Uas Perkembangan peserta didik tentang teori jean piaget, erikson



1.      Apa dampak keterlambatan aspek perkembangan tertentu terhadap perkembangan peserta didik secara keseluruhan?
Jawaban :  
Dampak keterlambatan pada aspek perkembangan, yaitu :
·         Berdampak pada masa remaja hingga dewasa bahkan berpengaruh pada usia lanjut
·         Berdampak pula pada sosial. Seperti cara berinteraksi dengan orang lain dan cara bergaulnya
·         Berdampakpada pendidikan atau pola belajar dan berfikir
·         Berdampak pada cara dia menyikapi permasalahan yang cukup sulit sehingga tidak bisa kurang teratasi. 
2.      Jelaskan dengan contoh keempat tahap perkembangan kognitif menurut Jean Piaget?
Jawaban :
Tahapan-tahapan atau periode-periode perkembangan kognitif menurut Jean Piaget, yaitu :
·         Periode I.        Kepandaian sensori-motorik (dari lahir-2tahun ). Bayi mengorganisasikan skema tindakan fisik mereka seperti menghisap, menggenggam dan memukul menghadapi dunia yang muncul dihadapannya.
Contoh : ketika seorang bayi baru berumur dua hari, dia mulai membuat gerakan-gerakan menghisap padahal tidak ada yang memicu refleks Ini. Karena si bayi melakukan gerakan ini di luar jam makan, ketika dia belum lapar, tampaknya ia menghisap hanya demi menghisap itu sendiri. Piaget menyatakan bahwa sekali kita memiliki sebuah skema, kita juga memiliki kebutuhan untuk membuatnya aktif (1936a, h.25-26,35).
·         Periode II.       Pikiran  pra-operasional (2-7 tahun). Anak-anak belajar untuk berfikir menggunakan simbol-simbol dan pencitraan batiniah  namun pikiran mereka masih idak sistematis dan tidak logis. Pikiran di titik ini sangat berbeda dengan pikiran orang dewasa.
Contoh : ketika seorang anak menuangkan air dari satu gelas ke gelas lain yang  lebih pendek dan lebar, anak ‘memusatkan’ perhatiannya hanya kepada satu dimensi yang menyolok perbedaan tinggi. Mereka tidak bisa ‘mendesentralisasi’ perbedaan ini dan melihat dua aspek situasi sekaligus.

·         Periode III.      Operasi-operasi berfikir konkret (7-11 tahun). Anak-anak mengembangkan kemampuan berfikir sistematis, namun hanya ketika mereka dapat mengacu kepada objek-objek dan aktivitas-aktivitas konkret.
Contoh : dua anak di sebuah kotak pasir akan membangun struktur mereka sendiri-sendiri. Jika mereka telah sanggup menaklukan egosentrisme ini, mereka akan belajar mengkoordinasikan tindakan-tindakan mereka dalam suatu usaha bersama. Masing-masing anak harus menyadari perbedaan perspektif masing-masing.

·           Periode IV.      Operasi-operasi berfikir formal (11-dewasa). Orang muda mengembangkan kemampuan untuk berfikir sistematis menurut rancangan yang murni abstrak dan hipotetis.
Contoh : ketika anak remaja memikirkan berbagai kemungkinan yang inheren di dalam situasi yang dihadapinya, dan kemudian secara sistematis mengujinya, mereka sedang bekerja layaknya ilmuwan sejati. Sebagai contoh, seorang gadis remaja bisa memutuskan untuk mengetes efek-efek dari tanah yang baru bagi tumbuh-tumbuhan. Pada tingkat operasi formal, dia tidak hanya meletakkan tanah baru kepada sebuah tumbuhan dan tanah lama kepada tumbuhan yang lain, lalu mengamati keduanya tumbuh; dia akan mencoba kemungkinan-kemungkinan yang lain. Mungkin dua tanaman ini akan tumbuh menjadi tinggi yang berbeda, karena perbedaan-perbedaan individualnya, jadi dia mengambil beberapa  tanaman dan menguji rata-rata efek dari tanah yang berbeda. Mungkin sinar matahari juga memiliki efek jadi dia berusaha memastikan bahwa semua tanaman memiliki pencahayaan yang sama. Mungkin jumlah air juga penting jadi dia mengontrol variable ini juga. Esensi dari penalaran ini adalah pemikiran sistematis tentang hipotesis-hipotesis. Mereka tidak hanya gembira mencoba kemungkinan baru, namun mengisolasikan sebuah hipotesis dengan mengontrol  efek-efek dari variable-variabel lain yang memungkinkan.

