kondusif, tidak ada pembelajaran, tidak ada penambahan pengetahuan atau pendalaman materi, dan  peserta didik melakukan apa saja di luar iklim akademik yang biasa terjadi jika pembelajaran berlangsung. Yang kedua, kualitas pembelajaran dikatakan baik bila guru dengan optimal menjalankan tugas-tugasnya, komunikasi antarguru dan antarsiswa mendukung pencapaian optimalisasi pengalaman belajar siswa, pengalaman belajar siswa tercipta, dan tercapainya kompetensi yang diinginkan. Banyak guru yang mengajar dan mendidik, namun tidak banyak guru yang mempunyai kepribadian matang. Akibat guru tidak matang secara kepribadian, siswa menjadi objek tumpahan ketidakmatangan itu sehingga siswa tidak akan pernah meraih suksesnya. Kepribadian yang matang merupakan label positif bagi guru yang dianggap telah mencapainya.
Pribadi sehat adalah yang menyenangkan. Sikap tidak mudah menyalahkan orang lain, kemauan untuk berkomitmen, penerimaan dan rasa syukur membuat pribadi sehat lebih mampu menghargai orang lain dan menjadikannya pribadi yang menyenangkan. Setiap individu memiliki ciri-ciri kepribadian tersendiri, mulai dari yang menunjukan kepribadian yang sehat atau justru yang tidak sehat.

Dalam hal ini (Syamsu Yusuf, 2003) mengemukakan ciri-ciri kepribadian yang sehat, sebagai berikut:
1.    Mampu menilai diri sendiri secara realistik; mampu menilai diri apa adanya tentang kelebihan dan kekurangannya, secara fisik, pengetahuan, keterampilan, dan sebagainya.
2.    Mampu menilai situasi secara realistik; dapat menghadapi situasi atau kondisi kehidupan yang dialaminya secara realistik dan mau menerima secara wajar, tidak mengharapkan kondisi kehidupan itu sebagai sesuatu yang sempurna.
3.    Mampu menilai prestasi yang diperoleh secara realistik; dapat menilai keberhasilan yang diperolehnya dan mereaksinya secara rasional, tidak menjadi sombong, angkuh atau mengalami superiority complex apabila memperoleh prestasi yang tinggi atau kesuksesan hidup. Jika mengalami kegagalan, dia tidak mereaksinya dengan frustasi, tetapi dengan sikap optimistik.
4.    Menerima tanggung jawab; dia mempunyai keyakinan terhadap kemampuannya untuk mengatasi masalah-masalah kehidupan yang dihadapinya.
5.    Kemandirian; memiliki sifat mandiri dalam cara berfikir dan bertindak, mampu mengambil keputusan, mengarahkan dan mengembangkan diri serta menyesuaikan diri dengan norma yang berlaku di lingkungannya.
6.    Dapat mengontrol emosi; merasa nyaman dengan emosinya, dapat menghadapi situasi frustasi, depresi, atau stress secara positif atau konstruktif tidak destruktif (merusak).
7.    Berorientasi tujuan; dapat merumuskan tujuan-tujuan dalam setiap aktivitas dan kehidupannya berdasarkan pertimbangan secara matang (rasional), tidak atas dasar paksaan dari luar, dan berupaya mencapai tujuan dengan cara mengembangkan kepribadian (wawasan), pengetahuan dan keterampilan.
8.    Berorientasi keluar (ekstrovert); bersifat respek, empati terhadap orang lain, memiliki kepedulian terhadap situasi atau masalah-masalah lingkungannya dan bersifat fleksibel dalam berfikir, menghargai dan menilai orang lain seperti dirinya, merasa nyaman dan terbuka terhadap orang lain, tidak membiarkan dirinya dimanfaatkan untuk menjadi korban orang lain dan mengorbankan orang lain, karena kekecewaan dirinya.
9.    Penerimaan sosial; mau berpartisipasi aktif dalam kegiatan sosial dan memiliki sikap bersahabat dalam berhubungan dengan orang lain.
10.     Memiliki filsafat hidup; mengarahkan hidupnya berdasarkan filsafat hidup yang berakar dari keyakinan agama yang dianutnya.
11.     Berbahagia; situasi kehidupannya diwarnai kebahagian yang didukung oleh faktor-faktor achievement (prestasi), acceptance (penerimaan), dan affection (kasih sayang).
12.     Sikap positif; seorang psikolog bernama Kobassa menemukan tiga sikap positif yang sangat mendukung kesehatan pribadi, yaitu:
a.       Control, yaitu orang yang memiliki keyakinan bahwa dirinya dapat menjadi penentu nasibnya sendiri. Cara pandang ini menyehatkan karena orang tidak mudah menyalahkan orang lain, situasi atau tuhan untuk kegagalan atau masalah-masalah yang dialami. Untuk setiap peristiwa baik itu yang menyenangkan atapun yang menyusahkan orang dengan keyakinan control yang tinggi ini cenderung akan melakukan refleksi atau introsfeksi diri. Dengan refleksi, orang dapat belajar dari pengalaman-pengalaman hidupnya sehingga pengertiannya akan terus bertambah untuk menghadapi masalah-masalah kehidupan.
b.      Komitmen, yaitu perasaan bertujuan dan keterlibatan dengan kegiatan-kegiatan, maupun hubungan-hubungan dengan orang lain. Dengan komitmen ini, orang-orang tidak cepat menyerah dengan banyaknya tekanan hidup, karena ia dapat meminta bantuan kepada orang lain disaat mengalami banyak tekanan. Orang dengan komitmen yang rendah seringkali memandang keterlibatan dalam kegiatan dan hubungan dengan orang lain hanya akan manjeratnya pada kewajiban-kewajiban yang melelahkan. Akibatnya, ia tidak memiliki sumber bantuan social yang dapat membuatnya bertahan ketika menghadapi tekanan hidup.
c.       Tantangan, yaitu cara memandang kesulitan sebagai sesuatu yang dapat mengembangkan diri bukan mengancam rasa aman diri. Orang yang demikian adalah orang yang mau mengarahkan segenap sumber dayanya untuk menghadapi persoalan bukan menghindarinya, karena ia tahu manfaatnya untuk mengembangkan kemampuan atau keterampilan diri.
Sebaliknya orang yang memandang persoalan hidup sebagai sesuatu yang mengancam rasa amannya, cenderung akan menghindarinya sehingga ia kehilangan kesempatan untuk lebih meningkatkan dirinya. Psikolog lain Fiktor Frank menemukan bahwa ternyata sikap penerimaan dan syukur membuat orang lebih mampu menghadapi penderitaan.
