PROPOSAL PENELITIAN MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN PKn MELALUI MODEL KOOPERATIF LEARNING TIPE STAY TWO STRAY SUB POKOK SISTEM PEMERINTAHAN PUSAT ( Penelitian Tindakan Kelas Di MI Husaiyah Cicalengka – Bandung kelas IV semester Genap )


A.  Latar Belakang
            Pendidikan kewarganegaraan adalah salah mata pelajaran yang ada di Sekolah Dasar atau di Madrasah Ibitidaiyah.  Pendidikan Kewarganegaraan merupakan usaha untuk membekali siswa dengan pengetahuan dan kemampuan dasar yang berkenaan dengan hubungan antara warga negara dengan negara serta pendidikan pendahuluan bela negara agar menjadi warga yang dapat diandalkan oleh bangsa dan Negara (Suharsono dkk 2002:6). Mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di sekolah dasar atau di Madrasah Ibtidaiyah berisi bahan pelajaran yang ditekankan pada pengamalan dan pembiasaan dalam kehidupan sehari-hari yang ditunjang oleh pengetahuan dan pengertian sederhana sebagai bekal untuk mengikuti pendidikan berikutnya.
            Melalui pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan diharapkan siswa mampu berpikir secara kritis, rasional, kreatif dalam menanggapi situasi, berpartisipasi secara cerdas dan bertanggung jawab, serta bertindak secara sadar dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
            Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang dilakukan peneliti pada tanggal 26 Oktober 2013 dengan guru kelas IV MI Husainiyah Cicalengka Bandung bahwa metode pembelajaran yang sering digunakan dalam mata pelajaran PKn adalah metode ceramah dan tanya jawab. Hal ini membuat siswa menjadi jenuh untuk mengikuti pembelajaran, selain jenuh banyak siswa yang mengobrol dan main-main tidak memperhatikan gurunya. Guru juga tidak mengetahui model-model pembelajaran terutama model pembelajaran Stay Two Stray. Rendahnya aktivitas siswa dalam pembelajaran berdampak pada hasil belajar siswa pada mata pelajaran PKn. Banyak siswa yang mendapatkan nilai di bawah KKM (Kriteria Ketuntasan Minimum) Seperti yang terjadi pada nilai Mid Semester kelas IV MI Husainiyah Cicalengka Bandung, dari 28 siswa terdapat 23 siswa yang nilainya kurang dari KKM dan hanya 5 siswa yang mendapat nilai lebih dari KKM.
            Bedasarkan permasalahan di atas diperlukan model pembelajaran yang aktif dan inovatif agar hasil belajar siswa lebih meninggkat. Salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan dalam mata pelajaran PKn adalah metode Coopertive Learning tipe Stay two Stray. Menurut Suprijono (2012: 54) cooperative learning adalah suatu konsep yang lebih luas meliputi semua jenis kerja kelompok termasuk bentuk yang lebih dipimpin oleh guru atau diarahkan oleh guru. Cooperative learning memiliki banyak tipe salah satunya yaitu tipe two stay two stray. Isjoni (2007: 79) model cooperative learning tipe two stay two stray adalah teknik yang dikembangkan Spencer Kagan dan bisa digunakan dengan teknik kepala bernomor. Teknik ini memberi kesempatan kepada siswa untuk membagikan hasil informasi dengan kelompok lain. Pembelajaran menggunakan model cooperative learning tipe two stay two stray dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
Berdasarkan uraian di atas, maka perlu dilakukan perbaikan proses pembelajaran melalui penelitian tindakan kelas dengan menggunakan model pembelajaran sehingga peneliti mengangkat judul ”Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran PKn melalui model cooperative Learning tipe Stay Two Stray Sub Pokok Sistem Pemerintahan Pusat (PTK Di MI Husainiyah Cicalengka Kelas IV Semester Genap)”
B.  Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka peneliti merumuskan masalah sebagai berikut: “apakah hasil belajar PKn dapat ditingkatkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray pada siswa kelas IV MI Husainiyah Cicalengka pada setiap siklusnya?”
C.  Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hasil belajar siswa kelas IV MI Husainiyah Cicalengka pada pelajaran PKn dengan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray.
D.  Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, yaitu:
1.      Bagi siswa
a.       Membantu siswa untuk meningkatkan hasil belajarnya khususnya bagi siswa yang mengalami kesulitan dalam belajar PKn.
