BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Organisasi diartikan sebagai
kumpulan orang dengan sistem kerja sama untuk mencapai tujuan bersama. Dalam
sistem kerja sama secara jelas diatur siapa yang menjalankan apa, siapa
bertanggung jawab atas siapa, arus komunikasi, dan memfokuskan sumber adaya
pada tujuan. Setiap organisasi harus memiliki tujuan. Tujuan dicerminkan oleh
sasaran-sasaran yang dilakukan baik untuk jangka pendek maupun jangka panjang.
Tiga bidang utama dalam tujuan organisasi yaitu profitability
(keuntungan), growth (pertumbuhan), dan survive (bertahan
hidup). Ketiganya harus berjalan berkesinambungan demi kemajuan organisasi.
Salah satu manfaat organisasi
adalah Organisasi dapat mengubah kehidupan masyarakat. Contoh dari manfaat ini
ialah, jika organisasi bergerak di bidang kesehatan dapat membentuk masyarakat
menjadi dan memiliki pola hidup sehat. Organisasi Kepramukaan, akan menciptakan
generasi mudah yang tangguh dan ksatria.
Organisasi mempunyai dua jenis
yaitu Organisasi
formal adalah setiap bentuk
kerjasama antara dua orang atau lebih diatur dan dilaporkan secara resmi dalam
rangka mencapai tujuan bersama. Di dalam
organisasi formal, hubungan antara orang-orang dan antara pekerjaan diatur dan
ditampilkan dalam struktur organisasai. Organisasi
informal merupakan sisi lain yang
berbeda dalam organisasi formal yang mempengaruhi tumbuh kembangnya hubungan
dan aktivitas antara orang-orang di dalam organisasi yang tidak diatur di dalam
struktur organisasi.
1.2 Rumusan
Masalah
Dari latar
belakang diatas penyusun ingin mengkaji lebih dalam tentang pengorganisasian
pendidikan maka penyusun merumuskan masalah sebagai berikaut:
1.
Apa
pengertian organisasi ?
2.
Apa tujuan
dari oganisasi ?
3.
Apa manfaat
dari organisasi ?
4.
Sebutkan
jenis-jenis organisasi ?
5.
Sebutkan
struktur organisasi ?
6.
Sebutkan
wewenang organisasi ?
7.
Sebutkan
strategi organisasi ?
1.3 Tujuan Masalah
Tujuan
masalah dari rumusan masalah di atas adalah sebagai berikut :
1.
Mengetahui
pengertian organisasi.
2.
Mengetahui
tujuan dari organisasi.
3.
Mengetahui
manfaat dari organisasi.
4.
Mengetahui
jenis-jenis organisasi.
5.
Mengetahui
struktur organisasi.
6.
Mengetahui
wewenang organisasi.
7.
Mengetahui
strategi organisasi.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1
Pengertian Pengorganisasian
Istilah organisasi mempunyai dua
pngertian umum. Pertama organisasi
diartikan sebagai suatu lembaga atau kelompok fungsional, misalnya, sebuah
perusahaan, sebuah sekolah, sebuah perkumpulan, badan-badan pemerintahan. Kedua, merujuk pada proses pengorganisasian
yaitu bagaimana pekerjaan diatur dan dialokasikan di anatara para anggota,
sehingga tujuan organisasi itu dapat tercapai secara efektif. Sedangkan
organisasi itu sendiri diartikan sebagai kumpulan orang dengan sistem kerja
sama untuk mencapai tujuan bersama. Dalam sistem kerja sama secara jelas diatur
siapa yang menjalankan apa, siapa bertanggung jawab atas siapa, arus
komunikasi, dan memfokuskan sumber adaya pada tujuan.
Karakteristik
sistem kerja sama dapat dilihat, anatara lain 1) ada komunikasi antara orang
yang bekerja sama; 2) individu dalam organisasi tersebut mempunyai kemampuan
untuk bekerja sama; dan 3) kerja sama itu ditujukan untuk mencapai tujuan.
