Makalah Filsafat Islam Ibnu Bajjah

BAB I
PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang
Filsafat adalah merupakan induk dari ilmu pengetahuan, karena filsafat mendorong orang untuk berfikir secara menyeluruh untuk mengungkap hakikat dari sesuatu.Dengan berfikir secara Filsafat tentang sesuatu atau ilmu kita dapat menghasilkan suatu metode atau ilmu baru yang merupakan turunan dari ilmu yang telah ada.Jadi sangat wajar bila para Filosof dapat memahami hakikat sesuatu atau ilmu dan dapat memunculkan teori-teori baru disamping teori yang telah ada.
Proses sejarah masa lalu, tidak dapat dielakan begitu saja bahwa pemikiran filsafat islam terpengaruh oleh filsafat yunani. Para filosof islam banyak mengambil pemikiran aristoteles dan banyak tertarik terhadap pemikiran platinus. Sehingga banyak teori filosof yunani diambil oleh filosof lslam.
Salah satu diantara para filosof islam tersebut adalah ibn bajjah pada masa kejayaan islam di spanyol. Ibn bajjah adalah ahli yang menyadarkan pada teori dan praktik dalam ilmu-ilmu matematika, astronomi, musik, mahir ilmu pengobatan dan studi-studi spektakulatif seperti logika, filsafat alam dan metafisika, sebagaimana yang dikatakan oleh De Boer dalam the histoty of philosophi in islam, bahwa dia benar-benar sesuai dengan al-farabi dengan tulisan-tulisannya logika dan secara umum setuju dengannya, bahkan dengan doktrin-doktin fisika dan metafisikannya.
Ibn bajjah menyandarkan filsafat dan logikanya pada karya-karya al-farabi,dan dia telah memberikan sejumlah besar tambahan-tambahan dalam karya-karya itu. Dan dia telah menggunakan metode penelitian filsafat yang benar-benar lain. Tidak seperti al-farabi , dia berurusan segala masalah hanya berdasarkan nalar semata. Dia mengagumi filsafat aristoteles, yang diatasnya dia membangun sistemnya sendiri.Tapi dia berusaha untuk memahami lebih dulu filsafatnya secara benar.Itulah sebabnya ibn bajjah menulis uraian-uraian sendiri atas karya-karyanya aristoteles.
Atas dasar pemaparan diatas maka penulis menyusun makalah ini dengan judul ”IBNU BAJJAH”. Dengan makalah ini penulis berharap pembaca dapat memahami ilmu filsafat berdasarkan pemikiran yang islami yang bersumber dari wahyu Allah SWT, dan dapat mengenal filosof dari dunia Islam.
B.     Rumusan Masalah
Kajian tentang para filosuf dan pemikiran-pemikirannya sangatlah luas. Namun dalam makalah ini kami membatasi pembahasan kami pada:
1.    Biografi Ibnu Bajjah.
2.    Karya-karya Ibnu Bajjah.
3.    Filsafat  Ibnu Bajjah.
4.    Kontribusi Ibnu Bajjah dalam bidang Sains.
5.    Pengaruh filsafat Ibnu Bajjah.
C.      Tujuan Penulisan
Adapun tujuan pembuatan makalah ini adalah:
1.    Untuk memenuhi tugas mata kuliah Filsafat Islam.
2.    Diharapkan mahasiswa mengetahui biografi Ibnu Bajjah.
3.    Diharapkan mahasiswa mengetahui karya-karya Ibnu Bajjah.
4.    Diharapkan mahasiswa mengetahui filsafat Ibnu Bajjah.
5.    Mengetahui kontribusi Ibnu Bajjah dalam bidang Sains.
6.    Mengetahui pengaruh filsafat Ibnu Bajjah.







BAB II
PEMBAHASAN
A.    Biografi Ibnu Bajjah
Umat Islam telah sampai ke tanah Spanyol (Andalusia) semenjak zaman sahabat Rasul. Kedatangan mereka telah berhasil mempengaruhi kehidupan masyarakat di sana khususnya dalam bidang keilmuan. Sepanjang pemerintahan Islam di Spanyol, telah lahir sejumlah cendikiawan dan sarjana dalam pelbagai bidang ilmu.Sebagian mereka ialah ahli sains, matematika, astronomi, perobatan, filsafat, sastera, dan sebagainya.