Jadi, pribadi sehat bukanlah pribadi yang bebas dari masalah, pribadi sehat bukan juga yang senang terus menerus, pribadi yang sehat adalah pribadi yang mampu menghadapi setiap persoalan hidup dengan tersenyum karena ia memiliki sikap positif terhadap setiap persoalan untuk pengembangan pribadi, membuatnya lebih mau terbuka pada setiap pengalaman manis maupun getir, menerima dan mensyukurinya.
Adapun kepribadian sehat memiliki ciri-ciri utama, yaitu:
a)         Seseorang memiliki kepribadian sehat sampai pada tingkat dimana ia selalu dengan sengaja mencari kebaikan pada diri setiap orang atau setiap situasi. Kepribadian seseorang tidak sehat sampai pada tingkat dimana ia dengan sengaja mencari keburukan pada diri setiap orang atau pada situasi apapun.
b)        Seseorang memiliki kepribadian sehat sampai pada tingkat dimana ia bisa dengan leluasa memaafkan orang lain. Kebanyakan penyakit psikosomatik yang bahkan bisa menjelma menjadi kanker adalah ketidakmampuan memaafkan orang lain dengan satu atau lain cara. Mereka memendam ganjalan lama bahkan setelah insidennya telah lama berlalu. Tindakan memaafkan membebaskan diri kita dari beban yang berat yang tidak selayaknya dipikul kemana-mana.
c)         Seseorang memiliki kepribadian sehat sampai pada tingkat dimana ia bisa dengan mudah rukun dengan banyak orang yang jenisnya berbeda-beda. Siapa saja bisa rukun dengan beberapa orang. Namun orang dengan kepribadian yang benar-benar sehat memiliki kemampuan mudah rukun dengan banyak jenis orang yang perangainya, kepribadiannya, sikapnya, dan norma-normanya berbeda-beda. Itulah ukuran dan ujian yang sesungguhnya bagi kepribadian yang sehat.
Kepribadian yang sehat menurut Maslow. Maslow mencirikan kepribadian yang sehat, meliputi:
(1) menerima realitas secara tepat             
(2) menerima diri dan orang lain apa adanya.
(3) bertindak secara spontan dan alamiah.
(4) tidak dibuat-buat
(5) memusatkan pada masalah-masalah bukan pada perseorangan
(6) memiliki kekuasaan dan tidak bergantung pada orang lain.


Menurut Freud, kepribadian yang normal (sehat) yaitu:
 (a) kepribadian yang sehat menurut Freud adalah jika individu bergerak menurut pola perkembangan yang ilmiah.
 (b) hasil dari belajar dalam mengatasi tekanan dan kecemasan
 (c) kesehatan mental yang baik adalah hasil dari keseimbangan antara kinerja super ego terhadap id dan ego.
Menurut Gordon W. Allport (1897-1967), terdapat tujuh kriteria tentang sifat-sifat khusus kepribadian yang sehat, yaitu:
1.      Perluasan Perasaan Diri
Ketika orang menjadi matang, ia mengembangkan perhatian-perhatian di luar diri. Tidak cukup sekedar berinteraksi dengan sesuatu atau seseorang di luar diri. Lebih dari itu, ia harus memiliki partisipasi yang langsung dan penuh, yang oleh Allport disebut “partisipasi otentik”.
Dalam pandangan Allport, aktivitas yang dilakukan harus cocok dan penting, atau sungguh berarti bagi orang tersebut. Jika menurut kita pekerjaan itu penting, mengerjakan pekerjaan itu sebaik-baiknya akan membuat kita merasa enak, dan berarti kita menjadi partisipan otentik dalam pekerjaan itu. Hal ini akan memberikan kepuasan bagi diri kita. Orang yang semakin terlibat sepenuhnya dengan berbagai aktivitas, orang, atau ide, ia lebih sehat secara psikologis. Hal ini berlaku bukan hanya untuk pekerjaan, melainkan juga hubungan dengan keluarga dan teman, kegemaran, keanggotaan dalam politik, dan agama.
2.      Relasi Sosial yang Hangat
Allport membedakan dua macam kehangatan dalam hubungan dengan orang lain, yaitu kapasitas untuk mengembangkan keintiman dan untuk merasa terharu. Orang yang sehat secara psikologis mampu mengembangkan relasi intim dengan orang tua, anak, pasangan, dan sahabat. Hal ini merupakan hasil dari perasaan perluasan diri dan perasaan identitas diri yang berkembang dengan baik.
Ada perbedaan hubungan cinta antara orang yang neurotis (tidak matang) dan yang berkepribadian sehat (matang). Orang-orang neurotis harus menerima cinta lebih banyak daripada yang mampu diberikannya kepada orang lain. Bila mereka memberikan cinta itu diberikan dengan syarat-syarat. Padahal, cinta dari orang yang sehat adalah tanpa syarat, tidak melumpuhkan atau mengikat. Jenis kehangatan lain adalah perasaan terharu yang merupakan hasil pemahaman terhadap kondisi dasar manusia dan perasaan kekeluargaan dengan semua bangsa. Orang sehat memiliki kapasitas untuk memahami kesakitan, penderitaan, ketakutan, dan kegagalan yang merupakan ciri kehidupan manusia.
Hasil dari empati semacam ini adalah kesabaran terhadap tingkah laku orang lain dan tidak cenderung mengadili atau menghukum. Orang sehat dapat menerima kelemahan manusia dan mengetahui bahwa dirinya juga memiliki kelemahan. Sebaliknya, orang neurotis tidak mampu bersabar dan memahami sifat universal pengalaman-pengalaman dasar manusia.
3.      Keamanan Emosional
Kualitas utama manusia sehat adalah penerimaan diri. Mereka menerima semua segi keberadaan mereka, termasuk kelemahan-kelemahan, dengan tidak menyerah secara pasif terhadap kelemahan tersebut. Selain itu, kepribadian yang sehat tidak tertawan oleh emosi-emosi mereka dan tidak berusaha bersembunyi dari emosi-emosi itu. Mereka dapat mengendalikan emosi, sehingga tidak mengganggu hubungan antar pribadi. Pengendaliannya tidak dengan cara ditekan, tetapi diarahkan ke dalam saluran yang lebih konstruktif.
Kualitas lain dari kepribadian sehat adalah “sabar terhadap kekecewaan”. Hal ini menunjukkan bagaimana seseorang bereaksi terhadap tekanan dan hambatan atas berbagai keinginan atau kehendak. Mereka mampu memikirkan cara yang berbeda untuk mencapai tujuan yang sama. Orang-orang yang sehat tidak bebas dari perasaan gundah dan ketakutan. Namun, mereka tidak terlalu merasa terancam dan dapat menanggulangi perasaan tersebut secara lebih baik daripada kaum neurotis.
