BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Perubahan yang pesat di berbagai bidang
kehidupan sosial, ekonomi, teknologi serta perubahan paradigma pendidikan
nasional maupun kelembagaan menghendaki institusi pendidikan untuk secara
kritis melihat kembali peran dan kinerjanya selama ini. Institusi pendidikan
makin banyak mendapatkan tekanan internal dan eksternal untuk meningkatkan daya
saing, efektivitas, serta mengoptimalkan peluang kerja sama. Tekanan
kepentingan stakeholders juga terkait dengan masalah pelayanan,
akuntabilitas, serta transparansi. Kualitas menjadi kepedulian dan mendapat
perhatian serius Pemerintah maupun stakeholders yang terkait dengan
pendidikan. Beberapa lembaga pendidikan bertindak konkrit dalam upaya perbaikan
kualitas melalui penerapan secara konsisten total quality management (TQM)
yang bersifat menyeluruh, sistemik, dan berkelanjutan guna menjawab tantangan
penyelenggaraan pendidikan berkualitas. Penerapan TQM mensyaratkan adanya
budaya, komitmen, dan komunikasi yang baik dalam suatu institusi. Lembaga yang
efektif perlu mengembangkan strategi kualitas, karena itu masyarakat pendidikan
khususnya tenaga pendidik/pengajar, jajaran pengelola dan pimpinan lembaga
pendidikan harus memiliki konsep dan strategi peningkatan mutu pendidikan yang
merupakan bagian dari budaya lembaga pendidikan. Dengan demikian budaya
peningkatan mutu di setiap lembaga pendidikan bukan sekedar verbalisme yang
berbau sloganisme, atau hanya sekedar “budaya musiman”, namun harus diwujudkan
melalui suatu proses yang disengaja, direncanakan, diorganisir dan dikendalikan
oleh TQM.
Berdasarkan hal tersebut di atas kami
tertarik untuk membahas mengenai Total Quality Management dalam Pendidikan.
B.
Rumusan Masalah
1.
Bagaimana sejarah munculnya Total
Quality Managemen (TQM)?
2.
Apa pengertian TQM (Total Quality
Management)?
3.
Apa tujuan TQM dalam Pendidikan?
4.
Apa prinsip TQM secara umum?
5.
Bagaimana manfaat TQM (Total
Quality Management)?
6.
Bagaimana penerapan Prinsip TQM
dalam Pendidikan?
7.
Bagaimana konsep TQM dalam
pendidikan?
8. Apa faktor- faktor yang mempengaruhi implementasi TQM?
C.
Tujuan Pembahasan
1.
Untuk mengetahui sejarah munculnya
Total Quality Managemen (TQM).
2.
Untuk mengetahui pengertian TQM
(Total Quality Management).
3.
Untuk mengetahui tujuan TQM dalam
pendidikan.
4.
Untuk mengetahui prinsip TQM
secara umum.
5.
Untuk mengetahui manfaat TQM
(Total Quality Management).
6.
Untuk mengetahui penerapan prinsip
TQM dalam pendidikan.
7.
Untuk mengetahui konsep TQM dalam
pendidikan.
8. Untuk
mengetahui faktor- faktor yang
mempengaruhi implementasi TQM.
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Sejarah Munculnya Total
Quality Managemen (TQM)
TQM bermula di AS
selama PD II, ketika ahli statistik AS W. Edward
Deming menolong para insinyur dan teknisi untuk menggunakan teori statistik
untuk memperbaiki kualitas produksi. Setelah perang, teorinya banyak diremehkan
oleh perusahaan Amerika. Kemudian Deming pergi ke Jepang, dimana dia
mengajarkan pemimpin bisnis top pada Statistical
Quality Control, mengajarkan mereka dapat membangun negaranya jika
mengikuti nasehatnya.
TQM muncul sebagai respon pada kesulitan membaurkan
pendekatan kualitas teknis dengan tenaga kerja yang berkembang pesat tak
terlatih atau semi terlatih saat dan setelah PD II. Meskipun banyak dari
ide tersebut berawal di AS namun sebagian besar perusahaan Jepanglah yang
mengimplementasikannya dan memperbaikinya dari 1950-an. Seperti halnya
pendekatan kualitas teknis, TQM juga menekankan pada pentingnya input namun
mengembangkannya dari kompetensi teknis ke juga termasuk pentingnya motivasi
orang dan kemampuannya untuk bekerja dalam tim dalam rangka memecahkan
persoalan.