b.      Menambah pengetahuan dan pengalaman siswa dalam proses belajar.
2.      Bagi guru
Menambah pengetahuan tentang variasi model pembelajaran sebagai alternatif yang dapat dilakukan dalam kegiatan pembelajaran sesuai materi yang diajarkan.
3.      Bagi sekolah
Sebagai bahan pertimbangan untuk dijadikan rujukan model pembelajaran di MI Husainiyah, khususnya pada mata pelajaran PKn.
E.  Kerangka Berpikir
Pendidikan kewarganegaraan merupakan usaha untuk membekali peserta didik dengan pengetahuan dan kemampuan dasar berkenaan dengan hubungan antara warga Negara dan Negara. (Suharsono 2002:6).
Melalui pendidikan kewarganegaraan, warga Negara NKRI diharapkan mampu memahami, mengalisis dan menjawab masalah-masalah yang dihadapi oleh masyarakat bangsa, dan negaranya secara berkesinambungan dan konsisten dengan cita-cita tujuan nasional. (Suharsono 2002 : 7)
Suprijono (2009), mengemukakakan bahwa hasil belajar adalah pembaharuan prilaku secara keseluruhan bukan hanya salah satu aspek potensi kemanusiaan saja.
Bloom (dalam Suprijono 2009) hasil belajar mencakup kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik.
Perlu diketahui bahwa keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar digambarkan oleh hasil belajarnya dari evaluasi belajar. Keberhasilan belajar seseorang dalam suatu program dapat dilihat berdasarkan perubahan hasil belajar. Ini berarti bahwa hasil belajar yang dicapai diperoleh setelah mengalami proses belajar. Belajar mengajar merupakan suatu proses yang mengandung tiga unsur yakni tujuan pengajaran (instruksional) dan pengalaman.
Sudjana (1992), mengemukakan bahwa hasil belajar bukan hanya bermanfaat untuk mengetahui tercapai tidaknya tujuan pembelajaran tetapi juga sebagai umpan balik bagi upaya memperbaiki proses belajar mengajar. Hasil belajar pada hakikatnya merupakan perubahan tingkah laku yang mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotorik. Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajar.
Gagne (dalam Suprijono 2009) mengemukakan lima kategori hasil belajar, yakni informasi verbal, keterampilan intelektual, strategi kognitif, sikap, dan keterampilan motoris. Sedangkan Kingsley (dalam Sudjana 1992) membagi hasil belajar dalam tiga jenis, yaitu keterampilan dan kebiasaan, pengetahuan dan pengertian, serta sikap dan cita-cita.
Menurut Woorworth, (dalam Ismihyani 2000) hasil belajar merupakan perubahan tingkah laku sebagai akibat dari proses belajar. Woorworth juga mengatakan bahwa hasil belajar adalah kemampuan aktual yang diukur secara langsung. Dari hasil pengukuran belajar inilah nanti akan diketahui seberapa jauh tujuan pendidikan dan pengajaran yang telah dicapai.
Hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi hasil belajar dan tindakan mengajar. Dari sisi guru, tindakan mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar. Dari sisi siswa hasil belajar merupakan puncak proses belajar yang merupakan bukti dari usaha yang telah dilakukan.
Hasil belajar adalah semua efek yang dapat dijadikan sebagai indikator tentang nilai dari penggunaan strategi pembelajaran di bawah kondisi yang berbeda.(Degeng, 1989). Variabel hasil pembelajaran dapat diklasifikasikan menjadi 3, yaitu : (a) keefektifan ( effectiveness) keefektifan pembelajaran diukur dari tingkat pencapaian siswa. Terdapat empat indikator untuk mendeskripsikannya, yaitu kecermatan penguasaan perilaku yang dipelajari, kecepatan untuk kerja, tingkat alih belajar, dan tingkat retensi. (b) efisiensi ( effeciency ) efisiensi pembelajaran diukur dengan perbandingan antara keefektifan dan jumlah waktu yang dipakai siswa atau jumlah biaya yang digunakan dalam pembelajaran. (c) daya tarik (appeal ) daya tarik dalam pembelajaran diukur dengan menggunakan kecenderungan siswa untuk tetap terus belajar.
Winkel (1987 : 82) mengatakan bahwa belajar adalah interaksi yang aktif antara individu dengan lingkungan sosialnya yang menghasilkan perubahan dalam pengetahuan, kemampuan, pemahaman dan sikap. Perubahan tersebut bersifat konstan dan berbekas. Perubahan-perubahan yang terjadi pasca kegiatan belajar tidak hanya bersifat fasis tetapi juga menyentuh ranah spiritual. Perubahan tersebut tidak hanya nampak secara visual dalam bentuk kemampuan atau perilaku yang dapat diamati secara obyektif dalam mengejawantah dalam sebuag konstruksi pola pikir yang bersifat holistik dan mendalam. Tentu saja, perubahan-perubahan yang terjadi tidaklah bersifat negatif, namun lebih mengarah pada suatu perubahan yang bersifat positif, yakni perubahan yang mengarah pada kemajuan dan kesejahteraan lahir maupun batin.