4.      Persepsi Realistis
Orang-orang sehat memandang dunia secara objektif. Sedangkan orang-orang neurotis kerapkali memahami realitas disesuaikan dengan keinginan, kebutuhan, dan ketakutan mereka sendiri. Orang sehat tidak meyakini bahwa orang lain atau situasi yang dihadapi itu jahat atau baik menurut prasangka pribadi. Mereka memahami realitas sebagaimana adanya.
5.      Keterampilan dan Tugas
Allport menekankan pentingnya pekerjaan dan perlunya menenggelamkan diri di dalam pekerjaan tersebut. Kita perlu memiliki keterampilan yang relevan dengan pekerjaan kita, dan lebih dari itu harus menggunakan keterampilan itu secara ikhlas dan penuh antusiasme. Komitmen pada orang sehat atau matang begitu kuat, sehingga sanggup menenggelamkan semua pertahanan ego. Dedikasi terhadap pekerjaan berhubungan dengan rasa tanggung jawab memberikan arti dan perasaan kontinuitas untuk hidup. Tidak mungkin mencapai kematangan dan kesehatan psikologis tanpa melakukan pekerjaan penting dan melakukannya dengan dedikasi, komitmen, dan keterampilan.
6.      Pemahaman Diri
Memahami diri sendiri merupakan suatu tugas yang sulit. Ini memerlukan usaha memahami diri sendiri sepanjang kehidupan secara objektif. Untuk mencapai pemahaman diri yang memadai dituntut pemahaman tentang dirinya menurut keadaan sesungguhnya. Jika gambaran diri yang dipahami semakin dekat dengan keadaan sesungguhnya, maka individu tersebut semakin matang. Demikian juga apa yang dipikirkan seseorang tentang dirinya, bila semakin dekat (sama) dengan yang dipikirkan orang-orang lain tentang dirinya, berarti ia semakin matang. Orang yang sehat terbuka pada pendapat orang laindalam merumuskan gambaran diri yang objektif.
Orang yang memiliki objektivitas terhadap diri tidak mungkin memproyeksikan kualitas pribadinya kepada orang lain (seolah orang lain negatif). Ia dapat menilai orang lain dengan seksama, dan biasanya ia diterima dengan baik oleh orang lain. Ia juga mampu menertawakan diri sendiri melalui humor yang sehat.
7.      Filsafat Hidup
Orang yang sehat melihat ke depan, didorong oleh tujuan dan rencana jangka panjang. Ia memiliki perasaan akan tujuan, perasaan akan tugas untuk bekerja sampai tuntas sebagai batu sendi kehidupannya. Allport menyebut dorongan-dorongan tersebut sebagai keterarahan (directness). Keterarahan itu membimbing semua segi kehidupan seseorang menuju suatu atau serangkaian tujuan, serta memberikan alasan untuk hidup. Kita membutuhkan tarikan yang tetap dari tujuan yang bermakna. Tanpa itu mungkin kita mengalami masalah kepribadian.
Kerangka dari tujuan-tujuan itu adalah nilai, yang bersama dengan tujuan sangat penting dalam rangka mengembangkan filsafat hidup. Memiliki nilai-nilai yang kuat merupakan salah satu ciri orang matang. Orang-orang neurotis tidak memiliki nilai atau memiliki nilai yang terpecah-pecah dan bersifat sementara, yang tidak cukup kuat untuk mempersatukan semua segi kehidupan. Suara hati berperan dalam menentuka filsafat hidup. Allport mengemukakan perbedaan antara suara hati yang matang dengan suara hati tidak matang. Yang tidak matang, suara hatinya seperti pada kanak-kanak: patuh dan membudak, penuh larangan dan batasan, bercirikan perasaan “harus”.
Orang yang tidak matang berkata, “Saya harus bertingkah laku bagini”. Sebaliknya, orang yang matang berkata, “Saya sebaiknya bertingkah laku begini”. Suara hati yang matang adalah perasaan kewajiban dan tanggung jawab kepada diri sendiri dan orang lain, dan mungkin berakar dalam nilai-nilai agama atau etis.

C.    Kepribadian Tidak Sehat
Pribadi yang tidak sehat yaitu yang menyimpang dari kebiasaan pada umumnya atau bertentangan dengan norma, aturan, dan kaidah kepribadian yang seharusnya ditampilkan. Ciri-ciri kepribadian yang tidak sehat yaitu:
a)    Mudah marah (tersinggung).
b)   Menunjukkan kekhawatiran dan kecemasan.
c)    Sering merasa tertekan (stress atau depresi).
d)   Bersikap kejam atau senang mengganggu orang lain yang usianya lebih muda atau terhadap binatang.
e)    Ketidakmampuan untuk menghindar dari perilaku menyimpang meskipun sudah diperingati atau dihukum.
f)    Kebiasaan berbohong.
g)   Hiperaktif.
h)   Bersikap memusuhi semua bentuk otoritas.
i)     Senang mengkritik atau mencemooh orang lain.
j)     Sulit tidur.
k)   Kurang memiliki rasa tanggung jawab.
l)     Sering mengalami pusing kepala (meskipun penyebabnya bukan faktor yang bersifat organis).
m) Kurang memiliki kesadaran untuk menaati ajaran agama.
n)   Pesimis dalam menghadapi kehidupan.
o)   Kurang bergairah (bermuram durja) dalam menjalani kehidupan.
Penghargaan diri merupakan ciri kepribadian yang sehat. Kita bisa memperbaiki kesehatan kepribadian dengan memanfaatkan setiap kesempatan untuk memperbaiki kesehatan kepribadian orang lain. Apa yang kita tabur dalam kehidupan orang lain akan kita tuai dalam kehidupan kita sendiri. Adapun kepribadian dalam kesehatan mental, pengertian terminologis tentang kesehatan mental selalu mengalami perkembangan. Pada awalnya pengertian orang tentang kesehatan mental bersifat terbatas dan sempit, seperti hanya terbatas pada terhindarnya seseorang dari gangguan dan penyakit jiwa. Dalam pengertian ini, kesehatan mental berarti hanya diperuntukkan bagi orang yang mengalami gangguan dan penyakit jiwa saja. Padahal kesehatan mental diperlukan bagi setiap orang yang merindukan ketentraman dan kebahagian hidup.
Ada pula beberapa pengertian yang berkaitan dengan kesehatan mental/ kesehatan jiwa, yaitu:
·         Menurut UU Kesehatan Jiwa No. 3 Tahun 1966, kesehatan jiwa adalah kondisi yang memungkinkan pengembangan fisik, intelektual, emosional secara optimal dari seseorang, dan perkembangan ini berjalan selaras dengan orang lain.