Menurut Chester I. Bernard organisasi mengandung tiga elemen, yaitu 1)
kemampuan untuk bekerja sama; 2) tujuan yang ingin dicapai; dan 3) komunikasi.
2.2 Tujuan
Setiap
organisasi harus memiliki tujuan. Tujuan dicerminkan oleh sasaran-sasaran yang
dilakukan baik untuk jangka pendek maupun jangka panjang. Tiga bidang utama
dalam tujuan organisasi yaitu profitability (keuntungan), growth
(pertumbuhan), dan survive (bertahan hidup). Ketiganya harus berjalan
berkesinambungan demi kemajuan organisasi.
2.3 Manfaat
Organisasi
Organisasi
sebagai penuntun pencapaian tujuan. Pencapaian tujuan akan lebih efektif dengan
adanya organisasi yang baik.
Organisasi
dapat mengubah kehidupan masyarakat. Contoh dari manfaat ini ialah, jika
organisasi bergerak di bidang kesehatan dapat membentuk masyarakat menjadi dan
memiliki pola hidup sehat. Organisasi Kepramukaan, akan menciptakan generasi
mudah yang tangguh dan ksatria.
Organisasi
menawarkan karier. Karier berhubungan dengan pengetahuan dan keterampilan. Jika
kita menginginkan karier untuk kemajuan hidup, berorganisasi dapat menjadi
solusi.
Organisasi
sebagai cagar ilmu pengetahuan. Organisasi selalu berkembang seiring dengn
munculnya fenomena-fenomena organisasi tertentu. Peran penelitian dan
pengembangan sangat dibutuhkan sebagai dokumentasi yang nanti akan mengukir
sejarah ilmu pengetahuan.
2.4
Proses Pengorganisasian
Ernest
Dale (Stoner, 1986) memberikan pengorganisasian sebagai sebuah proses yang
berlangkah jamak. Proses pengorganisasian itu terdiri sebagai berikut:
1. Pemerincian pekerjaan
Tahap
pertama, yang harus dilakukan dalam merinci pekerjaan adalah menentukan
tugas-tugas apa yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan organisasi
2. Pembagian kerja
Tahap
kedua, membagi seluruh beban kerja menjadi kegiatan-kegiatan yang dapat
dilaksanakan oleh perseorangan atau perkelompok. Disini perlu diperhatikan
bahwa orang-orang yang akan diserahi tugas harus didasarkan pada kualifikasi, tidak
dibebani terlalu berat juga tidak terlalu ringan.
3. Penyatuan pekerjaan
Tahap
ketiga, menggabungkan pekerjaan para anggota dengan cara yang rasional,
efesien. Pengelompokkan tugas yang saling berkaitan, jika organisasi sudah
membesar atau kompleks. Penyatuan kerja ini biasanya disebut
departementalisasi.
4. Koordinasi pekerjaan
Taha
keempat, menetpakan mekanisme kerja untuk mengkoordinasikan pekerjaan dalm satu
kesatuan yang harmonis. Pada saat setiap orang dan setiap bagian melaksanakan
pekerjaan/aktivitas, kemungkinan timbul konflik di antara anggota, dan
mekanisme penkoorganasian memungkinkan setiap anggota organisasi untuk tetap bekerja
efektif.
5. Monitoring dan organisasi
Tahap
kelima, melakukan monitoring dan mengambil langkah-langkah penyesuaian untuk
mempertahankan dan meningkatkan efektivitas. Karena pengoraganisasian merupakan
suatu proses yang berkelanjutan, diperlukan penilaian ulang terhadap keempat
langkah sebelumnya secara terprogram/berkala, utuk menjamin konsistensi,
efektif, dan efisien dalam memenuhi kebutuhan.
2.5 Jenis-jenis Bentuk Organisasi
Jenis atau
bentuk organisasi bervariasi dan berbeda-beda tergantung dari aspek atau sudut
pandang masing-masing. Berdasarkan sifat hubungan pribadi orang-orang di dalam
organisasi, organisasi dapat dibedakan menjadi dua yaitu organisasi formal dan
informal.