Sebagai tambahan
TQM berfokus pada pentingnya proses bisnis yang baik terutama satu pola yang
mengurangi hambatan dari batasan internal dan mengerti kebutuhan detail
pelanggan sehingga kebutuhan mereka dapat sepenuhnya tercapai. Keperluan-keperluan
ini sejauh ini mencapai tahap dimana TQM menjadi pemikiran terbaik sebagai
filosofi manajemen umum daripada pendekatan tertentu untuk kualitas. Jadi dapat
disimpulkan awal mulanya TQM (Total Quality Management) adalah di dunia bisnis,
dan sekarang mulai berkembang di dunia pendidikan.
B. Pengertian TQM (Total
Quality Management)
Dalam hal ini, para ahli dalam
mendefinisikan TQM terdapat beberapa perbedaan diantaranya yaitu:
1. Tobin (1990) mendefinisikan TQM sebagai usaha terintegrasi total
untuk mendapatkan manfaat kompetitif dengan cara secara terus-menerus
memperbaiki setiap fase budaya organisasional.
2. F.W. Taylor (1856-1915) Seorang insiyur mengembangkan satu seri
konsep yang merupakan dasar dari pembagian kerja. Analisis dengan pendekatan
gerak dan waktu untuk pekerjaan
manual memperoleh gelar “Bapak Manajemen Ilmiah” Management). Dalam bukunya tersebut Taylor menjelaskan
beberapa elemen tentang teori manajemen, yaitu sebagai berikut:
·
Setiap orang harus
mempunyai tugas yang jelas dan harus diselesaikan dalam satu hari.
·
Pekerjaan harus memiliki
peralatan yang standar untuk menyelesaikan tugas yang menjadi bagiannya.
·
Bonus dan intensif wajar
diberikan kepada yang berprestasi maksimal.
·
Penalti yang merupakan
kerugian bagi pekerjaan yang tidak mencapai sasaran yang telah ditentukan
(personal loss). Taylor memisahkan
perencanaan dari perbaikan kerja. Dengan demikian, dia memisahkan pekerjaan
dari tanggung jawab untuk memperbaiki kerja.
3.
Witcher (1990) menekankan pada
pentingnya aspek-aspek TQM menggunakan penjelasan berikut: Total: Menandakan bahwa setiap
orang dalam perusahaan harus dilibatkan (bahkan mungkin pelanggan dan para
pemasok), Quality: Mengindikasikan
bahwa keperluan-keperluan pelanggan sepenuhnya dipenuhi, dan Management: Menjelaskan bahwa
eksekutif senior pun harus komit secara penuh.
4.
Feigenbaum (1991) memberikan
definisi yang lebih lengkap dari TQM: “sistem kualitas total dijelaskan sebagai
salah satu yang merangkum keseluruhan siklus kepuasan pelanggan dari
interpretasi keperluannya terutama pada tahap pemesanan, melalui pasokan produk
atau jasa dari harga ekonominya dan pada persepsinya dari produk setelah dia
telah menggunakannya sepanjang perioda waktu”.
5.
Definisi TQM menurut BS 4778
adalah : Manajemen Kualitas Total (TQM) adalah konsep dan metoda yang
memerlukan komitmen dan keterlibatan pihak manajemen dan seluruh organisasi
dalam pengolahan perusahaan untuk memenuhi keinginan atau kepuasan pelanggan
secara konsisten. Dalam TQM tidak hanya pihak manajemen yang bertanggungjawab dalam
memenuhi keinginan pelanggan, tetapi juga peran secara aktif seluruh anggota
dalam organisasi untuk memperbaiki kualitas produk atau jasa yang dihasilkannya
(Bennett and Kerr, 1996).
Total Quality
Management (TQM) berasal dari kata "Total"
yang berarti keseluruhan atau terpadu, "Quality" yang berarti
kualitas, dan "Management" yang telah disamakan dengan
manajemen dalam Bahasa Indonesia yang berarti pengelolaan.
Dalam
pengertian mengenai TQM, penekanan utama adalah pada kualitas yang
didefinisikan dengan mengerjakan segala sesuatu dengan baik sejak awal dengan
tujuan untuk memenuhi kepuasan pelanggan.
TQM
juga dapat di artikan sebagai strategi manajemen yang ditujukan untuk menanamkan kesadaran kualitas pada semua proses dalam organisasi. Sesuai dengan definisi dari ISO, TQM adalah "suatu pendekatan manajemen untuk suatu
organisasi yang terpusat pada kualitas, berdasarkan partisipasi semua
anggotanya dan bertujuan untuk kesuksesan jangka panjang melalui kepuasan
pelanggan serta memberi keuntungan untuk semua anggota dalam organisasi serta
masyarakat. "Filosofi dasar dari TQM adalah "sebagai efek dari kepuasan
konsumen, sebuah organisasi dapat mengalami kesuksesan."