3.      Jelaskan keterkaitan perkembangan intelek dan perkembangan bahasa anak! Beri contoh!
Jawaban :
Bahasa adalah ungkapan dari perasaan dan fikiran seseorang. Meskipun ia masih pada fase intelektual praoperasional, ternyata ia sudah bisa juga berfikir logis dan berfikir abstrak, apabila ada bantuan yang khusus sesuai potensi yang ada padanya. Paradigm di atas memiliki implikasi luar biasa bagi perkembangan bahasa. Artinya anak yang perkembangan bahasanya cepat, exposed  pada “bantuan” yang meskipun tidak tampak nyata, memperlihatkan hubungan yang kondusif, dalam arti emosional positif. Setip hambatan dalam perkembangan bahasa tersebut menunjuk pada gangguan emosional yang mungkin terjadi terkait dengan rasa takut, marah atau kesedihan tertentu.
Pengalaman emosional mengalir sebagai suatu arus yang terus menerus terjadi, sehingga hal tersebut akan sangat berpengaruh terhadap perkembangan bahasanya. Karena itu, apabila orang tua atau guru hendak membantu anak dalam perkembangan bahasanya, maka pertama-tama ia harus membelajarkan anak memahami perasaannya sendiri. Artinya anak harus diajarkan keberanian untuk tidak lari dari kenyataan berkenaan dengan perasaannya, melainkan mendalami pemahaman perasaannya. Perkembangan bahasa anak terjadi dengan baik dalam suasana di mana  orang yang penting (significant)bagi anak ingin memiliki pemahaman tentang emosi pada anak itu, maupun emosinya sendiri.
Dengan demikian, secara timbal balik perkembangan bahasa mempengaruhi kehidupan intelektual yang tersulut minatnya juga akan menambah perbendaharaan dan pengertian bahasa anak. Kehidupan intelektual adalah ekspresi dari kemampuan yang disebut intelegensi, dan intelegensi itu adalah kemampuan umum untuk meningkatkan kemampuan tersebut (Clark, 1896). Memaksimalkan perkembangan intelegensi anak, berarti mendetek fase perkembangan intelektualnya dan menyulur minatnya pada zone of proximal development.
Contoh :  
Waktu berusia  4 setengah tahun, Lucienne berkata,” saya belum makan kudapan jadi itu bukan sore” (1946, h.232). Dia masih belum mengerti bahwa sore hari merupakan periode umum waktu yang mengandung banyak peristiwa khusus, dimana makan kudapan hanya salah satu aktivitas.  

4.      Perkembangan dan pertumbuhan anak akan optimal ketika pendidik mampu melayani peserta didik sesuai dengan tingkat usianya, padahal kita tau hakekatnya anak adalah bermain. Bagaimanakah sebaiknya guru mengemas dan melaksanakan “pembelajaran” bagi mereka?
Jawaban :
Kita sebagai guru harus mampu menciptakan pengajaran dan pelajaran yang dikemas secara kreatif, inovatif (menemukan hal yang baru), atraktif (menarik) agar proses belajar mengajar bisa diikuti oleh anak, metode bermain sambil belajar itulah metode yang terbaik untuk anak.
Contoh : mengenalkan nama-nama binatang, warna-warna, benda-benda yang ada disekitar, dan secara tidak langsung kita mengajar mereka nama-namanya pula. Misalnya yang lebih konkretnya belajar sambil bermainnya diluar kelas agar bisa berbaur dengan alam supaya proses belajar mengajar tercapai.

5.      Seorang anak menunjukkan sikap bersosialisasi dengan teman sebaya, mampu bekarjasama, mau berbagi dengan teman dan cukup empati dengan kesulitan yang hadapi temannya. Bagaimana pandangan anda terkait gambaran kemampuan di atas terutama di tinjau dari;
a.       Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukkan kemampuan diatas,
b.      Pandangan Teori Psikososial Erik H. Erikson, dan
c.       Pengembangan kemampuan pada anak SD/MI.
Jawaban :
a.       Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukkan kemampuan tersebut, yaitu :
1.      Faktor pendidikan dari keluarga
2.      Faktor dari lingkungan rumah/masyarakat
3.      Dari teman sepermainan/ pun dari sekolah

b.       Perkembangan kepribadian: teori psikososial Prinsip epigenetik
Menurut Erikson, ego berkembang melalui berbagai tahap kehidupan mengikuti prinsip epigenetik, istilah yang dipinjam dari embriologi. Perkembangan epigenetik adalah perkembangan tahap demi tahap dari organ-organ embrio. Ego berkembang mengikuti prinsip epigenetik, artinya tiap bagian dari ego berkembang pada tahap perkembangan tertentu dalam rentangan waktu tertentu (yang disediakan oleh hereditas untuk berkembang). Tahap perkembangan yang satu terbentuk dan dikembangkan di atas perkembangan sebelumnya (tetapi tidak mengganti perkembangan tahap sebelumnya itu).