Abu Bakr Muhammad Ibn Yahya al-Saigh atau lebih terkenal sebagai Ibnu Bajjah adalah salah seorang diantara para cendekiawan Muslim tersebut,dia berasal dari keluarga al-tujib karena itu ia dikenal sebagai al-tujibi yang bekerja sebagai pedagang emas (bajjah=emas).tetapi di Barat ia lebih dikenal dengan nama Avempace. Ibnu Bajjah sebagai sarjana Muslim multi-telenta.Ibnu Bajjah dikenal sebagai seorang astronom, musisi, dokter, fisika, psikologi, pujangga, filsuf dan ahli logika dan matematikus. Sang ilmuwan agung ini terlahir di Saragosa, Spanyol tahun 1082 M.
Ibnu Bajjah mengembangkan beragam ilmu pengetahuan di zaman kekuasaan Dinasti Murabbitun.Ibnu Bajjah dikenal sebagai penyair yang hebat.Pamornya sebagai seorang sastrawan dan ahli bahasa begitu mengkilap.Salah satu bukti kehebatannya dalam bidang sastra dibuktikannya dengan meraih kemenangan dalam kompetisi puisi bergengsi di zamannya.Selain dikenal sebagai seorang penyair, Ibn Bajjah juga dikenal sebagai musisi.Ia piawai bermain musik terutama gambus. Yang lebih mengesankan lagi, Ibnu Bajjah adalah ilmuwan yang hafal Alquran.
Selain menguasai beragam ilmu, Ibnu Bajjah pun dikenal pula sebagai politikus ulung.Kehebatannya dalam berpolitik mendapat perhatian dari Abu Bakar Ibrahim, gubernur Saragosa.Ia pun diangkat sebagai menteri semasa Abu Bakr Ibrahim berkuasa di Saragossa. Setelah itu, Ketika kota Saragossa jatuh ketangan raja alfonso 1 di Aragon ibnu bajjah terpaksa pindah ke kota Seville via Valencia. Di kota ini ia bekerja sebagai seorang dokter. Kemudian dari sini ia pindah ke Granada dan selanjutnya berangkat ke afrika utara, pusat kerajaan dinasti murabith barbar. Setelah itu Ibnu bajjah berangkat pula ke fez, marokko. Di kota ini ia di angkat menjadi wazir oleh Abu bakar yahya ibnu yusuf ibnu tashfin selama 20 tahun. Akhirnya di kota inilah ia menghembuskan napasnya yang terakhir pada bulan ramadhan 533 H/1138 M, menurut beberapa informasi kematianya ini karena di racuni oleh temanya, “Ibn zuhr” dokter termasyhur pada zaman itu, yang iri hati terhadap kejeniusanya.
B.  Hasil karya Ibnu Bajjah
            Menurut Ibnu Tufail, Ibnu Bajjah adalah seorang filosof muslim yang paling cemerlang otaknya, paling cepat analisanya, dan paling benar pemikirannya. Kecemerlangan Ibnu Bajjah ini dapat dilacak dari beberapa karya tulisnya baik dalam bidang filsafat atau dalam bidang lainnya, diantaranya :
1. RisalatAl-Wada, berisi tentang ilmu pengobatan.
2. Kitab Tadriyyah, berisi tentang syair pujian yang ada di perpustakaan Berlin.
3. kitab Al-Nafs, berisi tentang catatan dan pendahuluan dalam bahasa Arab.
4. Kitab Tadbir al-Mutawahhid, Ini adalah kitab yang paling populer.
5. Risalat Al-Ittishal, risalah ini menguraikan tentang hubungan manusia dengan akal fa’al.
6. Karya-karya yang disunting oleh Asin Palacis dengan terjemahan bahasa Spanyol dan
catatan-catatan yang diperlukan:
a. Kitab al-Nabat, al-Andalus jilid V, 1940
b. Risalah Ittishal al-Aql bil insan, al-Andalus, jilid VII, 1942
c. Risalah al-Wada’, al-Andalus, jilid VIII, 1943
d. Tadbir al-Mutawahhid, dengan judul el-Regimen del solitario, 1946
7. Majalah al-Majama’ al-Ilm al-Arabi.


C. Filsafat Ibnu Bajjah
1)      Epistimologis
Sebagai tokoh pemula filsafat islam di Dunia islam barat, ibn bajjah tidak lepas dari pengaruh saudara-saudaranya, filsuf dari islam timur. Terutama pemikiran al-Farabi dan Ibn Sina.Dalam bukunya yang terkenal tadbir al- mutawahhid, ibn bajjah mengemukakan teori al-ittishal, yaitu bahwa manusia mampu berhubungan dan meleburkan diri dengan akal fa’al atas bantuan ilmu dan pertumbuhan kekuatan insaniah.