C. Tujuan TQM dalam
Pendidikan
Tujuan utama TQM dalam
bidang pendidikan adalah meningkatkan mutu pendidikan secara berkelanjutan,
terus menerus, dan terpadu. Serta merorientasi sistem manajemen, perilaku staf,
fokus organisasi dan proses-proses pengadaan pelayanan sehingga lembaga
penyedia pelayanan bisa berproduksi lebih baik, pelayanan yang lebih efektif
yang memenuhi kebutuhan, keinginan dan keperluan pelanggan.
TQM juga merupakan suatu
filosofi suatu peningkatan yang berkelanjutan, yang dapat dijadikan alat
praktis oleh lembaga pendidikan dalam memenuhi kebutuhan, keingian serta
harapan pelanggan sekarang dan dimasa yang akan datang. Dalam kaitan ini,
seluruh bagian dan sistem lembaga harus saling mendukung dan saling melengkapi.
Keberhasilan unit-unit tersebut mempengaruhi keberhasilan organisasi secara
keseluruhan.
D. Prinsip TQM Secara Umum
Prinsip suatu
perusahaan atau organisasi yang berdasarkan kualitas khususnya TQM yaitu :
·
bahwa semua orang yang ada
di dalam perusahaan tersebut tidak boleh menerima, memproses, dan menyerahkan
produk cacat kepada pelanggannya.
·
Di dalam konsep TQM yang
dimaksud dengan pelanggan adalah bukan hanya yang mengkonsumsi produk akhir,
tetapi yang menikmati proses selanjutnya yang merupakan output. Sehingga
pelanggan dalam konsep TQM ada pelanggan eksternal, yaitu pelanggan yang
mengkonsumsi produk akhir, dan pelanggan internal adalah pelanggan yang
menikmati proses selanjutnya.
E. Manfaat TQM (Total
Quality Management)
Perbaikan pelayanan.
pengurangan biaya dan
kepuasan pelanggan.
Perbaikan progresif dalam
sistem manajemen dan kualitas pelayanan menghasilkan peningkatan kepuasan
pelanggan.
peningkatan keahlian.
semangat dan rasa percaya
diri di kalangan karyawan.
perbaikan hubungan antara
perusahaan dengan pelanggan.
peningkatan akuntabilitas
dan peningkatan produktifitas.
F. Penerapan Prinsip TQM
dalam Pendidikan
Dalam kerangka
manajemen pengembangan mutu terpadu, usaha pendidikan tidak lain adalah
merupakan usaha “jasa” yang memberikan pelayanan kepada pelanggannya, yaitu
mereka yang belajar dalam lembaga pendidikan tersebut. Mereka yang belajar
tersebut bisa merupakan mahasiswa/pelajar/murid/peserta belajar yang biasa
disebut klien/pelanggan primer (primary external customers). Mereka inilah
yang langsung menerima manfaat layanan pendidikan dari lembaga tersebut. Para
klien terkait dengan orang yang mengirimnya ke lembaga pendidikan, yaitu orang
tua atau lembaga tempat klien tersebut bekerja, dan mereka ini kita sebut
sebagai pelanggan sekunder (secondary external customers). Pelanggan
lainnya yang bersifat tersier adalah lapangan kerja bisa pemerintah maupun
masyarakat pengguna output pendidikan (tertiary external customers). Selain
itu, dalam hubungan kelembagaan masih terdapat pelanggan lainnya yaitu yang
berasal dari interen lembaga; mereka itu adalah para guru/dosen/tutor dan
tenaga administrasi lembaga pendidikan, serta pimpinan lembaga pendidikan (internal
customers). Walaupun para para guru/dosen/tutor dan tenaga administrasi,
serta pimpinan lembaga pendidikan tersebut terlibat dalam proses pelayanan
jasa, tetapi mereka termasuk juga pelanggan jika dilihat dari hubungan
manajemen. Mereka berkepentingan dengan lembaga tersebut untuk maju, karena
semakin maju dan berkualitas mereka diuntungkan, baik secara kebanggaan maupun
finansial.