ENAM POKOK PIKIRAN TEORI PERKEMBANGAN PSIKOSOSIAL ERIKSON
  1. Prinsip Epigenetik: Perkembangan kepribadian mengiuti prinsip epigenetik.
  2. Interaksi Bertentangan: Di setiap tahap ada konflik psikososial, antara elemen sintonik (syntonic = harmonious) dan distonik (dystonic = disruptive). Kedua elemen itu dibutuhkan oleh kepribadian.
  3. Kekuatan Ego: Konflik psikososial di setiap tahap hasilnya akan mempengaruhi atau mengembangkan ego. Dari sisi jenis sifat yang dikembangkan, kemenangan aspek sintonik akan memberi ego sifat yang baik, disebut Virtue. Dari sisi  enerji, virtue akan meningkatkan kuantitas ego atau kekuatan ego untuk mengatasi konflik sejenis, sehingga virtue disebut juga sebagai kekuatan dasar (basic strengh).
  4. Aspek Somatis: Walaupun Erikson membagi tahapan berdasarkan perkembangan psikososial, dia tidak melupakan aspek somatis/biologikal dari perkembangan manusia.
  5. Konflik dan Peristiwa Pancaragam (Multiplicity of Conflict and Event): Peristiwa pada awal perkembangan tidak berdampak langsung pada perkembangan kepribadian selanjutnya. Identitas ego dibentuk oleh konflik dan peristiwa masa lalu, kini, dan masa yang akan datang.
  6. Di setiap tahap perkembangan, khususnya dari masa adolesen dan sesudahnya, perkembangan kepribadian ditandai oleh krisis identitas (identity crisis), yang dinamakan Erikson “titik balik, periode peningkatan bahaya dan memuncaknya potensi”.
 FASE-FASE PERKEMBANGAN
  1. FASE BAYI (0-1 TAHUN)
Pararel dengan Fase Oral dari Freud, namun bagi Erikson kegiatan bayi tidak terikat dengan mulut semata; bayi adalah saat untuk memasukkan (incorporation), bukan hanya melalui mulut (menelan) tetapi juga dari semua indera. Tahap sensori oral ditandai oleh dua jenis inkorporasi: mendapat (receiving) dan menerima (accepting). Tahun pertama kehidupannya, bayi memakai sebagian besar waktunya untuk makan, eliminasi (buang kotoran), dan tidur. Ketika ia menyadari ibu akan memberi makan/minum secara teratur, mereka belajar dan memperoleh kualitas ego atau identitas ego yang pertama, perasaan kepercayaan dasar (basic trust). Bayi harus mengalami rasa lapar, haus, nyeri, dan ketidaknyamanan lain, dan kemudian mengalami perbaikan atau hilangnya kondisi yang tidak menyenangkan itu. Dari peristiwa itu bayi akan belajar mengharap bahwa hal yang menyakitkan ke depan bisa berubah menjadi menyenangkan. Bayi menangkap hubungannya dengan ibu sebagai sesuatu yang keramat (numinous).
  1. FASE ANAK-ANAK (1-3 TAHUN)
Dalam teori Erikson, anak memperoleh kepuasan bukan dari keberhasilan mengontrol alat-alat anus saja, tetapi juga dari keberhasilan mengontrol fungsi tubuh yang lain seperti urinasi, berjalan, melempar, memegang, dan sebagainya. Pada tahun kedua, penyesuaian psikososial terpusat pada otot anal-uretral (Anal-Urethral Muscular); anak belajar mengontrol tubuhnya, khususnya yang berhubungan dengan kebersihan. Pada tahap ini anak dihadapkan dengan budaya yang menghambat ekspresi diri serta hak dan kewajiban. Anak belajar untuk melakukan pembatasan-pembatasan dan kontrol diri dan menerima kontrol dari orang lain. Hasil mengatasi krisis otonomi versus malu-ragu adalah kekuatan dasar kemauan. Ini adalah permulaan dari kebebasan kemauan dan kekuatan kemauan (benar-benar hanya permulaan), yang menjadi ujud virtue kemauan di dalam egonya.  Pada tahap ini pola komunikasi mengembangkan penilaian benar atau salah dari tingkah laku diri dan orang lain, disebut bijaksana (judicious).
