BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Seperti yang kita tahu anak didik
sedikit banyak akan mengikuti kepribadian gurunya yang mereka anggap sebagai anutannya.
Secara tidak sadar kita sebagai guru dijadikan idola oleh anak didik kita.
Penting sekali bagi guru atau calon guru untuk mengetahui hal ini. Sehubungan
dengan mereka sebagai pendidik, Kita harus memiliki kepribadian yang baik jika
ingin anak didik kita juga baik. Terutama guru-guru yang mendidik anak-anak
sekolah dasar, mengapa demikian karena anak-anak umur sekolah dasar mudah
sekali mengikuti kepribadian guru mereka karena mereka masih polos. Sebagai
calon guru agar kita nanti menjadi guru yang di sukai oleh anak didik maka
mulai sekaranglah kita melihat kembali apakah kita punya kepribadian yang baik
atau tidak. Anak-anak suka dengan guru yang perhatian pada mereka dan tidak
pilih kasih. Kita harus mengenal terlebih dahulu kondisi
kejiwaan anak-anak agar kita bisa memahami mereka dan membuat mereka merasa
nyaman dengan kita, Kalau kita punya kepribadian yang baik InsyaAllah anak-anak
senang dengan kita dan materi yang kita berikan pun akan mudah mereka serap,
beda kalau guru yang tidak punya kepribadian yang baik pasti akan di benci oleh
anak
didik. Dan materi yang di sampaikan pun akan sulit dicerna meskipun anak
tersebut cerdas.
Selain kepribadian baik yang harus dimiliki
oleh seorang guru, profesionalisme guru juga merupakan hal yang penting dalam
keberlangsungan pendidikan. Saat ini profesionalisme guru sudah sangat menurun
jadi untuk mencapai tujuan pendidikan kita harus meningkatkan kembali
profesionalisme guru. Untuk itulah sebagai seorang guru terutama kita calon
guru harus mempersiapkan diri agar menjadi guru yang profesional dan mempunyai
kepribadian yang baik, guna menghasilkan anak-anak didik penerus bangsa yang
berkualitas tinggi.
B. Rumusan Masalah
Adapun
rumusan masalahnya adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana
profil keribadian guru ideal?
2. Bagaimana
kepribadian guru di sekolah dan madrasah?
3. Bagaimana
kontribusi teori kepribadian dan etika dalam pengembangan kepribadian guru?
C. Tujuan
Masalah
Tujuan
masalah dari rumusan masalah di atas adalah:
1. Mengetahui
profil keribadian guru ideal
2. Mengetahui
kepribadian guru di sekolah dan madrasah
3. Mengetahui
kontribusi teori kepribadian dan etika dalam pengembangan kepribadian guru
BAB II
PEMBAHASAN
A. Profil
Kepribadian Guru Ideal
Mendiskusikan
sikap profesional keguruan tidak bisa dilepaskan dari asumsi yang melandasi
keberhasilan guru itu sendiri. Sikap ideal yang dimaksud dapat mengacu kepada
perilaku Nabi Muhammad saw. Karena beliau satu-satunya pendidik yang berhasil.
Dalam Al-Quran surah al-Ahzab ayat 21 dinyatakan bahwa pada pribadi Muhammad
saw, terdapat teladan yang dapat dipraktikkan oleh umat manusia.
Untuk
itu, asumsi keberhasilan pendidik perlu meneladani beberapa hal yang dianggap
esensial, yang diharapkan dapat mendekatkan realitas perilaku pendidik dan
idealitas (perilaku Nabi Muhammad saw, sebagai pendidik). Sebab beliau dikenal
sebagai seorang yang berbudi luhur, berkepribadian unggul sehingga beliau
dijuluki al-amin ‘orang yang sangat jujur, dapat dipercaya’, dan sangat
dicintai semua orang.
Hampir
seluruh kegiatan yang dikelola sekolah selalu berkaitan dengan tenaga guru.
Kegiatan pokok sekolah tidak akan berjalan lancar bila tidak didukung oleh
tenaga guru yang berkualitas. Agar
guru sebagai aspek sumber daya manusia yang berperan di sekolah dapat berfungsi
efektif dan efisien maka perlu dideskripsikan profil guru ideal yang dibutuhkan
di sekolah, yang tentunya harus sesuai dengan peraturan yang mengatur tentang
persyaratan tenaga guru.
Profil
ideal tersebut meliputi:
1.