Seperti disebut diatas
bahwa program peningkatan mutu harus berorientasi kepada kebutuhan/harapan
pelanggan, maka layanan pendidikan suatu lembaga haruslah memperhatikan
masing-masing pelanggan diatas. Kepuasan dan kebanggan dari mereka sebagai
penerima manfaat layanan pendidikan harus menjadi acuan bagi program
peningkatan mutu layanan pendidikan.
G. Konsep TQM dalam
pendidikan
Keberhasilan penerapan TQM dalam dunia usaha
atau industri telah dijadikan inspirasi
bagi perbaikan kualitas di sektor atau bidang lainnya, termasuk bidang
pendidikan. Adopsi TQM di sektor industri, tidak jauh berbeda dengan apa yang
diterapkan di bidang pendidikan. TQM masuk dalam bidang pendidikan sekitar
tahun 1980 (Supriyanto, 1999:32). Awal mulanya TQM dilaksanakan di perguruan
tinggi, dan mulai mengalami perkembangan sekitar tahun 1990 di negara Inggris
dan Amerika. Menurut Sallis (2006:73), TQM dalam pendidikan adalah filosofi
tentang perbaikan secara terus menerus, yang dapat memberikan seperangkat alat
praktis kepada setiap institusi pendidikan dalam memenuhi kebutuhan, keinginan,
dan harapan para pelanggannya, saat ini dan masa yang akan datang.
Serupa dengan Sallis, Syafaruddin (2002:36)
berpendapat bahwa manajemen
mutu pendidikan merupakan aplikasi konsep manajemen mutu yang disesuaikan
dengan sifat dasar sekolah sebagai organisasi jasa kemanusiaan (pembinaan
potensi pelajar) melalui pengembangan pembelajaran berkualitas, agar melahirkan
lulusan yang sesuai dengan harapan orangtua, masyarakat, dan pelanggan
pendidikan lainnya.
Lebih lanjut, Schargel menegaskan bahwa “total quality
education is a process which involves focusing on meeting and exceeding
customer expectations, continuous improvement, sharing responsibilities with
employees, and reducing scrap and rework” (Syafaruddin, 2002:36). Mutu terpadu dalam pendidikan
dipahami sebagai suatu proses yang melibatkan pemusatan pada pencapaian
kepuasan harapan pelanggan pendidikan, perbaikan terus menerus, pembagian
tanggungjawab dengan para pegawai, dan pengurangan pekerjaan tersisa dan
pengerjaan kembali (ulang).
Berdasarkan definisi-definisi di atas dapat
dikaji, bahwa TQM dalam bidang pendidikan haruslah mengutamakan pemenuhan
kebutuhan pelanggan pendidikan dengan cara mengadakan perbaikan secara
berkesinambungan terhadap seluruh aspek spesifik yang ada dalam lembaga
pendidikan, terutama bidang kurikulum yang terkait dengan kegiatan
belajar-mengajar bagi siswa, dengan melibatkan seluruh unsur pimpinan dan staf
yang ada dalam suatu lingkungan lembaga pendidikan atau sekolah.
Hoy, melalui karyanya yang berjudul improving quality in education
(Syafaruddin, 2002:47) menyatakan bahwa mutu pendidikan adalah suatu evaluasi
terhadap proses pendidikan dengan harapan tinggi untuk dicapai dan
mengembangkan bakat-bakat para pelanggan pendidikan dalam proses pendidikan.
Mutu adalah hal yang esensial sebagai bagian dalam proses pendidikan. Sebagai
sebuah yang esensial, maka manajemen mutu terpadu dalam pendidikan haruslah
menempatkan pelanggan dan produk. Oliver berpendapat, agar dalam bidang
pendidikan tercapai kebutuhan pelanggan hari ini dan mendatang, maka diperlukan
pengembangan kurikulum secara terus menerus berdasarkan suara hati dari pasar
yang diteliti (Syafaruddin, 2002:47). Untuk mengembangkan kurikulum secara
terus menerus berdasarkan suara hati dari pasar, maka lembaga pendidikan
(sekolah) wajib melakukan survei tentang apa yang dibutuhkan oleh para pelanggan.
Pelanggan disini mengacu pada peserta didik, tenaga pendidik atau guru, staf sekolah, serta survei kebutuhan pengguna
lulusan sekolah. Setelah ini ditemukan, maka selanjutnya sekolah dapat
menetapkan seperangkat rencana pengembangan kurikulum sesuai dengan kebutuhan
pasar kepada siswa dalam proses belajar-mengajar.