  1. USIA BERMAIN (3-6 TAHUN)
Pada tahap ini Erkson mementingkan perkembangan pada fase bermain, yakni; identifikasi dengan orang tua (odipus kompleks), mengembangkan gerakan tubuh, ketrampilan bahasa, rasa ingin tahu, imajinasi, dan kemampuan menentukan tujuan. Erikson mengakui gejala odipus muncul sebagai dampak dari fase psikososeksual genital-locomotor, namun diberi makna yang berbeda. Menurutnya, situasi odipus adalah prototip dari kekuatan yang abadi dari kehidupan manusia. Aktivitas genital pada usia bermain diikuti dengan peningkatan fasilitas untuk bergerak. Inisiatif yang dipakai anak untuk memilih dan mengejar berbagai tujuan, seperti kawain dengan ibu/ayah, atau meninggalkan rumah, juga untuk menekan atau menunda suatu tujuan. Konflik antara inisiatif dengan berdosa menghasilkan kekuatan dasar (virtue) tujuan (purpose). Tahap ini dipenuhi dengan fantasi anak, menjadi ayah, ibu, menjadi karakter baik untuk mengalahkan penjahat. 
  1. USIA SEKOLAH (6-12 TAHUN)
Pada usia ini dunia sosial anak meluas keluar dari dunia keluarga, anak bergaul dengan teman sebaya, guru, dan orang dewasa lainnya. Pada usia ini keingintahuan menjadi sangat kuat dan hal itu berkaitan dengan perjuangan dasar menjadi berkemampuan (competence). Memendam insting seksual sangat penting karena akan membuat anak dapat memakain enerjinya untuk mempelajari teknologi dan budayanya serta interaksi sosialnya. Krisis psikososial pada tahap ini adalah antara ketekunan dengan perasaan inferior (industry – inveriority). Dari konflik antar ketekunan dengan inferiorita, anak mengembangkan kekuatan dasar: kemampuan (competency). Di sekolah, anak banyak belajar tentang sistem, aturan, metoda yang membuat suatu pekrjaan dapat dilakukan dengan efektif dan efisien.
  1. ADOLESEN (12-20 TAHUN)
Tahap ini merupakan tahap yang paling penting diantara tahap perkembangan lainnya, karena orang harus mencapai tingkat identitas ego yang cukup baik. Bagi Erikson, pubertas (puberty) penting bukan karena kemasakan seksual, tetapi karena pubertas memacu harapan peran dewasa pada masa yang akan datang. Pencarian identitas ego mencapai puncaknya pada fase ini, ketika remaja berjuang untuk menemukan siapa dirinya. Kekuatan dasar yang muncul dari krisis identitas pada tahap adolesen adalah kesetiaan (fidelity); yaitu setia dalam beberapa pandangan idiologi atau visi masa depan. Memilih dan memiliki ediologi akan memberi pola umum kehidupan diri, bagaimana berpakaian, pilihan musik dan buku bacaan, dan pengaturan waktu sehari-hari.
  1. DEWASA AWAL (20-30 TAHUN)
Pengalaman adolesen dalam mencari identitas dibutuhkan oleh dewasa-awal. Perkembangan psikoseksual tahap ini disebut perkelaminan (genitality). Keakraban (intimacy) adalah kemampuan untuk menyatukan identitas diri dengan identitas orang lain tanpa ketakutan kehilangan identitas diri itu. Cinta adalah kesetiaan yang masak sebagai dampak dari perbedaan dasar antara pria dan wanita. Cinta selain di samping bermuatan intimasi juga membutuhkan sedikit isolasi, karena masing-masing partner tetap boleh memiliki identitas yang terpisah. Ritualisasi pada tahap ini adalah Afiliasi, refleksi dari kenyataan adanya cinta, mempertahankan persahabatan, ikatan kerja.
  1. DEWASA (30-65 TAHUN)
Tahap dewasa adalah waktu menempatkan diri di masyarakat dan ikut bertanggung jawab terhadap apapun yang dihasilkan dari masyarakat. Kualitas sintonik tahap dewasa adalah generativita, yaitu penurunan kehidupan baru, serta produk dan ide baru. Kepedulian (care) adalah perluasan komitmen untuk merawat orang lain, merawat produk dan ide yang membutuhkan perhatian. Kepedulian membutuhkan semua kekuatan dasar ego sebelumnya sebagai kekuatan dasar orang dewasa. Generasional adalah interaksi antara orang dewasa dengan generasi penerusnya bisa berupa pemberian hadiah atau sanjungan, sedangkan otoritisme mengandung pemaksaan. Orang dewasa dengan kekuatan dan kekuasaannya memaksa aturan, moral, dan kemauan pribadi dalam interaksi.