Memiliki Kompetensi
Kepribadian, yaitu kemampuan personal yang
mencerminkan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa,
menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlak mulia, dengan indikator :
(1)Memiliki kepribadian yang mantap dan
stabil.
(2)Memiliki kepribadian yang dewasa.
(3)Memiliki kepribadian yang arif.
(4)Memiliki kepribadian yang berwibawa.
(5)Memiliki akhlak mulia dan dapat
menjadi teladan.
2.
Memiliki Kompetensi
Pedagogik, yaitu kemampuan yang berkenaan dengan
pemahaman peserta didik dan pengelola pembelajaran yang mendidik dan dialogis,
dengan indikator sebagai berikut :
(1)Memahami peserta didik.
(2)Merancang pembelajaran, termasuk
memahami landasan pendidikan
untuk kepentingan pembelajaran.
(3)Melaksanakan pembelajaran.
(4)Merancang dan melaksanakan evaluasi
pembelajaran.
(5)Mengembangkan peserta didik untuk
mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.
3.
Memiliki Kompetensi Profesional, merupakan kemampuan yang berkenaan dengan penguasaan
materi pembelajaran bidang studi secara luas dan mendalam yang mencakup
penguasaan substansi isi materi kurikulum mata pelajaran di sekolah dan
substansi keilmuan yang menaungi materi kurikulum tersebut, serta menambah
wawasan keilmuan sebagai guru. Indikatornya adalah :
(1)Menguasai substansi keilmuan yang
terkait dengan bidang studi.
(2)Menguasai langkah-langkah penelitian
dan kajian kritis untuk menambah wawasan dan memperdalam pengetahuan/materi
bidang studi.
4.
Memiliki Kompetensi Sosial, yaitu berkenaan dengan kemampuan pendidik sebagai
bagian dari masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan
peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orangtua/wali peserta
didik, dan masyarakat sekitar, dengan indikator :
(1)Mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik.
(2)Mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan sesama pendidik dan tenaga kependidikan.
(1)Mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik.
(2)Mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan sesama pendidik dan tenaga kependidikan.
(3)Mampu berkomunikasi dan bergaul
secara efektif dengan orang tua/wali peserta didik dan masyarakat sekitar.
Secara konseptual guru yang diharapkan
adalah sosok guru yang ideal diidamkan oleh setiap pihak yang terkait. Berikut
akan dijabarkan profil guru yang ideal dilihat dari berbagai sudut pandang:
Dilihat dari sudut
pandang siswa, guru ideal adalah guru yang dapat
dijadikan sebagai sumber motivasi belajar, sumber keteladanan, ramah dan penuh
kasih sayang. Guru adalah mitra anak didik dalam kebaikan. Kalau kita
mencermati kata keteladanan, kita pasti ingat dengan istilah guru yaitu digugu
dan ditiru. Maksudnya, seorang guru seyogyanya harus dapat menjadi teladan,
memberi contoh yang baik bagi murid-muridnya dan lingkungan masyarakat pada
umumnya. Sebagai teladan guru harus memiliki kepribadian yang dapat dijadikan
profil dan idola, seluruh kehidupannya adalah figur bagi anak didik dan
masyarakat. Guru ideal adalah guru yang tidak materialistis. Artinya guru dalam
perlakuannya terhadap anak didik tidak membedakan murid yang kaya dan miskin.
Selain itu guru juga tidak pilih kasih dan obyektif dalam segala hal, dapat
menjawab pertanyaan secara gamblang, jelas dan mudah diterima. Guru dalam
penampilannya rapi, tidak lusuh, tapi juga tidak terlalu berlebihan sehingga
murid merasa nyaman saat melihatnya. Sedikit saja guru berbuat yang tidak baik
atau kurang baik, akan mengurangi kewibawaannya dan kharisma pun secara
perlahan lebur dari jati diri.
Dari sudut pandang
orang tua, guru yang diharapkan adalah sosok yang
dapat menjadi mitra pendidik bagi siswa. Di sini orang tua memiliki harapan
pada guru agar mereka dapat menjadi orang tua kedua di sekolah. Selain itu,
guru ideal bagi orang tua yaitu guru yang dapat berkomunikasi baik dengan orang
tua mengenai perkembangan prestasi belajar anak didik dan juga dapat memberikan
solusi atau jalan keluar bagi anak didik yang mengalami masalah atau problem
dalam belajar, sosialisasi dengan teman, adaptasi dengan lingkungan dan juga
masalah perkembangan anak. Orang tua merupakan bagian dari masyarakat.