Berkaitan dengan teori al-ittishal tersebut, ibn bajjah juga mengajukan satu bentuk epistimologi yang berbeda dengan corak yang dikemukakan al-Ghozali di Dunia islam timur. di Dunia islam timur.kalau al-Ghozali berpendapat bahwa ilham adalah sumber pengetahuan yang lebih penting dan lebih dipercaya, maka ibn bajjah mengkritik pendapat itu, dan menetapkan bahwa sesungguhnya perseorangan mampu sampai pada puncak pengetahuan dan dan melebur kedalam akal fa’al, bila ia bersih dari kerendahan dan keburukan masyarakat. Karena masyarakat bisa melumpuhkan daya kemampuan berpikir perseorangan dan menghalanginya untuk mencapai kesempurnaan, hal ini disebabkan masyarakat itu berlumuran dengan perbuata-perbuatan rendah dan keinginan hawa nafsu yang kuat.jadi, dengan kekuatan dirinya manusia bisa sampai kepada martabat yang tinggi, melalui pikiran dan perbuatan.
Pemikiran tentang epistimologi ini disebut ibn bajjah dalam bukunya, tadbir al-mutawahhidyang berisi delapan pasal, dapat disarikan sebagai berikut:
Pasal pertama: penjelasan kata tadbir, ibn bajjah menjelaskan arti kata tadbir dipakai terhadap setiap kumpulan peraturan yang mengenai dengan perbuatan menuju suatu tujuan, seperti mengatir keluarga atau Negara. Manakalah perbuatan-perbuatan seorang yang bertujuan kepada maksud yang tinggi, haruslah perbuatan itu timbul dari pemikiran yang luas, jauh sekali dari pengaruh luar.
Pasal kedua: berisi penjelasan tentang perbuatan-perbuatan yang bersifat kemanusiaan, untuk menjelaskan yang mungkin membuktikan tujuan “orang yang menyendiri” dibaginya perbuatan kepada dua bagihan:
1.      Perbuatan yang timbul dari kehendak mereka, sesudah memperhatikan dan mempertimbangkan.
2.      Suatu perbuatan yang timbul dan bersifat instink hewani yang tunduk kepada jiwa manusia yang berpikir. Perbuatan ini dinilai tingkatan akhlak yang paling tinggitetapi, manakalah seseorang yang kekuatan hewaninya bisa mengalahkan kekuatan berpikirnya, maka ia lebih hina daripada hayawan.
Pasal ketiga: yang berhubungan dengan perbuatan-perbuatan menyendiri, yaitu memperoleh urusan yang bersifat pemikiran, maka wajiblah mengetahui urusan-urusan ini.
Pasal keempat: pembahagian perbuatan manusia kepada tiga macam:
1.      Perbuatan yang tujuanya berpa bentuk jasmani, seperti minum, makan, pakaian dan yang serupa seperti itu.
2.      Perbuatan yang tujuanya adalah bentuk rohaniah perseorangan, bukanlah kelezatan hewani yang menjadi tujuan daripada bahagian ini, tapi yang dituju adalah menyempurnakan bentuk rohani, sehingga seseorang memperoleh ketentraman pikiran dan kesenangan perasaan.
3.      Perbuatan yang bertujuan bentuk rohaniah umum. Perbuatan ini adalah perbuatan rohaniah yang lebih sempurna, yang berhubungan dengan akal aktif(akal fa’al).
Pasal kelima: berisi bahwa seorang mutawahhid (penyendiri) harus memilih perbuatan yang paling tinggi, sehingga sampai kepada tujuan akhir.