  1. USIA TUA (>65 TAHUN)
Menjadi tua sudah tidak menghasilkan keturunan, tetapi masih produktif dan kreatif dalam hal lain, misalnya memberi perhatian/merawat generasi penerus – cucu dan remaja pada umumnya. Tahap terakhir daroi psikoseksual adalah generalisasi sensualitas (Generalized Sensuality): memperoleh kenikmatan dari berbagai sensasi fisik, penglihatan, pendengaran, kecapan, bau, pelukan, dan juga stimulasi genital. Banyak terjadi pada krisis psikososial terakhir ini, kualita distonik “putus asa” yang menang. Orang dengan kebijaksanaan yang matang, tetap mempertahankan integritasnya ketika kemampuan fisik dan mentalnya menurun. Pada tahap usia tua, ritualisasinya adalah integral; ungkapan kebijaksanaan dan pemahaman makna kehidupan. Interaksi yang tidak mementingkan keinginan dan kebutuhan duniawi.

c.       Pengembangan kemampuan anak SD/MI dengan menunjukkan sikap sosialisasi atau rasa solidaritas yang diaplikasikan disekolah akan tumbuh berkembang dengan baik, karena setelah mereka terjun kedunua sekolah mereka akan menggali pertemanan secara luas dan juga anak harus bisa memilah memilih mana yang baik dan buruk, oleh karena itu peranan orang tua dan guru sangat menentukan sikap bersosialisasi agar tercipta kerjasama yang baik.
6.      Amatilah peserta didik TK, SD, SMP, dan SMA (masing-masing 1 atay 2 anak). Identifikasikanlah perbedaan spesifik pada aspek intelegensi dan kepribadian yang anda temukan!
Jawaban :

Menurut pengamatan saya mengenai peserta didik :
a.       Aspek intelegensi dan kepribadian pada anak TK, yaitu  mudah menyerap pelajaran baik yang buruk atau yang baik. Kepribadiannya belum stabil, masih suka menirukan orang lain, masih suka banyak bermain ketimbang belajar.
b.      Aspek intelegensi dan kepribadian pada anak SD, yaitu pada anak SD lebih mampu berkembang dari anak TK, sedikitnya ada kemampuan berfikir  fokus yang mengacu pada objek-objek dan aktivitas-aktivitas yang jelas. Sedangakan kepribadiannya masih suka meniru hal-hal yang ada di lingkungan sekitar.
c.       Aspek intelegensi dan kepribadian pada anak SMP, yaitu anak SMP mengalami perkembangan yang cukup signifikan (jelas) kemampuan dalam berfikir berkomunukasi dengan orang lain sudah bagus. Sedangkan kepribadiannya mampu berfikir sistematis, jika mereka berfikir kearah yang lebih objektif dan aktifitas yang jelas, segala ingin tau, bahkan mencoba-coba, adanya ketertarikan kepada lawan jenis, meniru hal-hal yang dianggapnya bagus dan menarik.
d.      Aspek intelegensi dan kepribadian pada anak SMA, yaitu cenderung lebih berfikir sistematis, tersusun dengan baik mampu mengkomunikasikan kemampuannya kepada orang lain, mampu berfikir rasional. Sedangkan kepribadiannya,  mampu menyesuaikan diri dengan lingkungannya, ingin selalu mencoba hal-hal yang baru, mampu beradaptasi dengan orang lain, sedang mengalami pencarian jati diri, cenderung ingin bebas, permasalahan tentang percintaan kepada lawan jenis.





Sumber referensi yang digunakan, yaitu :
Crain william, Teori Perkembangan Konsep dan Aplikasi, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007.
Semiawan R. Conny,  Belajar dan Pembelajaran Prasekolah dan Sekolah dasar, Jakarta: PT. Indeks, 2007.
Sunarto. H, Hartono Agung. B, Perkembangan Pesertas Didik, Jakarta : Rieneka cipta, 2006.
Hurlock. B. Elizabeth, Psikologi Perkembangan, Jakarta: Erlangga, 1980.
Alwisol. 2007. Psikologi Kepribadian. Malang: UMM press
http://en.wikipedia.org/wiki/Child_development














7.      Sertakan 1 hasil penelitian tentang perkembangan anak dari jurnal penelitian asing terkait. Beri resume hasil penelitian dengan pembahasannya. Sertakan referensi yang digunakan!
http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/d/d4/Button_hide.png
Child development
http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/2/20/Walter_de_Maria_Vertikaler_Erdkilometer.jpg/220px-Walter_de_Maria_Vertikaler_Erdkilometer.jpg
Child development refers to the biological and psychological changes that occur in human beings between birth and the end of adolescence, as the individual progresses from dependency to increasing autonomy. Because these developmental changes may be strongly influenced by genetic factors and events during prenatal life, genetics and prenatal development are usually included as part of the study of child development. Related terms include developmental psychology, referring to development throughout the lifespan, and pediatrics, the branch of medicine relating to the care of children. Developmental change may occur as a result of genetically-controlled processes known as maturation, or as a result of environmental factors and learning, but most commonly involves an interaction between the two, it may also occur as a result of human nature and our ability to learn from our environment. Human beings have a keen sense to adapt to their surroundings and this is what child development encompasses.