·         Kesehatan mental adalah terhindarnya orang dari gejala-gejala gangguan jiwa dan dari gejala-gejala penyakit jiwa (Zakiah Darajat, 1983:11)
·         Kesehatan mental adalah pengetahuan dan perbuatan yang bertujuan untuk mengembangkan dan memanfaatkan segala potensi, bakat dan pembawaan yang ada semaksimal mungkin, sehingga membawa kepada kebahagiaan diri dan orang lain ; serta terhindar dari gangguan-gangguan dan penyakit jiwa ( Zakiah Darajat, 1983 : 12)
·         Kesehatan mental merupakan kondisi yang sangat dibutuhkan untuk penyesuaian diri yang baik. Apabila seseorang bermental sehat, maka sedikit kemungkinan dia akan mengalami ketidakmampuan menyesuaikan diri yang berat. Kesehatan mental adalah kunci untuk penyesuaian diri yang sehat. Kesehatan mental berarti bebas dari simtom-simtom yang melumpuhkan dan mengganggu, yang merusak efisiensi mental, kestabilan emosi, atau ketenangan pikiran.
·         Menurut Marie Johanda, pengertian kesehatan jiwa tidak hanya terbatas pada terhindarnya seseorang dari gangguan dan penyakit kejiwaan, akan tetapi disamping itu, orang yang sehat mentalnya juga memiliki karakter utama sebagai berikut:
1.      Sikap kepribadian yang baik terhadap diri sendiri dalma arti ia dapat mengenal dirinya dengan baik.
2.      Pertumbuhan, perkembangan, dan perwujudan diri dengan baik.
3.      Integrasi diri yang meliputi keseimbangan mental, kesatuan pandangan, dan tahan terhadap tekanan-tekanan yang terjadi.
4.      Otonomi diri yang menyangkut unsur-unsur pengatur kelakuan dari dalam atau kelakuan bebas.
5.      Persepsi mengenai realitas, bebas dari penyimpangan kebutuhan serta memiliki empati dan kepekaan sosial.
6.      Kemampuan untuk menguasai lingkungan, bersosialisasi, dan berintegrasi dengannya secara baik.
·      Menurut Kartini Kartono, kesehatan jiwa sebagai ilmu tentang jiwa yang mempermasalahkan kehidupan kerohanian yang sehat, yang memandang pribadi manusia sebagai satu totalitas psikofisis yang kompleks. Menurutnya, orang yang berpenyakit mental, ditandai dengan fenomena ketakutan, pahit hati, apatis, cemburu, iri hati, dengki, eksplosif, ketegangan batin, dan sebagainya. Sementara orang yang sehat jiwanya, adalah mempunyai kemampuan untuk bertindak secara efisien, memiliki tujuan hidup yang jelas, ada koordinasi antara segenap potensi, memiliki integritas kepribadian, dan selalu tenang batinnya.
Ada konsep, maka ada pula dimensi atau aspeknya. Apabila pada batasan terdahulu, kesehatan hanya mencakup 3 dimensi atau aspek, yaitu fisik, mental dan sosial. Dalam UU No. 36 Tahun 2009, kesehatan mencakup 4 dimensi atau aspek, yaitu fisik (badan), mental (jiwa), sosial, dan ekonomi. Hal ini berarti, kesehatan seseorang tidak hanya diukur dari aspek fisik, mental dan sosialnya saja, tetapi juga diukur dari produktivitasnya dalam arti mempunyai pekerjaan atau menghasilkan sesuatu secara ekonomi. Bagi yang belum memasuki usia kerja, anak, dan remaja, atau bagi yang sudah tidak bekerja (pensiun) atau manula, berlaku produktif secara sosial. Misalnya produktif secara sosial ekonomi bagi siswa sekolah atau mahasiswa adalah mencapai prestasi yang baik. Sedangkan produktif secara sosial ekonomi bagi usia lanjut atau para pensiunan adalah mempunyai kegiatan sosial atau keagamaan yang bermanfaat, bukan saja bagi dirinya, tetapi juga bagi orang lain dan masyarakat.
Keempat dimensi kesehatan tersebut saling mempengaruhi dalam mewujudkan tingkat kesehatan pada seseorang, kelompok, atau masyarakat. Itulah sebabnya, maka kesehatan bersifat holistik atau menyeluruh yang mengandung keempat aspek. Wujud atau indikator dari masing-masing aspek tersebut dalam kesehatan individu antara lain sebagai berikut :
a.       Kesehatan fisik terwujud apabila seseorang tidak merasa sakit atau tidak adanya keluhan dan memang secara klinis tidak ada penyakit. Semua organ tubuh berfungsi normal atau tidak ada gangguan fungsi tubuh.
b.      Kesehatan mental (jiwa) mencakup tiga komponen, yaitu pikiran, emosional dan spiritual.
1)      Pikiran yang sehat itu tercermin dari cara berpikir seseorang, atau jalan pikiran. Jalan pikiran yang sehat apabila seseorang mampu berpikir logis (masuk akal), atau berpikir secara runtut.
2)      Emosional yang sehat tercermin dari kemampuan seseorang untuk mengekspesikan emosinya, misalnya takut, gembira, kuatir, sedih dan sebagainya.
3)      Spiritual yang sehat tercermin dari cara seseorang dalam mengekspresikan rasa syukur, pujian atau penyembahan, keagungan, dan sebagainya terhadap sesuatu dibalik alam ini, yakni Sang Pencipta alam dan seisinya (Allah Yang Maha Kuasa). Secara mudah, spiritual yang sehat dapat dilihat dari praktik keagamaan, keyakinan atau kepercayaan, sesuai dengan agama yang dianut. Dengan perkataan lain, spiritual yang sehat adalah apabila yang melakukan ibadah dan aturan-aturan agama yang dianutnya.
c.       Kesehatan sosial terwujud apabila seseorang mampu berhubungan atau berkomunikasi dengan orang lain secara baik atau mampu berinteraksi dengan orang atau kelompok lain, tanpa membedakan ras, suku, agama atau kepercayaan, status sosial, ekonomi, politik, dan sebagainya, serta saling menghargai dan toleransi.
d.      Kesehatan dari aspek ekonomi terlihat dari seseorang (dewasa) itu produktif, dalam arti mempunyai kegiatan yang menghasilkan sesuatu yang dapat menyokong secara finansial terhadap hidupnya atau keluarganya. Bagi mereka yang belum dewasa (siswa atau mahasiswa) dan usia lanjur (pensiunan), dengan sendirinya batasan ini tidak berlaku. Oleh sebab itu, bagi kelompok tersebut, yang berlaku adalah produktif secara sosial, yaitu mempunyai kegiatan yang berguna bagi kehidupan mereka nanti. Misalnya berprestasi bagi siswa atau mahasiswa, dan kegiatan pelayanan social, pelayanan agama, atau pelayanan masyarakat yang lain bagi usia lanjut.