Pasal enam dan pasal tujuh, kembali memperpanjang uraian mengenai bentuk-bentuk rohaniah dan perbuatan-perbuatan yang bertalian dengannya serta tujuan-tujuan yang ingin dicapai.
Pasal kedelapan: menjelaskan apa yang dimaksud dengan tujuan akhir.
2)      Metafisika
Menurut Ibnu bajjah, segalah yang ada (al-maujudat) terbagi dua: yang bergerak dan yang tidak bergerak. Yang bergerak adalah jisim (materi) yang sifatnya finite (terbatas).Gerak terjadi dari perbuatan yang menggerakkan terhadap yang di gerakkan.Gerakan ini di gerakkan pula oleh gerakan yang lain, yang akhir rentetan gerakan ini di gerakkan oleh penggerak yang tidak bergerak; dalam arti penggerak yang tidak berubah yang berbeda dengan jisim (materi).Penggerak ini bersifat azali. Gerak jisim mustahil timbul dari subtansinya sendiri sebab ia terbatas. Oleh karena itu, gerakan ini mesti berasal dari gerakan yang infinite (tidak terbatas) yang oleh ibnu bajjah disebut dengan ‘aql.
Kesimpulanya, gerakan alam ini –jism yang terbatas- digerakkan oleh ‘aql (bukan berasal dari subtansi alam sendiri).Sedangkan yang tidak bergerak adalah ‘aql, ia menggerakkan alam dan ia sendiri tidak bergerak. ‘aql inilah disebut dengan Allah (‘aql, aqil, dan ma’qul) sebagaimana yang dikemukakan oleh al-farabi dan ibnu sina sebelumnya.
Perluh di ketahui bahwa para filosof muslim pada umumnya menyebut Allah itu adalah ‘aql. Argumen yang mereka majukan adalah Allah pencipta dan pengatur alam yang beredar menurut natur rancangan-Nya, mestilah ia memiliki daya berpikir. Kemudian dalam mentauhidkan Allah semutlak-mutlaknya, para filosof muslim menyebut Allah adalah zat yang mempunyai daya berpikir (‘aql), juga berpikir (‘aqil) dan objek pemikiranya sendiri (ma’qul). Keseluruhanya adalah zat-Nya yang Esa.
Sebagaimana Aristoteles, ibnu bajjah juga mendasarkan filsafat metafisikanya pada fisika. Argument adanya Allah adalah dengan adanya gerakan di alam ini.Jadi, Allah adalah azali dan gerakanya adalah bersifat tidak terbatas.
Disinlah letak kelebihan ibnu bajjah walaupun ia berangkat dari filsafat gerak aristoteles, namun ia kembali kepada ajaran islam. Dasar filsafat aristoteles ialah ilmu pengetahuan alam yang tidak mengakui adanya sesuatu di balik alam empiris ini. Kendatipun penggerak pertama berbeda dengan materi, namun ia masih bersifat empiris. Ibnu bajjah tampaknya berupaya mengislamkan argument metafisika aristoteles. Karena itu , menurutnya Allah tidak hanya penggerak, tetapi ia adalah pencipta dan pengatur alam.
3)      Jiwa
perubahan sebagaimana jasmani. Jiwa adalah penggerak bagi manusia. Jiwa di gerakkan dengan dua jenis alat: alat-alat jasmaniah dan alat-alat rohaniah. Alat-alat jasmaniah antaranya ada berupa buatan dan ada pula berupa alamiah, seperti kaki dan tangan.Alat-alat alamiah ini lebih dahulu dari alat buatan’ yang di sebut juga oleh ibnu bajjah dengan pendorong naluri (al-harr al-garizi) atau roh insting.Ia terdapat pada setiap makhluk yang berdarah.
Jiwa menurut ibnu bajjah, adalah jauhar rohani, akan kekal setelah mati. Di akhirat jiwalah yang akan menerima pembalasan, baik balasan kesenangan (surga) maupun balasan siksaan (neraka). Akal, daya berpikir bagi jiwa, adalah satu bagi setiap orang yang berakal.Ia dapat bersatu dengan akal fa’al yang di atasnya dengan jalan ma’rifah filsafat.