Organisasi formal adalah setiap bentuk kerjasama antara dua orang atau lebih diatur dan
dilaporkan secara resmi dalam rangka mencapai tujuan bersama. Di dalam organisasi formal, hubungan antara
orang-orang dan antara pekerjaan diatur dan ditampilkan dalam struktur
organisasai. Pada dasarnya struktur organisasi adalah kerangka yang menunjukkan
segenap tugas pekerjaan serta hubungannya satu sama lain dan batas wewenang
serta tanggung jawab setiap anggota organisasi dalam pencapaian tujuan
organisasai.
Organisasi informal merupakan sisi lain yang berbeda dalam organisasi formal yang mempengaruhi
tumbuh kembangnya hubungan dan aktivitas antara orang-orang di dalam organisasi
yang tidak diatur di dalam struktur organisasi. Organisasi ini terbentuk dari
tingkah laku, perasaan, hastrat, dan hubungan yang bersifat pribadi antara
orang-orang.
Dilihat dari
sisi kepemilikan dan pengelolaannya, terdapat organisasi swasta dan organisasi
pemerintah. Dilihat dari bidang kegiatannya dapat dibedakan antara organisasi
politik, social, pemuda, dan lain-lain.
Dilihat dari
jumlah orang yang memegang tampuk pimpinan organisasi dapat dibedakan menjadi
dua, yaitu jenis/bentuk tunggal dan bentuk komosi. Bentuk Tunggal ialah pucuk pimpinan berada ditangan satu orang,
semua kekuasaan dan tugas pekerjaan bersumber dan bermuara kepadanya. Sedangkan
Bentuk Komisi ialah pimpinan
oraganisasi merupakan suatu dewan yang terdiri dari beberapa orang. Semua
kekuasaan dan tanggung jawab dipikul oleh dewan itu sebagai satu kesatuan,
demikian pula pengambilan keputusan.
Dilihat berdasarkan tinjauan dari segi wewenang, tanggung
jawab, serta hubungan kerja dalam organisasi, dapat dikemukakan adanya empat
jenis atau bentuk organisasi.
1.
Organisasi Garis
Pengelolaan yang berkaitan dengan tugas-tugas
perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan berada disatu tangan dan garis kewenangan
langsung dari pimpinan kepada bawahannya. Cirri-ciri yang menonjol dari jenis
oraganisasi ini adalah tujuan organisasi masioh sederhana, jumlah karyawan sedikit,
pimpinan dan semua karyawan saling mengenal, hubungan kariyawan dengan pimpinan
bersifat langsung, tingkat spesialisasi belum begitu tinggi.
Keunggulan yang dimiliki oleh jenis organisasi ini
adalah bahwa kesatuan komando berjalan secara tegas dan memperkecil kemungkinan
kesimpang-siuran, proses pengambilan keputusan berjalan dengan cepat, penilaian
terhadap pegawai dapat dilakukan secara cepat dan obyektif, serta tingginya
rasa solidaritas diantara semua egawai.
Kekurannya adalah adanya
ketergantungan kepada satu orang, adanya kecenderungan pimpinan untuk bertindak
secara otokratis, dan kesempatan karyanwan untuk berkembang terbatas.
2.
Organisasi Garis dan Staf
Organisasi ini digunakan untuk organisasai besar,
daerah kerjanya luas dan mempunyai bidang-bidang tugas yang beraneka ragam atau
rumut. Cirri-ciri yang dapat dilihat adalah organisasinya besar dan bersifat
kompleks, daerah kerjanya luas, jumlah karyawannya banyak, hubungan kerja yang
bersifat langsung makin mengecil, pimpinan dan karyawan tidak lagi semuanya
saling mengenal, dan terdapat spesialisasi tugas diantara para karyawannya.