Dari pengertian belajar ini diharapkan orang yang belajar semakin lama semakin menunjukkan pemahaman dan pengertian terhadap hubungan atau keterkaitan antara bahan yang dipelajari dengan tingkatan yang dapat memberikan suatu yang pada awalnya belum ada, atau suatu proses perbaikan terhadap bentuk-bentuk yang telah ada. Mustaqim (1990 : 49) mengatakan bahwa kegiatan belajar bukanlah suatu proses yang bersifat mekanis melainkan lebih menjurus pada keaktifan keseluruhan bagian kepribadian seseorang.
Sejalan dengan pengertian yang ada pada belajar, mengajar adalah suatu usaha yang dilakukan oleh pihak yang berkompeten (guru) dalam membimbing murid atau siswa ke arah perubahan situasi dalam pengertian kemajuan dalam proses perkembangan psikologis, sikap pribadi, serta kemampuan dan ketrampilan secara umum.
Ahmadi dan Suprijono (2003) mengemukakan bahwa belajar merupakan proses dari perkembangan hidup manusia. Dengan belajar, manusia melakukan perubahan-prubahan kualitatif individu sehingga tingkah lakunya berkembang. Semua aktifitas dan prestasi hidup tidak lain adalah hasil dari belajar.
Sudjono (1980 : 81) mengatakan bahwa mengajar adalah suatu kegiatan mengubah situasi pribadi siswa dalam pemupukan pengertian, pengetahuan, dalam mengembangkan daya-daya jiwa, sikap serta ketrampilan dan sebagainya.
Joni (1989 : 11) mengatakan bahwa belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman, kecuali bentuk perubahan tingkah laku yang sejalan dengan perkembangan kejiwaan yang mengarah pada tingkatan kedewasaan, perubahan instingktif, maupun perubahan yang temporer. Gagne,( dalam Sudjana, 1992 ) mengemukakan 5 teori hasil belajar, yakni informasi verbal, keterampilan intelektual, strategi kognitif, sikap, dan keterampilan motoris. Hasil belajar dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain kematangan untuk belajar, kemampuan dan keterampilan dasar untuk belajar, suasana di tempat belajar, pengajar, dan penguatan. Ini berarti bahwa optimalisasi hasil belajar siswa tergantung pada proses belajar siswa dan cara guru mengajar.  
Guna meningkatkan hasil belajar siswa, guru menerapkan metode pembelajaran stay two stray atau dua tinggal dua tamu. Model cooperative learning tipe two stay two stray merupakan salah satu alternatif yang dapat diterapkan kepada siswa. Teknik ini diawali dengan pembagian kelompok.
Model cooperative learning tipe two stay two stray adalah teknik yang dikembangkan Spencer Kagan dan bisa digunakan dengan teknik kepala bernomor. Teknik ini memberi kesempatan kepada siswa untuk membagikan hasil informasi dengan kelompok lain. Pembelajaran menggunakan model cooperative learning tipe two stay two stray dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa. Isjoni (2007: 79)
Jadi model pemelajaran metode stay two stray merupakan pembelajaran yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Siswa menjelaskan permasalahan kepada kelompok lain dengan bahasa sendiri dan setelah itu membahas hasilnya denga kelompok sendiri.
Langkah-langkah metode stay two stray dalam proses belajar mengajar (Suprijono 2009 : 93). Diawali dengan pembagian kelompok. Setelah kelompok terbentuk guru memberikan tugas berupa permasalahan-permasalahan yang haerus mereka diskusikan permasalahannya. Setelah diskusi intra kelompok usai, dua orang dari masing-masing kelompok meninggalkan kelompoknya untuk bertamu kepada kelompok yang lain. Anggota kelompok yang tidak mendapat tugas sebagai duta (tamu) mempunyai kewajiban menerima tamu dari suatu kelompok. Tugas mereka adalah menyajikan hasil kerja kelomknya kepada tamu tersebut. Dua orang yang bertugas sebagai tamu diwajibkan bertamu kepada semua kelompok. Jika mereka telah usai menunaikan tugasnya, mereka kembali ke kelompoknya masing-masing. Setelah kembali ke kelompok asal, baik peserta didik yang bertugas bertamu maupun mereka yang bertugas menerima tamu mencocokkan dan membahas hasil kerja yang mereka tunaikan.