4)      Akal dan Ma’rifah
Ibnu bajjah menempatkan akal dalam posisi yang sangat penting.Dengan perantaraan akal, manusia dapat mengetahui sesuatu, termasuk dalam mencapai kebahagiaan dan masalah ilahiyat.Akal menurut ibnu bajjah terdiri dari dua jenis.Akal teoritis dan akal praktis.Akal teoritis di peroleh hanya berdasarkan pemahaman terhadap sesuatu yang kongkret atau abstrak.Sedangkan akal praktis di peroleh melalui penyelidikan (eksperimen) sehingga menemukan ilmu pengetahuan.
Oleh karena itu, pengetahuan yang di peroleh akal ada dua jenis pula. Yang dapat di pahami , tetapi tidak dapat di hayati; yang dapat dipahami dan dapat pula dihayati.
Berbeda dengan Al-ghazali, menurut ibnu bajjah manusia dapat mencapai puncak ma’rifah dengan akal semata, bukan dengan jalan sufi melalui al-qlb, atau al-zauq. Manusia kata ibnu bajjah, setelah bersih dari sifat kerendahan dan keburukan masyarakat akan dapat bersatu dengan akal aktif dan ketika itulah ia akan memperoleh puncak ma’rifah karena limpahan dari Allah.
5)      Etika dan Akhlak
Ibnu bajjah membagi perbuatan manusia kepada dua bagian.Bagian pertama, ialah perbuatan yang timbul dari motif naluri dan hal-hal lain yang berhubungan denganya, baik dekat atau jauh.Bagian kedua ialah perbuatan yang timbul dari pemikiran yang lurus dan kemauan yang bersih dan tinggi dan bagian ini disebutnya, perbuatan-perbuatan manusia.Pangkal perbedaan antara kedua bagian tersebut bagi ibnu bajjah bukan perbuatan itu sendiri melainkan motifnya. Untuk menjelaskan kedua macam perbuatan tersebut, ia mengemukakan seorang yang terantuk dengan batu, kemudian ia luka-luka, lalu ia melemparkan batu itu. Kalau ia melemparnya karena telah melukainya maka ia adalah perbuatan hewani yang didorong oleh naluri kehewananya yang telah mendiktekan kepadanya untuk memusnahkan setiap perkara yang menganggunya.Kalau melemparkanya agar batu itu tidak mengganggu orang lain,bukan karena kepentingan dirinya, atau marahnya tidak bersangkut paut dengan pelemparan tersebut, maka perbuatan itu adalah pekerjaan kemanusiaan. Pekerjaan yang terakhir ini saja yang bisa dinilai dalam lapangan akhlak, karena menurut ibnu bajjah hanya orang yang bekerja dibawah pengaruh pikiran dan keadilan semata-mata, dan tidak ada hubunganya dengan segi hewani padanya, itu saja yang bisa dihargai perbuatanya dan bisa di sebut orang langit.Setiap orang yang hendak menundukkan segi hewani pada dirinya, maka ia tidak lain hanya harus memulai dengan melaksanakan segi kemanusiaanya. Dalam keadaan demikianlah, maka segi hewani pada dirinya tunduk kepada ketinggian segi kemanusiaan, dan seseorang menjadi manusia dengan tidak ada kekuranganya, karena kekurangan ini timbul disebabkan ketundukanya kepada naluri.
6)      Politik
Dari pengertian mutawahhid, banyak orang mengira bahwa ibn bajjah menginginkan supaya seseorang menjauhkan diri dari masyarakat ramai.Tetapi sebenarnya ibn bajjah bermaksud bahwa seorang mutawahhid sekalipun harus senantiasa berhubungan dengan masyarakat. Tetapi hendaklah seseorang itu mampu menguasai diri dan sanggup mengendalikan hawa nafsu, tidak terseret ke dalam arus perbuatan rendah masyarakat.dengan perkataan lain ia harus berpusat pada dirinya dan merasa selalu bahwa dirinya menjadi contoh ikutan orang lain, serta sebagai penyusun perundang-undangan bagi masyarakat, bukan malah tenggelam dalam masyarakat itu.
Tindakan-tindakan mulia itu kemungkinan bisa diterapkan di Negara utama.dalam bentuk-bentuk Negara Daerah yang rusak, semua tindakan dilakukan secara terpaksa dan impulsive.karena penduduknya tidak bertindak secara rasional, dan sukarela tetapi didorong, misalnya pencaharian kebutuhan hidup, kesenangan pujian, atau kejayaan. Dalam kehidupan rezim yang tidak sempurna ini, dimana aspirasi intelektual dirintangi, maka tindakan seseorang yang terkucil, menarik diri dari pergaulan manusia, didalam Negara semacam ini untuk apolitik.