Keunggulan dari organisasi ini adalah dapat digunakan
oleh setiap organisasi yang bagaimanapun besarnya, apapun tujuannya, serta
bagaimanapun luas tugasnya. Ada kelebihan lainnya seperti adanya pembagian yang
jelas, bakat para karyawan dapat dikembangkan menjadi spesialisasi, pengambilan
keputusan dapat efektif karena terdapat staf-staf yang ahli dibidangnya,
koordinasi berjalan lebih baik, dan disiplin karyawan tinggi karena tugas yang
dilaksanakannya sesuai bakat dan keahliannya.
Kekurangannya
adalah rasa solidaritas antar karyawan yang lemah, dan jika koordinasi pada
tingkat staf tidak baik akan dapat membingungkan unit-unit pelaksana.
3.
Organisasi Panitia
Cirri dari organisasi ini adalah memiliki tugas
tertentu dan jangka waktu berlakunya terbatas, seluruh unsure pimpinan duduk
dalam pnitia, tugas kepemimpinan dan pertanggungjawaban dilaksanakan secara
kolektif, semua anggota mempunyai hak/tanggung jawab yang umumnya sama. Serta
para pelaksana dikelompokkan menurut bidang tugas tertentu.
Keuntungannya adalah pada umumnya keputusan diambil
secara tepat dan obyektif karena segala sesuatu dibicaran lebih dahulu secara
kolektif, kemungkikan seseorang untuk bertindak otoriter sangat kecil, dan
kerja sama dikalangan pelaksana mudah dibina.
Kekurangannya adalah pengambilan
keputusan pada umumnya sangat lambat karena segala sesuatu harus dibicarakan
bersama-sama, pertanggungjawaban secara fungsional seringkali kurang jelas,
perintah kepada pelaksana kadang tumpang tindih.
4.
Organisasi Fungsional
Organisasi fungsional adalah organisasi yang disusun
berdasarkan sifat dan macam fungsi yang harus dilaksanakan. Cirri-ciri
organisasi ini adalah pembidangan tugas secara jelas dan tegas dapat dibedakan,
para pimpinan pada unit tertentu memiliki wewenang, komando pada unitnya
sendiri tanpa persetujuan langsung dari pimpinan tertinggi, pembagian unit-unit
organisasi didasarkan pada spesialisasi tugas, dan dalam melaksanakan tugas
tidak banyak memerlukan organisasai.
Keuntungannya adalah pembidangan tugas yang jelas, spesialisasi
karyawan dapat makin ditingkatkan, koordisai antar karyawan dalam suatu unit
menjadi sangat mudah, koordinasi menyeluruh pada umumnya cukup pada tingkat
eselon atas.
Kekurangannya adalah para
karyawan cenderung mementingkan bidangnya sendiri sehingga kemungkinan
timbulnya egoisme antar bidang, dan karyawan terlalu menspesialisasikandiri
pada bidang tetentu.
2.6
Struktur Organisasi
Menurut E. Kast dan James E.
Rosenzweig (1974) struktur diartikan sebagai pola hubungan komponen tau bagian
suatu organisasi. Struktur merupakan sistem formal hubungan kerja yang membagi
dan mengkordinasikan tugas orang dan kelompok agar tercapai tujuan. Menurut
Simon (1958) struktur itu sifatnya relatif stabil, statis dan berubah lambat
atau memerlukan waktu untuk penyesuaian-penyesuaian.
Pada
struktur organisasi tergambar posisi kerja, pembaian kerja, jenis kerja yang
harus dilakukan, hubungan atasan dan bawahan, kelompok, komponen atau bagian,
tingkat manjemen dan saluran komunikasi. suatu struktur organisasi menspesifikasi
pembagian kegiatan kerja dan menunjukkan bagaimana fungsi atau kegiatan yang
berbeda-beda itu dihunungkan. Struktur itu juga menunjukkan hierarki dan
struktur wewenang organisasi serta memperlihatkan hubungan pelapornya. Menurut
Stoner, (1986) struktur organisasi dibangun oleh lima unsur, yaitu:
1. Spesialisasi Aktivitas
Spesialisasi
Aktivitas mengacu pada spesifikasi tugas perorangan dan kelompok di seluruh
organisasi atau pembagian kerja dan penyatuan tugas tersebut ke dalam unit
kerja (departemenlisasi).