Orang yang bermental sehat adalah orang yang dapat menguasai segala faktor dalam hidupnya sehingga ia dapat mengatasi kekalutan mental sebagai akibat dari tekanan-tekanan perasaan dan hal-hal yang menimbulkan frustasi. Kesehatan mental tidak hanya jiwa yang sehat berada dalam tubuh yang sehat (mens sana in corpora sano), tetapi juga suatu keadaan yang berhubungan erat dengan seluruh eksistensi manusia. Jadi, sehat itu sangat perlu untuk menjalankan hidup yang lebih baik.

D.    Kepribadian Sehat dan tidak Sehat menurut Beberapa Tokoh Kepribadian
1.      Gordon Allport
Kriteria kematangan, kesehatan emosi, & kepribadian dewasa adalah :
*        Berorientasi jangka panjang.
*        Mampu berhubungan secara hangat dengan orang lain.
*        Mampu memandang orang lain secara objektif, secara apa adanya.
*        Mampu menunjukkan penerimaan diri dan mencapai rasa aman.
*        Mampu mengembangkan persepsi nyata, perkembangan kemampuan dan membuat suatu komitmen pada bentuk kerja
*        Mempunyai filosofi hidup yang berorientasi pada tujuan hidup, religi sebagai pegangan
Kriteria ketidak-matangan, kesehatan emosi, kepribadian tidak dewasa adalah :
*        Tidak mampu merasakan dunia, mengingat pengalaman dan bagaimana pikiran yang kita tunjukkan (berhubungan dengan propriate functional autonomy )
*        Tidak mampu untuk mempertahankan konsistensi dan integrasi kepribadian
*        Tidak berfungsi secara matang, motivasinya dependent
*        Dependent terhadap orang tua/orang sekitar
*        Perkembangan psikologis yang terhambat mengakibatkan dewasa neurotik yang berasal dari pengalaman yang tidak menyenangkan pada masa kanak-kanak
2.      Raymond Bernard Cattle
Kriteria kepribadian dewasa yang matang adalah :
*        Mampu memperkirakan tentang apa yang harus dilakukan individu pada situasi  yang telah ada.
*        Mampu menentukan cara dalam mencapai suatu tujuan.
*        Dalam diri individu beberapa elemen saling berhubngan (hubungan antara erg, sentiment dan attitude).
*        Mampu memaksimalkan total kepuasan jangka panjang.
*        Mampu memecahkan masalah.
*        Memiliki pengetahuan yang luas dan mampu mengontrol lingkungan.
Kriteria ketidak-matangan kepribadian dewasa adalah :
*        Tidak mampu menentukan cara dalam mencapai tujuan.
*        Tidak mampu memecahkan masalah.
*        Tidak mampu memperkirakan apa yang harus dilakukan pada situasi tertentu.
*        Tidak mampu memaksimalkan kepuasan jangka panjang.
*        Tidak seimbangnya hubungan antara erg, sentiment dan attitude.
3.      Hans Jurgen Eysenck
Orang yang akan tidak merasakan neurotik (Introvert dan Ekstrovert) adalah :
*        Orang yang introvert akan normal jika level eksitasi cortical-nya tinggi dan tingkat reaktivitas sistem saraf otonomnya rendah.
*        Orang yang ekstrovert akan normal jika level eksitasi cortical-nya rendah dan tingkat reaktivitas sistem saraf otonomnya tinggi.
Orang yang introvert dan ekstrovert akan mengalami neurotik jika :
*        Jika level eksitasi cortical-nya tinggi dan tingkat reaktivitas sistem saraf otonom-nya tinggi.
*        Jika level eksitasi cortical-nya rendah dan tingkat eksitasi sistem saraf otonom-nya  rendah.
4.      Carl Rogers
Orang yang dapat mencapai fully functioning person adalah orang yang memiliki ciri-ciri :
*        Kehidupan yang kaya dan sepenuhnya setiap saat.
*        Menunjukkan kesadaran dari seluruh pengalaman.
*        Orang yang sehat secara emosional percaya pada diri mereka sendiri.
*        Merasakan perasaan bebas untuk membuat pilihan tanpa paksaan atau hambatan.
*        Kreatif dan hidup secara konstruktif dan adaptif terhadap perubahan kondisi lingkungan.
*        Ada kesulitan-kesulitan dalam proses menjadi orang sepenuhnya.
*        Adanya keselarasan antara aktual dan ideal self.
*        Mengembangkan kebutuhan unconditional positive regard
*        Organisme berreaksi secara keseluruhan terhadap medan phenomenal untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.



Orang yang tidak bisa mencapai fully functioning person adalah :
*        Aktualisasi terhenti karena adanya konflik dalam diri atau dalam masyarakat.
*        Diatur oleh kekuatan instinktif biologis ataupun dikontrol oleh kejadian yang terjadi pada 5 tahun pertama.
*        Tidak bertingkah laku yang selaras dengan self.
*        Adanya perbedaan yang jauh antara aktual dan ideal self.
*        Mengembamgkan kebutuhan conditional positive regard.
5.      Abraham  Maslow
 Orang yang dapat mengaktualisasikan diri adalah :
*        Persepsi yang efisien dari realita.
*        Penerimaan diri, orang lain, dan alam .
*        Spontanitas, kesederhanaan, dan alami.
*        Fokus pada masalah diluar diri mereka.
*        Pemisahan antara kebutuhan pribadi.
*        Bergantung pada diri sendiri dalam memenuhi kebutuhannya.
*        Pembaharuan apresiasi.
*        Mengalami peak  experience.
*        Memiliki ketertarikan sosial.
*        Hubungan interpersonal yang menyeluruh.
*        Struktur dan karakter yang demokratis.
*        Kreatif dan tahan terhadap perubahan budaya.
*        Kebutuhan yang rendah sudah terpenuhi dengan sempurna dan tidak dipengaruhi oleh kebuhan yang lebih rendah.
Orang yang tidak dapat mengaktualisasikan diri adalah :
*        Kebutuhan-kebutuhan dasar (fisiologis, rasa aman, diterima dan dihargai dan harga diri) belum terpenuhi.
*        Kasih sayang yang tidak cukup pada masa kanak-kanak.
*        Adanya Jonah Complex yaitu ketakutan dan keraguan terhadap kemampuan diri yang dapat menimbulkan keadaan yang sulit untuk diseimbangkan.




6.      George  Kelly
Orang yang dapat memiliki cognitive construct yang baik adalah :
*        Individu yang bisa mengatur cognitive construct seperti 11 dalil dari Rogers:
·           The construction Corollary :Similiarities among repeated event
·           The individual corollary :Individual differences in interpret events
·           The organization corollary :Relationship among construct
·           The dichotomy corollary :Two mutually exclusive alternatives
·           The choice corollary :Freedom of choice
·           The range corollary :The range of conveniences
·           The experience corollary :Exposure to new experience
·           The modulation corollary :Adapting to new experience
·           The fragmentation corollary :Competition among construct
·           The commonality corollary :Similarities among people in interpreting    events.