There are various definitions of periods in a child's development, since each period is a continuum with individual differences regarding start and ending.
Some age-related development periods and examples of defined intervals are: newborn (ages 0–1 month); infant (ages 1 month – 1 year); toddler (ages 1–3 years); preschooler (ages 4–6years); school-aged child (ages 6–13 years); adolescent (ages 13–20). However, organizations like Zero to Three and the World Association for Infant Mental Health use the term infant as a broad category, including children from birth to age 3, a logical decision considering that the Latin derivation of the word infant refers to those who have no speech.
The optimal development of children is considered vital to society and so it is important to understand the social, cognitive, emotional, and educational development of children. Increased research and interest in this field has resulted in new theories and strategies, with specific regard to practice that promotes development within the school system. In addition there are also some theories that seek to describe a sequence of states that compose child development.

Theories
Ecological Systems Theory
Also called "Development in Context" or "Human Ecology" theory, Ecological Systems Theory, originally formulated by Urie Bronfenbrenner specifies four types of nested environmental systems, with bi-directional influences within and between the systems. The four systems are Microsystem, Mesosystem, Exosystem, and Macrosystem. Each system contains roles, norms and rules that can powerfully shape development. Since its publication in 1979, Bronfenbrenner's major statement of this theory, The Ecology of Human Development  has had widespread influence on the way psychologists and others approach the study of human beings and their environments. As a result of this influential conceptualization of development, these environments — from the family to economic and political structures — have come to be viewed as part of the life course from childhood through adulthood. Piaget was a Swiss theorist who posited that children learn actively through the play process. He suggested that the adult's role in helping the child learn was to provide appropriate materials for the child to interact and construct. He would use Socratic questioning to get the children to reflect on what they were doing. He would try to get them to see contradictions in their explanations. He also developed stages of development. His approach can be seen in how the curriculum
Sensorimotor: (birth to about age 2)
During this stage, the child learns about himself and his environment through motor and reflex actions. Thought derives from sensation and movement. The child learns that he is separate from his environment and that aspects of his environment—his parents or favorite toy—continue to exist even though they may be outside the reach of his senses. Teaching for a child in this stage should be geared to the sensorimotor system. You can modify behavior by using the senses: a frown, a stern or soothing voice—all serve as appropriate techniques.
Preoperational: (begins about the time the child starts to talk to about age 7)
Applying his new knowledge of language, the child begins to use symbols to represent objects. Early in this stage he or she also personifies objects. They are now better able to think about things and events that aren't immediately present. Oriented to the present, children have difficulty conceptualizing time. Their thinking is influenced by fantasy—the way they'd like things to be—and they assume that others see situations from his or her viewpoint. They take in information and change it in their mind to fit their ideas. Teaching must take into account the child's vivid fantasies and undeveloped sense of time. Using neutral words, body outlines and equipment a child can touch gives him an active role in learning.
Concrete: (about first grade to early adolescence)
During this stage, accommodation increases. The child develops an ability to think abstractly and to make rational judgements about concrete or observable phenomena, which in the past he needed to manipulate physically to understand. In teaching this child, giving him the opportunity to ask questions and to explain things back to you allows him to mentally manipulate information.
Formal Operations: (adolescence)
This stage brings cognition to its final form. This person no longer requires concrete objects to make rational judgements. At this point, he is capable of hypothetical and deductive reasoning. Teaching for the adolescent may be wideranging because he'll be able to consider many possibilities from several perspectives.
Vygotsky
Vygotsky was a theorist who worked during the first decades of the former Soviet Union. He posited that children learn through hands-on experience, as Piaget suggested. However, unlike Piaget, he claimed that timely and sensitive intervention by adults when a child is on the edge of learning a new task (called the zone of proximal development) could help children learn new tasks. This technique is called "scaffolding," because it builds upon knowledge children already have with new knowledge that adults can help the child learn. An example of this might be when a parent "helps" an infant clap or roll her hands to the pat-a-cake rhyme, until she can clap and roll her hands herself.