2. Standardisasi Aktivitas;
Standardisasi
Aktivitas mrupakan prosedur yang digunakan organisasi untuk menjamin
kelayakgunaan (predictibility) aktivitas. Banyak dari prosedur ini ditetapkan
dengan memformulasikan aktivitas dan hubungan dalam organisasi.
Menstandarnisasi berarti menjadikan seragam dan konsisten pekerjaan yang harus
dilakukan bawahan, biasanyan dengan menggunakan peraturan, uraian jabatan, dan
progran seleksi, orientasi kerja, keterampilan kerja.
3. Koordinasi Aktivitas;
Koordinasi
Aktivitas adalah prosedur yang memadukan fungsi-fungsi dalam organisasi,
seperti fungsi primer dalam suatu badan usaha, pemasaran, produksi dan
penjualan merupakan fungsi garis yang secara langsung menyumbangkan paa
pencapaian tujuan organisasi memerlukan organisasi. Menurut Henry Mintzberg
(Stoner, 1986) mekanisme standarnisasi memudahkan pengkoordinasian aktivitas,
khususnya dalam organisasi yang tidak kompleks.
4. Sentralisasi dan Desentralisasi
Pengambilan Keputuan;
Sentralisasi dan Desentralisasi
Pengambilan Keputuan mengacu pada lokasi kekuasaan pengambian keputusan.
Sentralisasi adalah proses konsentrasi wewenang dan pengambilan keputusan pada
tingkta atas suatu organisasi. Sentralisasi dilakukan agar diperoleh manfaat
ekonomi dan pengambilan berbagai hal berdasarkan kebijakan, prosedur dan
pemantauan yang distandardisasikan. Bawahan semata-mata sebagai pelaksana. Keuntungan sistem sentralisasi antara
lain pengaturan yang sama bagi sema unit dalam organisasi. Kelemahannya, bawahan tidak berkembang dan putusan oleh atasan
menyita waktu lama, terlebih jika data ada pada bawahan. Untuk mengatasi hal
itu, dilakukan pendelegasian wewenang pada semua tingkat organisasi, yang
disebut desentralisasi. Mitzberg membedakan antara desentralisasi vertikal, dan
desentralisasi horizontal. Desentralisasi vertikal adalah pembagian wewenang
formal berdasarkan garis komando (dari atas ke bawah). Sedangkan desentralisasi
horizontal memerlukan wewengan bertindak
tidak secara hierarki melainkan bergantung pada keahlian (wewengang
fungsional).
Desentralisasi semakin perlu
manakala oragnisasi semakin berkembang. Dengan berkembangnya organisasi, maka
organisasi yang bergdasrkan desentralisasi tidak akan dapat mewadahi
masalah-masalah yang timbul dan mengalir ke atas. Namun demikian, seberapa
banyak dilakukan desentralisasi, akan sangat bergantung pada: 1) siapa yang
mengetahui informasi, makin banyak informasi yang diketahui bawahan, makin
banyak orang yang melakukan desentralisasi; 2) siapa yang mampu mengambil
keputusan, makin banyak bawahan mampu, makin dapat orang melakukan
desentralisasi. Perlunya desentralisasi
harus dikaitkan dengan bila harus ada putusan cepat dilakukan pada tingkat
lokal, kesibukan pimpinan tinggi, inisiatif dan moral bawahan memerlukan
perbaikan.
Salah
satu tuntutan adanya desentralisasi adalah koordinasi, baik koordinasi vertikal
maupun koordiasi horizontal. Koordinasi vertikal mengandung unsur: 1) rantai
komando; 2) rentang pengawasan; 3) delegasi. Sedangkan koordinasi horizontal
yaitu proses pengintegrasian kegiatan pada tingkat yang sama. Seperti halnya
desentralisasi horizontal, maka koordinasi horizontal pun memerlukan keahlian
fungsional bukan hierarkis.