PKn
Hasil Belajar
Metode Stray  two stray

Belajar
 







Gambar 1 : Skema Kerangka Berpikir
F.   Hipotesis
Berdasarkan landasan teori dan kerangka pemikiran yang telah diuraikan
 diatas dapat dirumuskan hipotesis penelitian tindakan kelas ini sebagai brikut :
“ Penggunaan metode stay two stray dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV MI Husainiyah pada mata pelajaran PKn sub pokok bahasan Sistem Pemerintahan Pusat”
G. Langkah-langkah Penelitian
1.    Metode Penelitian
Secara umum metode penelitian diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Menurut Sugiyono (2009 : 6), “Metode penelitian adalah cara ilmiah untuk mendapatkan data yang valid dengan tujuan dapat ditemukan, dikembangkan, dan dibuktikan, suatu pengetahuan tertentu sehingga pada gilirannya dapat digunakan untuk memahami, memecahkan, dan mengantisifasi masalah dalam bidang pendidikan.” Metode yang peneliti gunakan adalah metode kooperatif dalam bentuk penelitian tindakan kelas. Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research) yang dilakukan di MI Husainiyah Cicalengka dimana penelitian ini terdiri dari dua siklus yaitu siklus I dan siklus II. Setiap siklus terdiri dari empat tahapan rangkaian yang dilakukan dalam siklus berulang. Empat kegiatan utama yang ada pada setiap siklus yaitu tahap perencanaan, tahap pelaksanaan/tindakan, tahap pengamatan (Observasi), dan tahap refleksi ( Arikunto dkk, 2007: 74 ).  
2.        Subjek Penelitian
Subyek penelitian ini adalah peserta didik kelas IV MI Husainiyah yang berjumlah 28 siswa yang terdiri dari 13 orang putra dan 15 orang perempuan.
3.    Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini dilaksanakan di MI Husainiyah Cicalengka.
4.        Disain Penelitian
Disain penelitian yang akan dilaksanakan adalah suatu bentuk alur siklus yang terdiri dari empat tahapan dasar yang saling terkait dan berkesinambungan, yaitu perencanaan (planning), pelaksanaan (acting), mengobservasi (observing), refleksi (reflecting) sampai adanya peningkatan yang diharapkan tercapai. Adapun siklus penelitian tindakan kelas sebagai berikut:


Perencanaan
Pelaksanaan
Pengamatan
Refleksi
SIKLUS I
 






Perencanaan
  
Pelaksanaan
SIKLUS II
Refleksi
   
Pengamatan
?
 