Vygotsky was strongly focused on the role of culture in determining the child's pattern of development. He argued that "Every function in the child's cultural development appears twice: first, on the social level, and later, on the individual level; first, between people (interpsychological) and then inside the child (intrapsychological). This applies equally to voluntary attention, to logical memory, and to the formation of concepts. All the higher functions originate as actual relationships between individuals."
Vygotsky felt that development was a process and saw periods of crisis in child development during which there was a qualitative transformation in the child's mental functioning.
Attachment theory
Main article: Attachment theory
Attachment theory, originating in the work of John Bowlby and developed by Mary Ainsworth, is a psychological, evolutionary and ethological theory that provides a descriptive and explanatory framework for understanding interpersonal relationships between human beings. Attachment theorists consider the human infant to have a need for a relationship with at least one caregiver for normal social and emotional development to occur.
Erik Erikson
Erikson, a follower of Freud's, synthesized both Freud's and his own theories to create what is known as the "psychosocial" stages of human development, which span from birth to death, and focuses on "tasks" at each stage that must be accomplished to successfully navigate life's challenges.
Behavioral Theories
John B. Watson’s behaviorism theory forms the foundation of the behavioral model of development. He wrote extensively on child development and conducted research (see Little Albert experiment). Watson was instrumental in the modification of William James’ stream of consciousness approach to construct a stream of behavior theory. Watson also helped bring a natural science perspective to child psychology by introducing objective research methods based on observable and measurable behavior. Following Watson’s lead, B.F. Skinner further extended this model to cover operant conditioning and verbal behavior.
Other theories
In accordance with his view of a basic human motivation being the sexual drive, Sigmund Freud developed a psychosexual theory of human development from infancy onward, divided into five stages. Each stage centered around the gratification of the libido within a particular area, or erogenous zone, of the body. He also argued that as humans develop, they become fixated on different and specific objects through their stages of development. Each stage contains conflict which requires resolution to enable the child to develop.
The use of dynamical systems theory as a framework for the consideration of development began in the early 1990s and has continued into the present century. Dynamic systems theory stresses nonlinear connections (e.g., between earlier and later social assertiveness) and the capacity of a system to reorganize as a phase shift that is stage-like in nature. Another useful concept for developmentalists is the attractor state, a condition (such as teething or stranger anxiety) that helps to determine apparently unrelated behaviors as well as related ones. Dynamic systems theory has been applied extensively to the study of motor development; the theory also has strong associations with some of Bowlby's views about attachment systems. Dynamic systems theory also relates to the concept of the transactional process, a mutually interactive process in which children and parents simultaneously influence each other, producing developmental change in both over time.
The Core Knowledge Perspective is an evolutionary theory in child development that proposes "infants begin life with innate, special-purpose knowledge systems referred to as core domains of thought"There are five core domains of thought, each of which is crucial for survival, which simultaneously prepare us to develop key aspects of early cognition; they are: physical, numerical, linguistic, psychological, and biological.
Continuity and discontinuity in development
Although the identification of developmental milestones is of interest to researchers and to children's caregivers, many aspects of developmental change are continuous and do not display noticeable milestones of change. Continuous developmental changes, like growth in stature, involve fairly gradual and predictable progress toward adult characteristics. When developmental change is discontinuous, however, researchers may identify not only milestones of development, but related age periods often called stages. A stage is a period of time, often associated with a known chronological age range, during which a behavior or physical characteristic is qualitatively different from what it is at other ages. When an age period is referred to as a stage, the term implies not only this qualitative difference, but also a predictable sequence of developmental events, such that each stage is both preceded and followed by specific other periods associated with characteristic behavioral or physical qualities.
Stages of development may overlap or be associated with specific other aspects of development, such as speech or movement. Even within a particular developmental area, transition into a stage may not mean that the previous stage is completely finished. For example, in Erikson's discussion of stages of personality, this theorist suggests that a lifetime is spent in reworking issues that were originally characteristic of a childhood stage.[16] Similarly, the theorist of cognitive development, Piaget, described situations in which children could solve one type of problem using mature thinking skills, but could not accomplish this for less familiar problems, a phenomenon he called horizontal decalage.