Konsep TQM dalam pendidikan dapat
diimplementasikan dengan menggunakan model yang dikutip Supriyanto (1999:33)
sebagaimana gambar berikut:
Gambar 1 Model implementasi TQM
dalam pendidikan
Model
implementasi TQM tersebut dimulai dari tujuan utama TQM itu sendiri. Tujuan
utama dari TQM yaitu meningkatkan mutu pendidikan melalui peningkatan di segala
komponen pendidikan secara berkelanjutan dan bertahap. Sedangkan prinsip yang
harus diperhatikan oleh setiap lembaga pendidikan untuk mencapai tujuan
tersebut adalah dengan berfokus pada pelanggan pendidikan, peningkatan kualitas
melalui proses serta melibatkan seluruh tim yang ada secara menyeluruh. Agar
berhasil, implementasi TQM di bidang pendidikan harus juga didukung dengan
adanya peningkatan kualitas pendidikan secara berkelanjutan, melalui:
kepemimpinan, pendidikan, dan latihan,
dukungan struktur, komunikasi, penghargaan dan pengakuan, serta pengukuran.
Dengan demikian
TQM dalam pendidikan berkaitan dengan adanya penciptaan budaya kualitas dengan
menempatkan pelanggan sebagai fokus utama melalui pelibatan seluruh karyawan
dan staf bidang pendidikan serta perbaikan secara terus menerus, demi
tercapainya organisasi pendidikan yang bermutu, yang mampu bersaing dan tetap
bertahan dalam era perkembangan zaman.
H.
Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Implementasi TQM
Leadership
Kepemimpinan adalah kualitas yang
harus dimiliki seorang pemimpin dalam kegiatannya mempengaruhi perilaku orang
banyak, agar mau bekerjasama dalam mencapai sesuatu tujuan. Kepemimpinan
merupakan salah satu pilar penting dalam TQM, karena organisasi tidak ada
artinya tanpa kepemimpinan yang memadai. Prinsip-prinsip tersebut antara lain
bahwa pimpinan lembaga pendidikan hendaknya memiliki tekad yang kuat untuk
terus menerus memperbaiki mutu, memiliki sikap pelayanan dengan cara membantu
orang-orang dalam lembaganya.
Recruitment dan Pelatihan
Staf yang bertugas harus memiliki
kompetensi agar dapat melaksnakan tugasnya dengan baik. Kualitas sistem
memerlukan rincian pemilihan staf,
pelatihan, kompetensi dan motivasi serta kebijakan untuk pengembangan karir.
Pengembangan staf memerlukan suatu rencana dari lembaga dan analisa proses,
disamping sistem monitoring dan evaluasi efektivitas program pelatihan jangka
panjang dan jangka pendek yang diperlukan dalam program ini. Staf yang
memperoleh pendidikan secara lebih baik dinilai lebih dapat mengambil bagian
dalam peningkatan kualitas. rincian pemilihan staf, pelatihan, kompetensi dan
motivasi serta kebijakan untuk pengembangan karir. Pengembangan staf memerlukan
suatu rencana dari lembaga dan analisa proses, disamping sistem monitoring dan
evaluasi efektivitas program pelatihan jangka panjang dan jangka pendek yang
diperlukan dalam program ini. Staf yang memperoleh pendidikan secara lebih baik
dinilai lebih dapat mengambil bagian dalam peningkatan kualitas.
Sistem Reward
Lembaga perlu untuk merinci kebijakan yang
menyangkut kesempatan yang sama dan metode serta prosedur yang digunakan untuk
mencapai tujuan. Kebijakan atas kesempatan yang sama perlu juga diiringi dengan
sistem reward (imbalan, penghargaan) yang dapat menjamin rasa keadilan dan memungkinkan
staf merasa “aman” berkontribusi secara maksimal untuk lembaga.
Aturan organisasi
Keberhasilan penerapan TQM dalam
lembaga pendidikan lebih banyak disebabkan oleh sistem dan prosedur yang
diorganisir dan didesain secara komprehensif dan terintegrasi dalam suatu
ketentuan yang disepakati dan dapat dilaksanakan secara konsisten dan terpadu.
Budaya Kerja
Setiap orang dalam lembaga bekerja sama dalam
mendukung proses transformasi dalam suasana saling menghargai, saling
mempercayai, saling pengertian dan saling membantu untuk mencapai suatu tujuan.
Transformasi budaya kerja merupakan keterpaduan berbagai individu dalam
peran-peran secara optimal sesuai dengan keahlian bidang kerja masing-masing
guna mewujudkan sasaran yang telah ditetapkan.
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
B.
Saran
0 Response to "Makalah Pengertian Total Quality Managemen (TQM)."
Post a Comment