5. Ukuran Unit Kerja.
Ukuran
Unit Kerja mengau pada jumlah pegawai dalam suatu kelompok kerja. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa pengorganisasian menyangkut penentuan
pekerjaan, pembagian kerja, penetapan mekanisme untuk menkoordinasikan
kegiatan, salah satu hasil dari proses ini adalah STRUKTUR ORGANISASI yang
merupakan prosedur formal manajemen organisasi. Struktur ini dibentuk sangat
bergantung pada tujuan organisasi dan strategi yang akan dipergunakan untuk
mencapai tujuan itu.
2.7 Wewenang Organisasi
Wewenang
merupakan hak kelembagaan menggunakan kekuasaan. Hak ini timbul dari kedudukan
formalnya dalam organisasi. Menurut Mac Weber (1947) wewenang itu
bermacam-macam, ada wewenang rasional, hokum, tradisi, dan kharismatik.
Kharismatik bergantung pada kualitas magis seseorang. Perlu diperhatikan bahwa
wewenang formal/kelembagaan tidak selamanya efektif untuk mempengaruhi orang.
Itu sangat bergantung pada kehendak atau kesediaan para anggota organisasi,
apakah mau tunduk dan menerima atau tidak.
Menurut Newman
(Sukanto, R. 1990) wewenang itu dapat dibedakan menjadi: 1. Wewenang hukum,
yaitu wewenang yang dimiliki seseorang untuk menegakkan hukum, mewakili dan
bertindak atas nama organisasi; 2. Wewenang teknis yaitu seorang dianggap pakar
tentang sesuatu hal; 3. Wewenang berkuasa yaitu sumber utama yang hak melakukan
tindakan; 4. Wewenang operasional, yaitu seseorang diperbolehkan melakukan
tindakan tertentu.
Menurut Sukanto (1990) bahwa didalam wewenag ada
hierarki yang menunjukkan posisi yang bertanggung jawab terhadap kegiatan
tertentu dan melaporkannya kepada yang member perintah. Artinya di sini
terdapat hubungan tanggung jawab, wewenang dan pelaporan, dan kaitannya dengan
struktur hubungan ini diberi wadah di dalam struktur.
2.8 Budaya Organisasi
Budaya adalah
sejumlah pemahaman penting seperti norma, nilai, sikap, dan keyakinan yang
dimiliki bersamaoleh anggota organisasi. Perucci dan Hamby (1992)
mendefinisikan budaya sebagai sesuatu yang dilakukan, dipikirkan, dan
diciptakan oleh manusia di dalam masyarakat serta termasuk juga akumulasi
sejarah dari obyek-obyek atau perbuatan yang dilakukan sepanjang waktu.
Budaya organisasi memiliki makna yang luas. Beberapa
pakar manajemen memahami budaya organisasi dari suatu perspektif yang
berbeda-beda. Salah satunya menurut Sharplin (1995), budaya organisasi
merupakan suatu system nilai, kepercayaan, dan kebiasaan dalam suatu organisasi
yang saling berinteraksi dengan struktur formalnya untuk menghasilkan
norma-norma perilaku organisasi.
a. Fungsi Budaya Organisaisebuah organisasi
Ribbins (2001)
menjelaskan bahwa budaya organisasi melakukan sejumlah fungsi di dalam
Budaya mempunyai suatu peran menetapkan tapal batas
artinya, budaya menciptakan perbedaan yang jelas antara satu organisasi dengan
yang lain;
Budaya membawa suatu rasa identitas bagi
anggota-anggota organisasi;
Budaya mempermudah timbulnya komitmen pada suatu yang
lebih luas dari pada kepentingan diri invidual seseorang;
Budaya itu dapat meningkatkan kemantapan system social
karena merupakan perekat social yang membantu mempersatukan organisasi dengan
member standar-standar yang tepat apa yang seharusnya dikatakan dan dilakukan
karyawan;
Budaya berfungsi sebagai mekanisme pembuat makna dan
kendali yang memandu dan membentuk sikap dan perilaku karyawan.
b.
Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap budaya organisasi
Noe dan Mondy
(1996) mengidentifikasi ada dua variable lingkungan yang membentuk dan
mempengaruhi efektivitas budaya organisasi.
Pertama,
faktor-faktor yang berasal dan variabel lingkungan internal organisai, yaitu:
Visi, misi dan nilai-nilai yang ditanamkan oleh para
pendahulu;
Nilai-nilai yang ditanamkan secara nyata oleh pimpinan
lembaga;
Komitmen, moral, dan etika serta suasana kekerabatan
dari kelompok-kelompok pekerja, misalnya kelompok pemasaran, teknik dan
akuntan;
Gaya kepemimpinan lembaga/organisasi;
Karakteristik organisasional seperti bentuk dan
aktivitas utama,tu keberhotonomi, dan kompleksitas organisasi, sistem,
penghargaan, sistem komunikasi, konflik/kerja sama, serta toleransi terhadap
resiko dalam proses-proses administrasi organisasi.
Kedua, factor-faktor
yang berasal dari lingkungan global, yaitu
Kecenderungan perubahan globalisasi ekonomi;
Tuntutan hokum dan politik;
Tuntutan social;
Perkembangan teknologi manufaktur;
Transformasi tenologi infomasi;
Perubahan ekologi.
c.
Membangun budaya organisasin yang efektif
Banyak pakar
sependapat bahwa salah satu factor penentu keberhasilan organisasi adalah
terbentuknya buidayta organisasi yang sehat. Pada umumnya strategi untuk
membangun budaya organisasi sangat situasional dan tergantung pada keinginan
dan komitmen pemimpin atau pengelola organisasi, karena memiliki potensi
terbesar untuk meletakkan dan memperkuat aspek-aspek budaya.
salah satu
pakar, Richard Pascale (1985) dalam Eka Nuraini Rachmawati (2004), seorang
peneliti budaya organisasi mengidentifikasikan beberapa tahap proses yang
ditemukannya dalam perusahaan-perusahaan yang memiliki budaya organisasi yang
kuat, yakni:
Seleksi calon karyawan dengan memperhatikan ciri-ciri
kepribadian yang sesuai dengan nilai dab norma yang dianut dalam organisasi;
Pengamatan cermat atas pengalaman calon karyawan di
masa lalu yang dapat memberikan penghargaan lebih jelas tentang nilai-nilai
yang dianut calon tersebut;
Program latihan praktis dalam menerapkan disiplin
organisasi;
Menumbuhkan rasa saling memiliki antar organisasi;
Menunjuk karyawan yang berprestasi tinggi sebagai
model atau panutan bagi anggota lainnya.
2.9
Strategi Organisasi
Dalam
sebuah organisasi, pada penjelasan ini adalah HIMAPRODI, harus memiliki
strategi dalam mencapai visi yang telah disepakati bersama. Perencanaan dalam
menjalankan sebuah organisasi adalah hal yang harus dilakukan agar tidak adanya
ketimpangan atau distorsi ketika dalam perjalanan mencapai visi yang dibangun
tersebut.
Apabila
kita menggunakan rumus POAC (Planning, Organizing, Actuating, Controlling) maka
strategi merupakan unsur dalam Planning (Perencanaan) yang ada di dalam tahap
pertama, sehingga apabila unsur ini tidak dipenuhi, maka tidak akan terpenuhi
pula unsur-unsur dalam tahapan selanjutnya.