·           The sociality corollary :Interpersonal relationship  
*        Individu yang berpikir secara kompleks (cognitive complexity)
Individu yang tidak memiliki cognitive construct yang baik adalah :
*        Berpkir secara simple (sederhana).
*        Tidak bisa mengatur dengan baik 11 dalil yang dikemukakan oleh Rogers.
7.      Binswanger  dan  Boss
Orang yang bisa mencapai eksistensi adalah :
*        Orang yang bisa mengubah eksistensinya dan bisa mengungkap serta membuka suatu dunia baru
*        Manusia yang menjalani hubungan apa saja  dengan yang dijumpainya
*        Orang yang memiliki eksistensi authentic yaitu orang yang dapat menerima dan melaksanakan eksistensinya di dunia
*        Memiliki rancangan dunia yang terdiri dari berbagai kategori
*        Memiliki cara eksistensi yang lebih dari satu
*        Memiliki sifat-sifat eksistensial yaitu spesialitas eksistensi, temporalis eksistensi, badan eksistensi
*        Bebas untuk menjadi apa  dan bebas mengambil tindakan tapi mengetahui bahwa manusia memiliki keterbatasan-keterbatasan yang harus diterima
Orang yang tidak dapat mencapai eksistensi adalah :
*        Orang yang menolak eksistensinya didunia atau menutup diri (diseksistensi) yang disebut eksistensi tidak autentik
*        Rancangan dunianya dikuasai oleh sejumlah kecil kategori
*        Memiliki satu cara eksistensi di dunia
*        Tidak tahu menahu dengan orang lain tentang dan hidup dalam dunia pribadinya sendiri
*        Menolak untuk menjadi sama dengan mengunci diri dalam ruang sempit dan gelap yang mengakibatkan fobia, delusi, dan berbagai simptom-simptom neurotik dan psikotik lainnya
8.      Henry Murray
Kepribadian yang sehat menurut Henry Murray adalah sebagai berikut :
*        Adanya keseimbangan antara id, ego dan super ego.
*        Kemampuan untuk mengatur aspek-aspek tentang kepribadian individu yaitu behavioral unit (proceeding dan serial), ordination (abilities dan achievement)
*        Kemampuan seseorang untuk mengurangi konflik yang terjadi dalam diri individu  dalam mencapai kepuasan yang muncul karena adanya needs.
*        Apabila kepribadian seseorang itu berkembang dan tidak menetap, karena adanya needs yang diperoleh dari proses belajar, pengalaman sosialisasi.
*        Orang yang memiliki abilities dan achievement yang tinggi.
Kepribadian yang tidak sehat menurut Murray adalah sebagai berikut :
*        Terjadinya ketidak-seimbangan antara id, ego dan super ego.
*        Ketidakmampuan seseorang dalam mengurangi ketegangan.
*        Terjadinya complexes pada masa lalu yang tidak menyenangkan.
*        Terjadinya pengalaman buruk pada masa lalu yang berpengaruh terhadap masa sekarang.
*        Memiliki abilities dan achievement yang rendah.
*        Kepribadiannya menetap dan tidak berkembang.
9.      B.F. Skinner
Kepribadian yang sehat menurut B.F. Skinner adalah :
*        Seseorang yang tingkah lakunya tidak dipengaruhi oleh reinforcement.
*        Orang yang mampu mengkontrol faktor eksternal sehingga bisa mengkontrol tingkah laku.
*        Orang yang mampu mengkontrol variabel yang berlebihan yang mempengaruhi prilaku.
Kepribadian yang tidak sehat menurut Skinner adalah :
*        Seseorang denga perilaku yang dikontrol oleh reinforcement.
*        Tidak mampu mengkontrol faktor eksternal dan variabel yang berlebihan yang bisa mempengaruhi perilaku.
10.  Kurt Lewin
Kepribadian yang sehat menurut Lewin adalah sebagai berikut :
*        Apabila antara pribadi dan non-pribadi terdapat batas-batas yang tipis.
*        Jika ruang hidup dan dunia luar berhubungan erat. Perubahan-perubahan dalam dunia luar mempengaruhi keadaan ruang hidup dan pengaruh-pengaruh dalam ruang hidup mempengaruhi dunia luar.
*        Pribadi yang dapat dimasuki oleh lingkungan psikologis karena hanya dipisahkan oleh dinding yang mudah ditembus sehingga dapat mudah dan bebas dalam berhubungan dengan lingkungan psikologis.
Kepribadian yang tidak sehat menurut Lewin adalah sebagai berikut :
*        Apabila kita hanya tertarik pada pribadi dan tidak tertarik pada dunia di mana pribadi itu merupakan bagian berarti, kita akan melupakan interksi-interaksi penting antara pribadi dan lingkungan.
*        Jika pribadi tidak bisa dimasuki oleh lingkungan psikologis maka orang itu menjadi kaku (hidup dalam dunianya sendiri). Atau dengan kata lain pribadi terkurung dalam lingkungan psikologisnya, kontak mereka dengan kenyataan fisik adalah tipis.
*        Pribadi yang tidak bisa dimasuki oleh lingkungan psikologis karena dipisahkan dengan ketat dari lingkungannya oleh lingkungan psikologisnya.
11.  Julian Rotter
Kepribadian yang sehat menurut Rotter adalah sebagai berikut :
*        Memiliki freedom of evement yang tinggi - bersifat optimis karena berharap untuk sukses.
*        Memiliki minimal goal level yang realistis, artinya kita menyusun (meletakkan) minimal goal level sesuai dengan kemampuan dan keadaan kita yang sebenarnya.
*        Memiliki locus of control internal - memiliki kontrol yang kuat terhadap diri sendiri, biasanya lebih bertanggung jawab pada tingkah lakunya, lebih percaya diri, lebih tanggap terhadap stimulus lingkungan dan nilai yang tinggi pada keahlian dan prestasi.
*        Memiliki interpersonal trust yang tinggi, dapat dipercaya.
Kepribadian yang tidak sehat menurut Rotter adalah sebagai berikut :
*        Memiliki tingkah laku psychopathologic yang dirancang untuk menghindari konflik di antara tujuan-tujuan penting dan kebebasan untuk bergerak (freedom of movement) yang rendah.
*        Memiliki minimal goal level yang terlalu tinggi dan tidak realistik.
*        Memiliki locus of control external - kurang percaya pada kemampuan sendiri dalam mengkontrol hidupnya, baik sekarang maupun besok.