Gambar : Alur Penelitian Tindakan Kelas
Arikunto Dkk (2010:16)
Disain penelitian tindakan kelas ini adalah terdiri dari 4 tahap, secara rinci sebagai berikut:
a.    Perencanaan
 1). Mempersiapkan rencana pelaksanaan pembelajaran dan indicator keberhasilan penelitian.
2). Mempersiapkan fasilitas dan sarana pendukung yang diperlukan di kelas.
3). Mempersiapkan instrumen untuk merekam dan menganalisis proses dan hasil tindakan.
b.    Pelaksanaan
Kegiatan yang dilaksanakan dalam tahap ini adalah melaksanakan tindakan penerapan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray pada system pemerintahan pusat dalam meningkatkan hasil belajar peserta didik yang telah direncanakan.
c.    Pengamatan
Dalam tahap ini dilaksanakan pengamatan terhadap pelaksanaan tindakan. Peneliti melihat kondisi pembelajaran dan mencatat peserta didik dan kelompok yang aktif dalam pembelajaran.
d.   Refleksi
Data-data yang diperoleh melalui observasi dikumpulkan, dianalisis dan didiskusikan dengan kolaborator yaitu guru pelajaran PKn dan dicari solusi dari permasalahan pembelajaran yang telah berlangsung guna perbaikan pada siklus berikutnya.
5.    Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini penulis mengumpulkan data dengan cara sebagai berikut:
a.         Wawancara
Sugiono (2012:137) menyebutkan bahwa wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti, dan juga abila peneiti ingin mengetahui hal-hal responden yang lebih mendalam dan jumlah respondennya sedikit atau kecil/kecil.
Nana syaodih (2010:216) juga menjelaskan, wawancara atau interviu merupakan salah satu bentuk teknik pengumpulan data yang bayak digunakan dalam penelitian deskriptif kualitatif dan deskriptif kuantitatif. Wawancara dilaksanakan secara lisan dalam pertemuan tatap muka secara individual.
Metode ini dilakukan untuk memperoleh data-data tentang permasalahan yang dihadapi dalam pembelajaran sebelum pemberian tindakan, diantaranya strategi dan metode pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran PKn, hasil belajar peserta didik sebelum pemberian tindakan pada materi pokok system pemerintahan pusat di tahun sebelumnya.
b.         Tes
Nana syaodih (2010:223) menjelaskan bahwa tes umumya bersifat mengukur, walaupun beberapa bentuk tes psikologis terutama tes kepribadian banyak yang bersifat deskriptif, tetapi deskripsinya mengarah kepada karakteristik atau kualifikasi tertentu sehingga mirip dengan interpretasi dari hasil pengukuran. Metode tes digunakan untuk mengukur hasil belajar yang telah dicapai peserta didik kelas IV MI Husainiyah dalam belajar PKn pada materi system pemerintahan pusat. Tes disusun oleh peneliti. Tes dalam penelitian ini adalah evaluasi akhir. Hasil tes tersebut dalam penelitian ini disebut sebagai hasil belajar. Hasil belajar pada siklus I dipakai untuk melihat keberhasilan sementara dalam pembelajaran menggunakan model pembelajaran Two Stay- Two Stray, yang akan dibandingkan dengan hasil belajar pada pra siklus, dan siklus I sebagai evaluasi untuk merefleksi pada siklus II. Sedangkan hasil belajar pada siklus II adalah untuk melihat keberhasilan model pembelajaran PKn dengan model pembelajaran Two Stay- Two Stray.