7)       Filsafat Ibnu Bajjah Tentang Ilmu Dan Sains
Pandangan filsuf multitalenta ini dipengaruhi oleh ide-ide Al-Farabi.Al-Farabi dan Ibnu Bajjah meletakkan ilmu untuk mengatasi segala-galanya.Mereka hampir sependapat bahwa akal dan wahyu merupakan satu hakikat yang padu. Upaya untuk memisahkan kedua-duanya hanya akan melahirkan sebuah masyarakat dan negara yang pincang. Oleh sebab itu, akal dan wahyu harus menjadi dasar dan asas pembinaan sebuah negara serta masyarakat yang bahagia.
Ibnu Bajjah pun sangat menguasai logika. Menurutnya, sesuatu yang dianggap ada itu sama benar-benar ada atau tidak ada bergantung pada yang diyakini ada atau hanyalah suatu kemungkinan. Justru, apa yang diyakini itulah sebenarnya satu kebenaran dan sesuatu kemungkinan itu boleh jadi mungkin benar dan tidak benar.Kenyataannya, banyak perkara di dunia yang tidak dapat diuraikan menggunakan logika.Jadi, Ibnu Bajjah belajar ilmu-ilmu lain untuk membantunya memahami hal-hal yang berkaitan dengan metafisika, seperti ilmu sains dan fisika.
Ibnu Bajjah juga terkenal dengan ungkapan yang menyebut manusia sebagai ”makhluk sosial”. Pendapat itu dilontarkan jauh sebelum sarjana Barat mencetuskannya.Ia pun telah menguraikan konsep masyarakat madani dalam tulisannya pada abad ke-11 M. Kehebatannya dalam berbagai ilmu telah membuat banyak kalangan benci dan iri.
D.  Kontribusi Ibnu Bajjah dalam Bidang Sains
1.      Astronomi
Ibnu Bajjah ternyata turut berperan dalam mengembangkan ilmu astronomi Islam.Seorang ilmuwan Yahudi dari Andalusia, Moses Maimonides, menyatakan bahwa Ibnu Bajjah telah mencetuskan sebuah model planet.”Saya pernah mendengar Ibnu Bajjah telah menemukan sebuah sistem yang tak menyebut terjadinya epicycles.Saya belum pernah mendengar itu dari muridnya,” ungkap Maimonides.
Selain itu, Ibnu Bajjah pun telah mengkritisi pendapat Aristoteles tentang Meteorologi.Ia bahkan telah mengungkapkan sendiri teorinya tentang Galaksi Bima Sakti. Ibnu Bajjah menegaskan, Galaksi Bima Sakti sebagai sebuah fenomena luar angkasa yang terjadi di atas bulan dan wilayah sub-bulan.Pendapatnya itu dicatat dalam Ensiklopedia Filsafat Stanford sebagai berikut: ”Bima Sakti adalah cahaya bintang-bintang yang sangat banyak yang nyaris berdekatan satu dengan yang lainnya. Cahaya kumpulan bintang itu membentuk sebuah ”khayal muttasil” (gambar yang berkelanjutan). Menurut Ibnu Bajjah, ”khayal muttasil” itu sebagai hasil dari pembiasan (refraksi).” Guna mendukung penjelasannya itu, Ibnu Bajjah pun melakukan pengamatan terhadap hubungan dua planet, yakni Yupiter dan Mars pada 500 H/1106 M.
2.      Fisika
Dalam bidang fisika Islam, Ibnu Bajjah mengungkapkan hukum gerakan.Prinsip-prinsip yang dikemukakannya itu menjadi dasar bagi pengembangan ilmu mekanik modern.Pemikirannya dalam bidang fisika banyak memengaruhi fisikawan Barat abad pertengahan, seperti Galileo Galilei.Tak heran, jika hukum kecepatan yang dikemukakannya sangat mirip dengan yang dipaparkan Galilei.