Masyarakat akan melihat dan menilai perbuatan guru, bagaimana guru meningkatkan
kualitas layanan pendidikannya dan bagaimana guru memberi arahan serta dorongan
kepada peserta didiknya.
Sedangkan dilihat
dari sudut pandang pemerintah, guru yang ideal
yaitu guru yang dapat dituntut untuk profesional dan proposional sebagai unsur
penunjang kebijakan pemerintah terutama di bidang pendidikan. Guru yang
profesional adalah guru yang dapat menempatkan dirinya pada profesinya. Guru
adalah orang yang profesional, artinya secara formal mereka disiapkan oleh
lembaga atau institusi pendidikan yang berwenang. Mereka dididik secara khusus
memperoleh kompetensi sebagai guru, yaitu meliputi pengetahuan, keterampilan,
kepribadian, serta pengalaman dalam bidang pendidikan. Kompetensi mengacu pada
kemampuan menjalankan tugas-tugas pelayanan pendidikan secara mendiri.
Kemampuan yang dimaksud berbentuk perbuatan nampak, yang dapat diamati, dan
dapat diukur. Perbuatan yang nampak tersebut didasari antara lain oleh
pengetahuan, asas, konsep, prosedur, teknik, keputusan, pertimbangan, wawasan,
sikap serta sifat-sifat pribadi. Selain itu dilihat dari tingkat pengetahuan,
guru hendaknya memiliki wawasan yang luas, mampu menguasai semua metode
pembelajaran yang secara psikologis dapat diterima muridnya. Seorang guru
mempunyai tanggung jawab terhadap keberhasilan anak didik. Guru tidak hanya
dituntut mampu melakukan transformasi seperangkat ilmu pengetahuan kepada
peserta didik (cognitive domain) dan aspek keterampilan (pysicomotoric domain),
akan tetapi juga mempunyai tanggung jawab untuk mengajarkan dan mendidik
hal-hal yang berhubungan dengan sikap (affective domain).
Dari segi budaya,
guru merupakan subyek yang berperan dalam proses pewarisan budaya dari satu
generasi ke generasi berikutnya dalam pelestarian nilai-nilai budaya. Hal ini
berarti, guru yang ideal adalah guru yang dapat mewariskan dan menjaga
nilai-nilai budaya bangsa kepada anak didiknya. Dan secara otomatis guru
tersebut hendaknya dalam dirinya juga tertanam nilai-nilai budaya bangsa yang
luhur. Seorang guru dalam memberikan ilmu kepada muridnya , dituntut untuk
memiliki kejujuran dengan menerapkan apa yang diajarkan dalam kehidupan
pribadinya. Dengan kata lain, seorang guru harus konsekuen serta konsisten
dalam menjaga keharmonisan antara ucapan, larangan, dan perintah dengan amal
perbuatannya sendiri.
Secara umum,
guru ideal adalah guru yang memiliki keberdayaan mewujudkan kinerja yang dapat
mewujudkan fungsi dan peranannya secara optimal. Perwujudan tersebut tercermin
melalui keunggulannya dalam mengajar, hubungan dengan siswa, hubungan sesama
guru, pihak lain, sikap dan keterampilan profesionalnya. Profesionalisme guru
hendaknya dapat ditunjukan oleh lima unjuk kerja, yaitu keinginan berperilaku
standar ideal, memelihara profesi, mengembangkan profesionalitas serta
meningkatkan kualitas pengetahuan dan keterampilannya, mengejar kualitas dan
cita-cita dalam profesi serta bangga terhadap profesinya. Semua penampilan itu
dapat terwujud apabila didukung kompetensi yang meliputi kompetensi
intelektual, sosial, pribadi, moral-spiritual, fisik, dan sebagainya.
Suksesnya seorang guru tergantung dari kepribadian, luasnya ilmu
tentang materi pelajaran serta banyaknya pengalaman. Tugas seorang guru itu
sangat berat, tidak mampu dilaksanakan kecuali apabila kuat kepribadiannya,
cinta dengan tugas, ikhlas dalam mengerjakan, memelihara waktu murid, cinta
kebenaran, adil dalam pergaulan. Ada yang mengatakan bahwa masa depan anak-anak
di tangan guru dan di tangan gurulah terbentuknya umat.