*        Memiliki inter personal trust yang rendah, sehingga tidak bisa dipercaya.
*        Biasanya hidupnya tidak bahagia, maladaptif, dipersulit oleh konflik-konflik yang ia buat sendiri.

E.     Implikasi Kepribadian Guru Sehat dan Tidak Sehat Terhadap Pengembangan Kepribadian Guru
1.      Mengikhlaskan Ilmu kepada Allah
Perkara besar yang banyak di luapakan oleh sebagian besar para guru dan pengajar adalah menanamkan prinsip keikhlasan ilmu dan amal kepada Allah. Ini adalah perkara yang tidak banyak diketahui, karena jauhnya sebagian besar manusia dari manhaj rabbani. Banyak ilmu yang berguna dan pekerjaan yang besar bagi umat, namun yang mengerjakannya tidak bisa mengambil manfaat apa-apa, hilang bersama angin dan seperti debu yang beterbangan.  Seorang guru harus menanamkan sifat ikhlas ke dalam jiwa murid-muridnya, dan seorang guru juga harus membawa serta  sifat itu dalam setiap memulai pekerjaan.
2.      Kejujuran Seorang Guru
Sesungguhnya jujur bagi seorang guru adalah mahkota yang menghiasi kepalanya. Jika ia kehilangan sifat jujur, maka ia kehilangan kepercayaan manusia terhadap ilmu dan pengetahuan-pengetahuan yang ia sampaikan terhadap mereka. Karena pada umumnya, orang yang belajar akan menerima semua perkataan gurunya. Jika dia mengetahui kebohongan gurunya dalam beberapa hal, maka hal itu akan langsung berimbas kepadanya dan menyebabkan jatuh martabatnya di depan murid-muridnya. Jujur adalah penyelamat bagi guru baik di dunia maupun di akhirat, bohong kepada murid akan menghalangi penerimaan dan menghilangkan kepercayaan, dan bohong juga pengaruhnya sampai kepada masyarakat dan tidak terbatas kepada orang yang melakukannya.
3.      Kesesuaian Perkataan dan Perbuatan
Allah berfirman dalam surat Ash-Shaff ayat 2-3 :
$pkšr'¯»tƒ tûïÏ%©!$# (#qãZtB#uä zNÏ9 šcqä9qà)s? $tB Ÿw tbqè=yèøÿs? ÇËÈ uŽã9Ÿ2 $ºFø)tB yYÏã «!$# br& (#qä9qà)s? $tB Ÿw šcqè=yèøÿs? ÇÌÈ
Artinya : “ Wahai orang-orang yang beriman, kenapakah kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan? . Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan.”(Ash-Shaff : 2-3)
Kaitannya dengan adalah seorang guru harus mengatakan juga mengerjakannya, dalam arti kesesuaian antara perkataan dengan tindakan lebih cepat diterima daripada hanya perkataannya saja.  Adanya perbedaan antara ucapan dan perbuatan yang dilakukan oleh seorang guru hanya akan membuat murid berada dalam kebingungan,. Selain itu, sikap tesebut juga akan membuat murid bersikap labil.
4.      Adil dan Egaliter
Para guru akan menghadapi kondisi yang beragam berkenaan dengan murid-murid mereka, baik itu berupa pembagian tugas dan kewajiban. Jika memang ada tugas-tugas tertentu yang memerlukan kerjasama kelompok, atau berupa sikap mengistimewakan sebagian dari sebagian yang lain, hendaknya guru bersikap adil dalam memberikan nilai. Tidak ada ruang bagi seorang guru untuk mencintai salah seorang dari mereka. Tidak diperkenankan pula bersikap mengistimewakan satu dari yang lainnya, baik karena kedkatan, lebih mengenal, ataupun sebab lainnya. Sikap tidak adilnya seorang guru akan menimbulkan perpecahan, ketidak harmonisan, permusuhan, dan kebencian diantara murid-murid yang ada. Selain itu mengakibatkan terciptanya jurang pemisah yang sangat dalam antara seorang guru dengan murid-muridnya. Seorang guru harus bersihat adil agar timbul rasa persaudaraan dan kecintaan di antara mereka.


5.      Menghiasi Diri dengan Akhlak yang Terpuji
Tidak ada yang meragukan bahwa ucapan yang baik dan ungkapan yang terpuji akan membekas pada jiwa setiapa orang. Oleh karena itu seorang guru diperintahkan untuk mengikuti jejak Rasululloh dalam berakhlak, yaitu dengan akhlak yang mulia dan jkkesatuan yang tinggi. Kareaan sikap seperti itulah sarana yang paling baik dalam mengajar.
6.       Ketawadhuan Seorang Guru
Tawadhu merupakan sifat terpuji. Sifat ini menjadikan pelakunya lebih terlihat agung dan berwibawa. Dampak sifat tawadhu tidak hanya kan dirasakan oleh seorang guru, tetapi juga kan dirasakan oleh para murid. Sifat ini akan menjadi dampak positif bagi mereka. Murid akan lebih menyegani gurunya, bukan takut kepada gurunya.
7.      Keberanian seorang guru
Keberanian dalam arti berani menjalankan amanatnya sebagai seorang guru. Seorang guru harus berani menegur murid-muridnya yang melanggar aturan yang berlaku, tanpa ada keterkaitan apapun. Seorang guru juga harus berani mengakui kesalah yang ia lakukan, mengakui kesalahan dalam maknanya adalah memperbaiki kesalahn.
8.      Canda Seorang Guru kepada Murid-Muridnya
Telah kita ketahui bahwa ilmu pengetahuan lebih cenderung bersifat membosankan,. Oleh karena itu, dalam menyerapnya diharuskan ada kepekaan akal dan hati. Meskippun seorang guru memiliki kemampuan yang baik di dalam menjalankan tugasnya dan menyampaikan ilmunya, akan tetapi harus di ingat bahwa kemampuan akal seorang murid memiliki keterbatasan menyerap informasi yang di dapatkannya. Oleh karena itu, hendaklah seorang guru memasukan sedikit anekdot dalam menyampaikan pelajarannya. Hal itu dimaksudkan agara rasa bosan dan jenuh yang seringkali muncul dalam suasana kelas menjadi hilang, dan jauh dari pembelajaran yang monoton.
9.       Sabar dan Menahan Amarah
Kesabaran adalah alat paling penting untuk kesuksesan seorang guru. Kekuatan seorang guru tersembunyi pada bagaimana ia mampu mengendalikan marahnya ketika terjadi sesuatu yang membuat marah, dan bagaimana ia mampu menguasai akal sehatnya. Dengan cara perlahan dan latihan yang panjang maka seorang guru akan mampu menguasai dan mengontrol diri.