c.    Observasi
Observasi sebagai teknik pengumpulan data mempunyai ciri sspesifik bila dibandingkan dengan teknik yang lain, yaitu wawancara dan kuesioner. (Sugiono 2012:145)
d.             Dokumentasi
Dokumentasi merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan menghimpun dan menganalisis dokumen-dokumen baik dokumen tertulis, gambar maupun elektronik. (Sugiono 2012:221).
Metode ini dilakukan untuk memperoleh daftar nama peserta didik yang termasuk dalam subjek penelitian. Selain itu juga digunakan untuk pengambilan gambar peserta didik dalam melaksanakan model pembelajaran Two Stay- Two Stray.
6.        Teknik Analisis Data
Analisis ketuntasan belajar dimaksudkan untuk mengetahui : (1) sejauh mana setiap siswa menyerap materi yang diberikan guru (2) Materi mana yang telah terserap secara baik dan materi mana yang belum; dan (3)keberhasilan suatu program pembelajaran. (Tuti Hayati 2013:151)
Untuk mengetahui kemampuan peserta didik dalam menyelesaikan soal–soal evaluasi, peneliti menggunakan cara yaitu dengan menghitung rata–rata nilai ketuntasan belajar secara klasikal. Tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes tertulis (evaluasi akhir). Pada siklus I evaluasi akhirnya terdiri dari 10 soal essay. Jika setiap jawaban benar maka bernilai 10, jika kurang sedikit nilainya 8,mendekati benar 5 namun jika jawaban salah bernilai 3, bila tidak diisi bernilai 0. Sedangkan pada siklus II evaluasi akhirnya terdiri dari 5 soal essay. Jika setiap jawaban benar maka bernilai 20, jika mendekati benar nilainya 12, namun jika jawaban salah bernilai 8, bila tidak diisi bernilai 0. Rumus dan kriteria yang digunakan adalah sebagai berikut:
1)      Merekapitulasi jawaban siswa
2)      Menghitung persentase setiap nomor soal yang dicapai setiap siswa, dengan rumus:
3)      Menentukan rata-rata persentase dari setiap siswa dengan rumus:
4)      Membuat kesimpulan (untuk setial siswa), dengan ketuntasan:
< 75% : Remidial
≥ 75% : Pengayaan
5)      Menentukan persentase setiap butir soal, dengan cara:
a)      Jumlahkan seluruh angka persentase dari setiap no soal
b)      Hitung rata-rtanya dengan rumus rumus:






DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi Abu dan Supriono Widodo, Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta, 2004
Arikunto Suharsimi dkk, Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara, 2010
Isjoni. 2007. Cooperative Learning Efectifitas Pembelajaran Kelompok. Alfabeta. Bandung.
Kagan, Spencer, Coopoerative Learning, http://edtech.kennesaw.edu/intech/cooperative learnin, htm, yang diakses pada hari rabu, 10 November 2013
Sudjana, Nana, Dasar – dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Sinar
Baru Algensindo, 2000
Sugiono. 2012.  Metode Penelitian Kuantitatif kualitatif dan R & D. Alfabeta. Bandung
Sukmadinata Nana. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011
Sumarsono dkk. Pendidikan Kewarganeggaraan. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2002
Suprijono, Agus, Cooperatif Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM, Yogyakarta:
PT. Pustaka Pelajar, 2009
Hayati Tuti. Evaluasi Pembelajaran. Bandung: CV Insan Mandiri, 2013






0 Response to "PROPOSAL PENELITIAN MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN PKn MELALUI MODEL KOOPERATIF LEARNING TIPE STAY TWO STRAY SUB POKOK SISTEM PEMERINTAHAN PUSAT ( Penelitian Tindakan Kelas Di MI Husaiyah Cicalengka – Bandung kelas IV semester Genap )"