Ditulis
Athiyah Al-Abrosy (dalam Slamet Yusuf:42) bahwasannya sifat-sifat yang
seyogyanya dimiliki seorang guru:Guru harus menjadi bapak sebelum ia menjadi
pengajar.
a)
Hubungan guru dengan
murid harus baik.
b)
Guru harus selalu
memperhatikan murid serta pelajaran mereka.
c)
Guru harus peka
terhadap lingkungan sekitar murid.
d)
Guru wajib menjadi
contoh/teladan di dalam keadilan dan keindahan serta kemuliaan.
e)
Guru wajib ikhlas di
dalam pekerjaannya.
f)
Guru wajib
menghubungkan masalah yang berhubungan dengan kehidupan.
g)
Guru harus selalu
membaca dan mengadakan penyelidikan.
h)
Guru harus mampu
mengajar bagus penyiapannya dan bijaksana dalam menjalankan tugasnya.
i)
Guru harus sarat
dengan ide sekolah yang modern.
j)
Guru harus punya niat
yang tetap.
k)
Guru harus sehat
jasmaninya.
l)
Guru harus punya
pribadi yang mantap.
B. Kepribadian
Guru di Sekolah dan Madrasah
Pembelajaran
guru di sekolah dan madrasah dapat ditingkatkan mutunya oleh adanya guru yang
memiliki kepribadian unggul sebagai pendidik. Acuan pribadi tersebut tentu
tepat bila dikonfirmasikan dengan pribadi Rasul Muhammad saw. yang memiliki
sejumlah sifat unggul yakni: shiddiq (jujur dan benar), amanah (dapat
dipercaya), tabligh (mentransformasikan dan menginternalisasikan nilai), serta
fathonah (cerdas).
Pribadi
guru yang diharapkan oleh siswa siswi di sekolah adalah pribadi yang menarik
secara fisik, gagah, berani, berwibawa, dan secara intelektual memiliki
kecerdasan tinggi, tidak mudah lupa, mampu menganalisis persoalan kehidupan
manusia secara integrative, serta mampu mencari jalan keluar atas problema yang
dihadapi yaitu pribadi guru yang memiliki keseimbangan antara aqal, jasmani,
dan rohani. Aqalnya cerdas, jasmaninya kuat, serta rohaninya memiliki
kecerdasan emosional dan spiritual.
Kita
sebagai calon guru hendaknya mengetahui dan mengerti betul bahwa kepribadian
yang tercermin dalam berbagai penampilan itu ikut menentukan tercapai atau
tidaknya tujuan pendidikan pada umumnya dan tujuan lembaga pendidikan tempat
kita mengajar pada khususnya. Tujuan tersebut dapat dipelajari dalam kurikulum
lembaga pendidikan yang bersangkutan. Kita perlu tahu bahwa kepribadian kita sebagai
guru sedikit banyak akan diserap dan dimbil oleh anak didik menjadi unsur
dalam kepribadiannya yang sedang bertumbuh dan berkembang itu. Persyaratan
kepribadian bagi guru madrasah, jauh lebih perlu mendapat perhatian, jika
tujuan madrasah dalam pembinaan anak didik tersebut ingin dicapai.
Jika
sekolah ingin membina anak didik menjadi seorang muslim yang bertaqwa dan
berakhlak mulia, maka semua guru yang mengajar di sekolah itu harus mempunyai
kepribadian muslim, taqwa yang berakhlak mulia, karena anak didik pada umur
Ibtidayah (tingkat dasar) belum mampu berfikir logis, pertumbuhan kecerdasannya
masih dalam tahap permulaan dan pembinaan kepribadian bagi mereka, lebih banyak
melalui latihan dan contoh. Apabila guru benar-benar memenuhi syarat sebagai contoh,
maka pembinaan kepribadian anak didik akan dapat dilaksanakan dengan mudah,
sebab contoh yang disertai latihan, secara berangsur-angsur dapat menanamkan
kebiasaan mengamalkan agama Islam, selanjutnya akan menumbuhkan rasa cinta
kepada agama Islam.
Madrasah
Ibtidayah di Indonesia bertujuan pula untuk mencetak anak didik menjadi seorang
warga Negara Indonesia yang baik,menerima dan mau melaksanakan pancasila dan
UUD 1945 serta menghargai kebudayaan nasional. Untuk menanamkan sikap yang
seperti itu diperlukan guru yang memahami UUD 1945 dan mempunyai kepribadian
yang sesuai dengan UUD 1945 tersebut,sehingga anak didik menemukan
langsung contoh kepribadian muslim Indonesia yang terpadu di dalamnya
nilai-nilai Islam dan nilai-nilai pancasila dan UUD 1945 secara serasi.