Menurut Ibnu Bajjah: Kecepatan = Gaya Gerak – Resistensi Materi. Ibnu Bajjah pun adalah fisikawan pertama yang mengatakan selalu ada gaya reaksi untuk setiap gaya yang memengaruhi. Ibnu Bajjah pun sangat memengaruhi pemikiran Thomas Aquinas mengenai analisis gerakan.Inilah salah satu bukti betapa peradaban barat banyak terpengaruh dengan sains yang dikembangkan ilmuwan Muslim.
3.      Psikologi
Ibnu Bajjah pun juga sangat berjasa dalam mengembangkan psikologi Islam.Pemikirannya tentang studi psikologi didasarkan pada ilmu fisika.Dalam risalah yang ditulisnya berjudul, Recognition of the Active Intelligence, Ibnu Bajjah menulis inteligensia aktif adalah kemampuan yang paling penting bagi manusia.Dia juga menulis banyak hal tentang sensasi dan imajinasi.
Pengetahuan tak dapat diperoleh dengan pikiran sehat saja, tapi juga dengan inteligensia aktif yang mengatur intelegensia alami,” ungkap Ibnu Bajjah.Ia juga mengupas tentang jiwa. Bahkan, secara khusus Ibnu Bajjah menulis kitab berjudul, Al-Nafs, atau Jiwa.Dia juga membahas tentang kebebasan.Menurut dia, seseorang dikatakan bebas ketika dapat bertindak dan berpikir secara rasional.

Ibnu Bajjah termasuk salah satu filosod muslim yang dianggap paling cemerlang pemikirannya, sehingga para murid dan para pengikurnya menilai bahwa dalam segi pemahaman filsafatnya sama dengan filsafat Al-Farabi, seperti logika, filsafat alam, dan metafisika. Akan tetapi, Ibnu Bajjah telah memberikan sejumlah besar tambahan dalam karya – karyanya.Dan lagi dia telah menggunakan metode filsafat yang benar – benar dan tambahan sangat luar biasa.Demikian juga dalam psikologi, Ibnu Bajjah tidak keringgalan langkah. Dia dipandang memiliki argument dan pemikiran yang mirip sama dengan Aristoteles, yang mendasarkan psikologinya pada fisika. Oleh sebab itu, Ibnu Bajjah bukan hanya seorang filosof, tetapi juga dia seorang saintis yang menguasai beberapa disiplin ilmu, seperti : kedokteran, astronomi, fisika, matematika, dan musikus.
Ibnu Bajjah juga telah mengilhami filosof lain, yakni mampu menghasilkan pemikiran yang baru bagi Ibnu Tufail, dan Ibnu Rusyd. Sehingga keduanya mampu menyumbangkan pemikiran mereka diantara filosof – filosof muslim lainnya. Teori dan pemikiran Ibnu Bajjah dapat diterima dan diaplikasikan dalam kehidupan sehari – hari, demi tercapainya tujuan sebagai makhluk, yaitu ma’rifatulloh. Menurut Ibnu Bajjah semua orang mempunyai kesempatan untuk mencapainya, dalam hal ini tidak mudah untuk mendapatkan ma’rifatulloh ( mendekatkan diri kepada Alloh ), salah satunya bisa ditempuh dengan cara beribadah kepada Alloh menurut Al –Gazhali. Sedangkan menurut Ibnu Bajjah tidak hanya dengan itu, manusia memiliki kesempatan untuk mencapai ma’rifatulloh, dengan menggunakan akal pikirannya yang benar bisa menjaga diri dari hawa nafsu dari yang buruk dan menghindarkan diri dari perbuatan yang merusak dan menghancurkan dirinya sendiri.
Ibnu Bajjah dengan filsafatnya ini dapat dikelompokkan ke dalam filosof yang mengutamakan amal untuk mencapai derajat yang sempurna. Di pihak lain filsafat manusia penyendiri Ibnu Bajjah cocok dengan zaman modern ini. Segala keutamaan dan perbuatan moral diarahkan untuk memimpin, dan menguasai jiwa manusia mengalahkan jiwa hewaniah. Secara global seseorang harus mengupayakan perjuangannya untuk berhubungan dengan alam atas, baik secara bersama – sama dengan masyarakat maupun secara terpisah. Sehingga jika masyarakat baik, berartiia harus memberika andil dalam berbagai maam urusannya, tetapi jika masyarakat tidak baik maka ia harus menyepi dan menyendiri.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Filsapat adalah berfikir secara mendalam, radikal, pundamental, guna mengungkap hakikat sesuatu hal.