Strategi dan
Tingkatannya
Dan
Schendel dan Charles Hofer (1985) menjelaskan adanya empat tingkatan strategi,
keseluruhannya disebut master strategy yaitu :
a. Enterprise
Strategy
Strategi
ini berkaitan dengan bagaimana respon masyarakat terhadap organisasi ini. Di
mana ada penekanan kepada masyarakat bahwa organisasi berusaha sungguh –
sungguh dan yang terbaik untuk melayani dan memenuhi kebutuhan serta tuntutan
masyarakat.
b. Corporate
Strategy
Yaitu
sebuah strategi untuk menjalankan misi yang telah kita siapkan dalam organisasi
tersebut sesuai dengan bidang yang telah menjadi bagiannya. Strategi ini biasa
disebut dengan Grand Strategy karena akan berakibat sangat fatal ketika kita
salah dalam menjawab misi dari sebuah organisasi baik dari kata-kata maupun
kebijakan yang diterapkan dalam organisasi.
c. Business Strategy
Strategi ini adalah bagaimana organisasi dapat
merebut pasaran di tengah masyarakat seperti, sponsor, Dekanat, Rektorat,
organisasi lain dan mahasiswa sehingga dapat menguntungkan dalam mengembangkan
organisasi ke tingkat yang lebih baik.
d. Functional Strategy
Yaitu strategi untuk menunjang strategi yang
lain, adapun dalam fungsional strategi ini terdapat tiga strategi di dalamnya
yaitu : strategi fungsional ekonomi, stategi fungsional manajemen dan strategi
isu.
”Kenali kekurangan diri sendiri agar tidak sombong
dan ketahui kelebihan diri sendiri agar tidak rendah diri.”
dan ketahui kelebihan diri sendiri agar tidak rendah diri.”
Strategi dan Perumusannya
Menurut potter, ada tiga landasan strategi yang
dapat membantu organisasi memiliki keunggulan kompetitif, yaitu keunggulan
biaya, diferensiasi, dan fokus. Adapun yang biasa digunakan untuk membuat
strategi adalah dengan menggunakan Analisis SWOT (Strengh, Weakness,
Opportunity, Threat).
Strengh (kekuatan), Weakness, (kelemahan), merupakan faktor internal dari organisasi kita, sedangkan opportunity (peluang) dan Threat (ancaman) adalah faktor eksternal yang ada di lingkungan.
Strengh (kekuatan), Weakness, (kelemahan), merupakan faktor internal dari organisasi kita, sedangkan opportunity (peluang) dan Threat (ancaman) adalah faktor eksternal yang ada di lingkungan.
Ketika kita sudah mengetahui apa yang kita
miliki dan kelemahan kita, maka kita dapat menentukan alternative strategi yang
melihat dari peluang serta ancaman dari lingkungan sekitar, adapun dalam
penentuannya akan menemukan beberapa alternative – alternative strategi yang
disesuaikan dengan visi dan misi organisasi kita.
PENUTUP
Kesimpulan
Istilah
organisasi mempunyai dua pngertian umum. Pertama
organisasi diartikan sebagai suatu lembaga atau kelompok fungsional,
misalnya, sebuah perusahaan, sebuah sekolah, sebuah perkumpulan, badan-badan
pemerintahan. Kedua, merujuk pada
proses pengorganisasian yaitu bagaimana pekerjaan diatur dan dialokasikan di
anatara para anggota, sehingga tujuan organisasi itu dapat tercapai secara
efektif.
Tiga bidang utama dalam tujuan
organisasi yaitu profitability (keuntungan), growth
(pertumbuhan), dan survive (bertahan hidup). Ketiganya harus berjalan
berkesinambungan demi kemajuan organisasi.
Budaya
organisasi memiliki makna yang luas. Beberapa pakar manajemen memahami budaya
organisasi dari suatu perspektif yang berbeda-beda. Salah satunya menurut
Sharplin (1995), budaya organisasi merupakan suatu system nilai, kepercayaan,
dan kebiasaan dalam suatu organisasi yang saling berinteraksi dengan struktur
formalnya untuk menghasilkan norma-norma perilaku organisasi.
DAFTAR
PUSTAKA
Fatah Nanang, Landasan Manajemen Pendidikan, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung: 2009
Affifudin
dan Sutikno Sobry, Pengelolaan Pendidikan
“Teori dan Praktek”, Prosfect, Bandung: 2008
http://forumsejawat.wordpress.com/category/pengorganisasian-pendidikan/
0 Response to "Makalah Pengelolaan pendidikan Pengorganisasian"
Post a Comment