Madrasah
Ibtidayah bertujuan juga untuk menumbuhkan nilai dan sikap positif lainnya yang
diperlukan bagi seorang muslim Indonesia yang baik sehat jasmani dan rohaninya,
berfikiran maju, berminat kepada ilmu pengetahuan, berinisiatif, berdaya
kreatif dan menghargai setiap jenis pekerjaan dan usaha yang halal. Sikap dan
penampilan kepribadian semua guru harus pula menggambarkan semua nilai
tersebut. Tanpa hidupnya nilai dan sikap tersebut dalam pribadi setiap guru
yang mengajar di Madrasah Ibtidayah, sukarlah mengharapkan pembinaan nilai dan
sikap yang diharapkan oleh kurikulum madrasah ibtidayah itu.
Sikap
hidup sebagai manusia individu dan manusia sosial dari warga Negara Indonesia
muslim yang baik dan taqwa, yang tercermin dalam sikap demokratis, tenggang
rasa dan mencintai sesama manusia yang menghargai waktu, hemat dan produktif
dan lainnya yang tersebut dalam tujuan pendidikan Madrasah Ibtidayah perlu pula
tercermin dalam semua penampilan kepribadian guru.
Pendek
kata semua tujuan yang ingin di capai oleh Madrasah Ibtidayah yang di jabarkan
dalam kurikulumnya, harus benar-benar dipahami dan dilaksanakan oleh semua guru
dan tercermin dalam penampilan kepribadiannya.
Sebagai
calon guru kita perlu tahu bahwa anak didik yang akan kita bimbing dan bina bukanlah orang dewasa
yang sudah matang pertumbuhannya, akan tetapi ia adalah anak yang masih
bertumbuh dalam segala hal, tingkat pertumbuhan dan kematangan tiap tingkat
umurmempunyai kekhususan sendiri, berbeda dari tingkat lainnya. Maka cara kita
menghadapi dan memperlakukan anak didik yang bermacam-macam itu harus sesuai
dengan kekhususan umur tersebut. Guru yang mengerti dan memperlakukan anak didi
dengan bijaksana akan disenangi oleh anak didik dan akan berhasil usahanya
untuk mendidik dan membimbing anak didiknya.
Menurut
Zakiah Daradjat (2005 : 49) Kita sebagai guru juga mesti sadar bahwa
setiap anak masuk ke sekolah membawa segala latar belakang kehidupan dan
pengalaman dari orang tua dan lingkungannya. Maka sebagai seorang guru kita
harus mampu menampung beraneka ragam sikap dan kelakuan anak didik, semuanya
harus mendapat perhatian dan pelayanan yang diperlukan sesuai dengan
kemampuannya untuk menerima dan sesuai pula dengan diri pribadi yang dibawanya.
Semua anak didik dengan latar belakang dan pengalaman yang bermacam-macam
itu, harus dibimbing dan diarahkan kepada tujuan yang hendak dicapai dalam
kurikulum. Maka kelapangan dada, kebijaksanaan dan ketenangan jiwa kita sangat
diperlukan , agar kita tidak terombang-ambing oleh keadaan anak didik yang
beraneka ragam itu.
Anak
didik pada tingkat Sekolah Dasar atau Madrasah Ibtidayah biasanya disebut anak
pada usia sekolah, yaitu yang berada pada umur antara enam dan dua belas tahun.
Umur tersebut mempunyai ciri dan kekhususan tertentu. Yang perlu mandapat
perhatian oleh setiap guru. Pada umur ini anak-anak sibuk dengan pertumbuhan
kecerdasan dan penangkapan atau persepsi, oleh karena itu bisa dikatakan bahwa
anak pada umur ini baik dan menyenangkan, tidak nakal dan sudah mulai mengerti,
tidak seperti anak antara umur dua dan lima tahun yang sibuk dengan pertumbuan
jasmani cepat dan emosi berubah-ubah dalam waktu singkat, dan tidak pula
seperti anak umur antara 13 dan 16 tahun yang mengalami pertumbuhan
jasmani cepat dan emosi goncang.