 Ibnu bajah adlah ilmuwan dengan multi talenta yang dapat menguasai berbagai bidang disiplin ilmu seperti: filsafat, fisika, kedokteran, psikologi, politik, dan lain-lain.
Dalam islam Filsapat juga diperlukan karena dapat membuat orang berpikir menyeluruh untuk mengenal tuhannya {Ma’rifatullah}.
Filsafat merupakan suatu induk ilmu pengetahuan. Banyak terdapat cabang dalam filsafat, diantaranya ada filsafat Islam, filsafat Ilmu, filsafat pengetahuan maupun yang lain. Pada makalah ini kami membahas tentang filsafat Islam, yakni tentang salah satu filosufnya “Ibnu Bajjah”, yang meliputi biografi, karya-karya, serta pemikiran-pemikiran Ibnu Bajjah.
Ibnu Bajjah berasal dari keluarga al-Tujib. Dia lahir pada abad 11 M di kota Sarragosa. Para ahli sejarah memandangnya sebagai orang yang berpengetahuan luas dan mampu dalam berbagai ilmu. Dia menguasai sastra, tata bahasa, dan filsafat kuno. Ketika hidupnya, dia telah membuat beberapa karya yang penting.
Pemikiran-pemikirannya anatara lain adalah:
o   Kebenaran dapat diperoleh manusia apabila manusia menyendiri (uzlah).
o   Segala yang wujud terbagi dua yakni bergerak dan tidak bergerak.
o   Perbuatan manusia dikelompokan kepada perbuatan hewani dan perbuatan manusiawi.
o   Jiwa yang berhasrat itu terdiri dari tiga unsur yaitu: hasrat imajinatif, hasrat menengah, dan hasrat berbicara.
o   Seorang mutawahhid harus senantiasa berhubungan dengan masyarakat. Tetapi hendaklah seseorang mampu menguasai diri dan sanggup mengendalikan hawa nafsu, tidak terseret ke dalam arus perbuatan rendah masyarakat.
o   Sebagian orang dikuasai oleh keinginan jasmaniyah belaka, mereka berada di tingkat paling bawah, dan sebagian lagi dikuasai oleh spiritualitas.
B.       Saran
Setelah mahasiswa mengetahui dan memahami pemikiran-pemikiran Ibnu Bajjah, hendaknya mahasiswa mampu mengambil sebagian pemikiran yang relevan dengan keadaan sekarang agar bisa dijadikan sebagai spirit untuk maju.
Setiap mahasiswa hendaknya mampu menggunakan akal pikirnya secara mendalam agar dapat mengungkap hakikat segala sesuatu ynag ada di hadapannya.
Setiap mahasiswa hendaknya mengambil teladan dari para ilmuan islam seperti Ibnu Bajjah yang dapat menguasai berbagai disiplin ilmu.
Setiap mahasiswa hendaknya menggunakan akal pikirannya yang rasional dan jernih dalam memandang ajaran agama dan mengenal ayat-ayat tuhannya, baik ayat kauliyah mapun ayat kauniyah.
Demikianlah makalah ini penulis susun untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah Filsafat Islam, dan semoga makalah ini menjadi penambah wawasan dan tsakofah islamiah seputar filsafat Islam bagi para pembaca.Penulis juga merasa memerlukan kritik dan saran dari para pembaca untuk perbaikan dikemudian hari.Mudah-mudahan Alloh SWT senantiasa memberikan berkah dan manfaat dari makalah ini bagi kita semua.






DAFTAR PUSTAKA
Hermawan, A.Heris. 2011, Filsafat Islam,Bandung: CV. Insani Mandiri.
Mustofa. 2009, Filsafat Islam, bandung: pustaka setia.
Ervani, Reza, ”Ibn Bajjah” dalam www.rezaervani.com/rezapedia /12-02-08/17-11-09.
Nasution Hasimsyah. 2003, Filsafat Islam, Jakarta: Gaya Media Pratama.


1 Response to "Makalah Filsafat Islam Ibnu Bajjah"