10.   Menghindari Ucapan Kotor dan Keji
Ucapan keji, menghina,dan mengupat orang lain adalah sifat tercela, khususnya bagi seorang guru. Seorang guru merupakan tauladan yang akan di ikuti jejak langkahnya. Jika seorang guru memiliki salah satu sifat di atas, maka ia di anggap memiliki kelemahan. Bagaimanapun seorang murid akan mencontoh gurunya, baik hal yang positif maupun hal yang negatif.
11.  Guru Meminta Bantuan Orang Lain
Seorang guru seringkali harus menghadapi masalah yang pelik dan rumit. Hal ini seringkali membuat dirinya resah. Sedangkan ia sendiri tidak menemukan solusi dan jalan keluar yang baik. Atau terkadang ia mendapatkan pernyataan dari seorang murid yang ia sendiri tidak mengetahui jawabannya. Hal ini tentunya membutuhkan kecerdasan dalam memisahkan persoalan yang ada, sekaligus memikirkan solusi yang harus ia berikan terhadap persoalannya. Solusinya yaitu pertama dengan berijtihad sendiri dalam menemukan solusi, kedua berusaha mencari jawaban dengan membaca buku-buku yang bersangkutan dengan persoalan tersebut, ketiga dengan menanyakan kepada orang yang dianggap bisa menyelesaikan persoalan tersebut. Bermusyawarah dapat membantu seorang guru dalam menghadapi suatau permasalahan dan perkara sulit yang menjadi tangguang jawabnya, meminta pendapat orang lain tidak menujnjukan rendahnya tingkat martabat dan ke ilmuan seseorang. Bermusyawarah dapat mendekatkan seseorang kepada kebenaran.
Bagi siswa yang selalu memperhatikan materi pelajaran yang diberikan, bukanlah masalah bagi guru. Karena di dalam diri siswa tersebut ada motivasi, yaitu motivasi intrinsik. Siswa yang demikian biasanya dengan kesadaran sendiri memperhatikan penjelasan guru. Rasa ingin tahunya lebih banyak terhadap materi pelajaran yang diberikan. Berbagai gangguan yang ada disekitarnya, kurang dapat mempengaruhinya agar memecahkan perhatiannya. Lain halnya bagi siswa yang tidak ada motivasi di dalam dirinya, maka motivasi ekstrinsik yang merupakan dorongan dari luar dirinya mutlak diperlukan. Di sini tugas guru adalah membangkitkan motivasi peserta didik sehingga ia mau melakukan belajar.




Ada beberapa strategi yang bisa digunakan oleh guru untuk menumbuhkan motivasi belajar siswa, sebagai berikut:
a.    Menjelaskan tujuan belajar ke peserta didik.
Pada permulaan belajar mengajar seharusnya terlebih dahulu seorang guru menjelaskan mengenai Tujuan Instruksional Khusus yang akan dicapainya kepada siwa. Makin jelas tujuan maka makin besar pula motivasi dalam belajar.
b.    Hadiah
Berikan hadiah untuk siswa yang berprestasi. Hal ini akan memacu semangat mereka untuk bisa belajar lebih giat lagi. Di samping itu, siswa yang belum berprestasi akan termotivasi untuk bisa mengejar siswa yang berprestasi.
c.    Saingan/kompetisi
Guru berusaha mengadakan persaingan di antara siswanya untuk meningkatkan prestasi belajarnya, berusaha memperbaiki hasil prestasi yang telah dicapai sebelumnya.
d.   Pujian
Sudah sepantasnya siswa yang berprestasi untuk diberikan penghargaan atau pujian. Tentunya pujian yang bersifat membangun.
e.    Hukuman
Hukuman diberikan kepada siswa yang berbuat kesalahan saat proses belajar mengajar. Hukuman ini diberikan dengan harapan agar siswa tersebut mau merubah diri dan berusaha memacu motivasi belajarnya.
f.     Membangkitkan dorongan kepada anak didik untuk belajar
Strateginya adalah dengan memberikan perhatian maksimal ke peserta didik.
·      Membentuk kebiasaan belajar yang baik
·      Membantu kesulitan belajar anak didik secara individual maupun kelompok
·      Menggunakan metode yang bervariasi, dan
·      Menggunakan media yang baik dan sesuai dengan tujuan pembelajaran Hierarki kebutuhan manusia menurut Maslow ini mempunyai implikasi yang penting yang harus diperhatikan oleh guru pada waktu ia mengajar anak-didiknya. Ia mengatakan bahwa perhatian dan motivasi belajar tidak mungkin berkembang kalau kebutuhan dasar siswa belum terpenuhi.


BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Seorang guru harus memiliki kepribadian yang sehat dan bersahaja, karena  seorang guru adalah sosok yang harus menjadi contoh bagi anak didiknya.  Guru yang berperilaku tidak baik akan merusak citranya sebagai guru pada gilirannya akan dapat merusak murid-murid yang dipercayakan kepadanya. Tugas seorang guru bukan hanya menyampaikan materi saja, tetapi seorang guru juga dituntut harus bisa menjadi seorang multitallent yang baik.
Pribadi sehat seorang guru adalah sosok yang menyenangkan dan memiliki intelektual tinggi. Seorang guru juga harus memiliki sikap tidak mudah menyalahkan orang lain, kemauan untuk berkomitmen, penerimaan dan rasa syukur membuat pribadi sehat lebih mampu menghargai orang lain dan menjadikannya pribadi yang menyenangkan.
Guru adalah pembawa obor peradaban.  Posisinya sebagai penyampai ilmu, pencerdas bangsa, memang ibarat cahaya dalam kegelapan. Guru juga adalah teladan. Sosok dan prlilakunya bahkan mengajarkan lebih banyak daripada pelajaran yang disampaikannya. Rasalulloh adalah seorang sosok yang harus di contoh oleh seorang guru dalam meraih kesuksesan. Bahkan beliau guru peradaban, yang terbukti risalahnya mampu menjadi cahaya bagi pengikutnya dari degradasi kegelapan.














DAFTAR PUSTAKA

Ruswandi, Uus, dkk,. Pengembangan Kepribadian Guru. 2010. Bandung: CV. _________INSAN MANDIRI
Ruswandi. Uus, dkk,. Model Teori Kepribadian dan Etika Guru. 2009. Fakultas _________Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati _________Bandung
http//:www.fitria95.wordpress.com/.../ciri-ciri-kepribadian-yang-sehat-dan-tidak-...
http//:www.maizarpsikologi09.blogspot.com/.../kepribadian-sehat-menurut-psiko
http//:www.khaqucha.blogspot.com/.../kesehatan-mental-kepribadian-sehat.html




0 Response to "Makalah Kepribadian Sehat dan tidak sehat"