Pada
umur tujuh dan Sembilan tahun anak mengalami Pertumbuhan kecerdasan yang cepat,
sehingga membuat mereka tertarik kepada cerita-cerita atau kisah-kisah
baik kisah nyata atau khayal. Guru yang bijaksana pandai memulihkan kisah
atau cerita yang cocok dan serasi dengan anak didik dan dapat diambil oleh anak
untuk menjadi bahan identifikasi dalam pertumbuhan pribadinya.
Kepribadian
guru yang tercermin dalam segala penampilannya itu hendaknya menarik,
menyenangkan dan stabil, agar anak didik mendapat teladan yang baik dalam
pertumbuhan pribadinya, serta tidak ragu-ragu bertindak dan bertingkah laku.
Barangkali
itulah sebabnya maka ada ahli yang berpendapat bahwa hendakya yang menjadi guru
pada tingkat Sekolah Dasar atau Madrasah ibtidayah terutama kelas satu dan dua,
hendaknya guru yang berpengalman dan mempunyai kepribadian yang benar-benar
memenuhi syarat.
Sedangkan
untuk pengembangan dan penguatan kompetensi kepribadian seolah-olah
dikembalikan lagi kepada pribadi masing-masing dan menjadi urusan pribadi
masing-masing. Oleh karena itu, marilah kita sama-sama mengambil tanggung jawab
ini dengan berusaha belajar memperbaiki diri-pribadi kita untuk senantiasa
berusaha menguatkan kompetensi kepribadian kita. Meski dalam berbagai teori
kepribadian disebutkan bahwa kepribadian orang dewasa cenderung bersifat
permanen, DR.
Uhar Suharsaputra, M.Pd. dalam bukunya “Menjadi
Guru Berkarakter”,
disebutkan bahwa: “Jika
yakin bisa berubah, maka berubahlah… Jika Anda ingin menjadi guru yang baik dan
lebih baik, katakanlah terus pada diri sendiri bahwa saya adalah guru yang baik
dan lebih baik, dan bayangkan bahwa Anda adalah guru yang baik dan lebih baik
dengan kepribadian yang baik dan lebih baik.”
C.
Kontribusi Teori Kepribadian Dan Etika Dalam
Pengembangan Kepribadian Guru
Kepribadian adalah sesuatu yang
terdapat dalam diri seseorang yang membimbing dan memberi arah kepada seluruh
tingkah laku individu yang bersangkutan (Allport). Kepribadian juga berarti
kesatuan sifat yang sempurna atau kematangan sifat pada individu baik jasmani,
akal sosial dan intelegensia dalam interaksi sosial dan berbeda dengan yang
lainnya secara jelas. Abdul Madjid bin Masud mengartikan kepribadian yaitu
sebagai sistem yang sempurna atau pertumbuhan yang sempurna meliputi kematangan
fisik, sikap dan pengetahuan yang menentukan keinginan individu dan
membedakannya dengan yang lain. Dapat dinyatakan bahwa kepribadian guru adalah
sifat hakiki seorang guru yang tercermin pada sikap dan perbuatannya yang
membedakannya dengan orang lain.
Kepribadian
(personality) merupakan salah satu kajian psikologi yang lahir berdasarkan
pemikiran, kajian, atau temuan-temuan (hasil praktik penanganan kasus) para
ahli. Objek kajian kepribadian adalah human behavior prilaku manusia yang
pembahasannya terkait dengan apa, mengapa, dan begaimana prilaku tersebut.
Dalam islam kepribadian sering diidentikan dengan akhlak.
Sementara itu , Abin Syamsuddin (2003)
mengemukakan tentang aspek-aspek kepribadian, yang didalamnya mencakup:
a)
Karakter
b)
Temperamen
c)
Sikap
d)
Stabilitas
emosi
e)
Responsibilitas
(tanggung jawab)
f)
Sosiabilitas
Menurut Imam
Al-Ghazali bahwa kepribadian dan etika guru adalah sebagai berikut :
1.
Kasih
sayang kepada peserta didik dan memperlakukannya sebagaimana anaknya sendiri
2.
Meneladani
Rasulullah sehingga tidak menuntut upah, imbalan maupun penghargaan
3.
Hendaknya
tidak memberi predikat/martabat kepada peserta didik sebelum ia pantas dan
kompeten untuk menyandangnya, dan jangan memberi ilmu yang samar (al-‘ilm
al-khafy) sebelum tuntas ilmu yang jelas (al-‘ilm al-jaly)
4.
Hendaknya
mencegah peserta didik dari akhlak yang buruk (sedapat mungkin) dengan cara
sindiran dan tidak tunjuk hidung
5.
Guru
yang memegang bidang studi tertentu sebaiknya tidak menjelek-jelekkan guruatau
merendahkan bidang studi lain
6.
Menyajikan
pelajaran pada peserta didik sesuai dengan taraf kemampuan mereka
7.
Dalam
menghadapi peserta didik yang kurang mampu, sebaiknya diberi ilmu-ilmu yang
global dan tidak perlu menyajikan dtailnya
8.
Guru
hendaknya mengamalkan ilmunya, dan jangan sampai ucapannya bertentangan dengan
perbuatannya.
M.Amin Abdullah
(2005) mengartikan etika sebagai ilmu yang mempelajari tentang baik danburuk.
Jadi, bias dikatakan etika berfungsi sebagai teori perbuatan baik dan buruk
(ethis atau µilmal-akhlaq al-karimah),praktiknya dapat dilakukan dalamdisiplin
filsafat. Etika dapat dipakaidalam arti nilai yang menjadi pegangan seseorang
atau sekelompok dalam mengatur tingkahlakunya atau lazim dikenal dengan istilah
kode etik misalnya kode etik guru, kode etik pegawainegeri, kode etik jurnalistik,
dan lain-lain.Kata etika
diidentikkan dengan kepribadian yang berarti sifat hakiki seseorang yang
tercerminpada sikap dan perbuatannya, yang membedakan dirinya dengan orang lain
(Muhibuddin S,1989).
Seorang guru memahami sosok jibril sebagai pendidik bagi
nabi muhammad SAW. merupakan sosk yang gagah secara fisik, cerdas intelektual ,
dan memiliki sikap yang layak sebagai pendidik, ia kan terdorong untuk
meneladani pribadi jibril dalam aktifitasnya sebagai guru. Melalui pemahaman
terhadap teori kepribadian dan etika yang dikemukakan oleh pemikir
barat(sekuler), seorang guru juga dapat melakukan komparasi dengan pemikir
muslim yang menyajiakan pemahaman pribadi guru yang sarat nilai. Selanjutnya
seorang guru dapat menyeleksi dan memilih pribadi yang hendak ditampilkannya
dalam aktifitasnya sebagai guru. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa teori
kepribadian dan etika memiliki kontribusi positif dalam pengembangan
kepribadian guru.
BAB III
PENUTUP
Simpulan
sikap
profesional keguruan tidak bisa dilepaskan dari asumsi yang melandasi
keberhasilan guru itu sendiri. Sikap ideal yang dimaksud dapat mengacu kepada
perilaku Nabi Muhammad saw. Karena beliau satu-satunya pendidik yang berhasil.
Dalam Al-Quran surah al-Ahzab ayat 21 dinyatakan bahwa pada pribadi Muhammad
saw, terdapat teladan yang dapat dipraktikkan oleh umat manusia.
Kita sebagai calon guru hendaknya mengetahui dan mengerti
betul bahwa kepribadian yang tercermin dalam berbagai penampilan itu ikut
menentukan tercapai atau tidaknya tujuan pendidikan pada umumnya dan tujuan
lembaga pendidikan tempat kita mengajar pada khususnya. Tujuan tersebut dapat dipelajari dalam
kurikulum lembaga pendidikan yang bersangkutan. Kita perlu tahu bahwa kepribadian
kita sebagai guru sedikit banyak akan diserap dan dimbil oleh anak didik
menjadi unsur dalam kepribadiannya yang sedang bertumbuh dan berkembang itu.
Persyaratan kepribadian bagi guru madrasah, jauh lebih perlu mendapat
perhatian, jika tujuan madrasah dalam pembinaan anak didik tersebut ingin
dicapai.
Melalui pemahaman terhadap teori kepribadian dan etika
yang dikemukakan oleh pemikir barat(sekuler), seorang guru juga dapat melakukan
komparasi dengan pemikir muslim yang menyajiakan pemahaman pribadi guru yang
sarat nilai. Selanjutnya seorang guru dapat menyeleksi dan memilih pribadi yang
hendak ditampilkannya dalam aktifitasnya sebagai guru. Dengan demikian dapat
dikatakan bahwa teori kepribadian dan etika memiliki kontribusi positif dalam
pengembangan kepribadian guru.
0 Response to "Makalah keribadian guru ideal"
Post a Comment