Mechanisms of development
http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/4/45/Guilianamoreno.jpg/200px-Guilianamoreno.jpg

Girl playing in a play ground
Although developmental change runs parallel with chronological age, age itself cannot cause development. The basic mechanisms or causes of developmental change are genetic factors and environmental factors. Genetic factors are responsible for cellular changes like overall growth, changes in proportion of body and brain parts, and the maturation of aspects of function such as vision and dietary needs. Because genes can be "turned off" and "turned on", the individual's initial genotype may change in function over time, giving rise to further developmental change. Environmental factors affecting development may include both diet and disease exposure, as well as social, emotional, and cognitive experiences. However, examination of environmental factors also shows that young human beings can survive within a fairly broad range of environmental experiences. Rather than acting as independent mechanisms, genetic and environmental factors often interact to cause developmental change. Some aspects of child development are notable for their plasticity, or the extent to which the direction of development is guided by environmental factors as well as initiated by genetic factors. For example, the development of allergic reactions appears to be caused by exposure to certain environmental factors relatively early in life, and protection from early exposure makes the child less likely to show later allergic reactions. When an aspect of development is strongly affected by early experience, it is said to show a high degree of plasticity; when the genetic make-up is the primary cause of development, plasticity is said to be low. Plasticity may involve guidance by endogenous factors like hormones as well as by exogenous factors like infection.
http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/3/3e/Soapbubbles-SteveEF.jpg/220px-Soapbubbles-SteveEF.jpg
http://bits.wikimedia.org/skins-1.17/common/images/magnify-clip.png
Child playing with bubbles
One kind of environmental guidance of development has been described as experience-dependent plasticity, in which behavior is altered as a result of learning from the environment. Plasticity of this type can occur throughout the lifespan and may involve many kinds of behavior, including some emotional reactions. A second type of plasticity, experience-expectant plasticity, involves the strong effect of specific experiences during limited sensitive periods of development. For example, the coordinated use of the two eyes, and the experience of a single three-dimensional image rather than the two-dimensional images created by light in each eye, depend on experiences with vision during the second half of the first year of life. Experience-expectant plasticity works to fine-tune aspects of development that cannot proceed to optimum outcomes as a result of genetic factors working alone. In addition to the existence of plasticity in some aspects of development, genetic-environmental correlations may function in several ways to determine the mature characteristics of the individual. Genetic-environmental correlations are circumstances in which genetic factors make certain experiences more likely to occur. For example, in passive genetic-environmental correlation, a child is likely to experience a particular environment because his or her parents' genetic make-up makes them likely to choose or create such an environment. In evocative genetic-environmental correlation, the child's genetically-caused characteristics cause other people to respond in certain ways, providing a different environment than might occur for a genetically-different child; for instance, a child with Down syndrome may be treated more protectively and less challengingly than a non-Down child. Finally, an active genetic-environmental correlation is one in which the child chooses experiences that in turn have their effect; for instance, a muscular, active child may choose after-school sports experiences that create increased athletic skills, but perhaps preclude music lessons. In all of these cases, it becomes difficult to know whether child characteristics were shaped by genetic factors, by experiences, or by a combination of the two.
Research issues and methods
Establishing a useful understanding of child development requires systematic inquiry about developmental events. Different aspects of development involve different patterns and causes of change, so there is no simple way to summarize child development. Nevertheless, the answering of certain questions about each topic can yield comparable information about various aspects of developmental change. The following questions were suggested for this purpose by Waters and his colleagues. What develops? What relevant aspects of the individual change over a period of time?
  1. What are the rate and speed of development?
  2. What are the mechanisms of development - what aspects of experience and heredity cause developmental change?
  3. Are there normal individual differences in the relevant developmental changes?
  4. Are there population differences in this aspect of development (for example, differences in the development of boys and of girls)?
Empirical research that attempts to answer these questions may follow a number of patterns. Initially, observational research in naturalistic conditions may be needed to develop a narrative describing and defining an aspect of developmental change, such as changes in reflex reactions in the first year. This type of work may be followed by correlational studies, collecting information about chronological age and some type of development such as vocabulary growth; correlational statistics can be used to state change. Such studies examine the characteristics of children at different ages. These methods may involve longitudinal studies, in which a group of children are re-examined on a number of occasions as they get older,or cross-sectional studies, in which groups of children of different ages are tested once and compared with each other, or there may be a combination of these approaches. Some child development studies examine the effects of experience or heredity by comparing characteristics of different groups of children in a necessarily non-randomized design. Other studies can use randomized designs to compare outcomes for groups of children who receive different interventions or educational treatments.
Developmental milestones
Milestones are changes in specific physical and mental abilities (such as walking and understanding language) that mark the end of one developmental period and the beginning of another. For stage theories, milestones indicate a stage transition. Studies of the accomplishment of many developmental tasks have established typical chronological ages associated with developmental milestones. However, there is considerable variation in the achievement of milestones, even between children with developmental trajectories within the normal range. Some milestones are more variable than others; for example, receptive speech indicators do not show much variation among children with normal hearing, but expressive speech milestones can be quite variable.
A common concern in child development is developmental delay involving a delay in an age-specific ability for important developmental milestones. Prevention of and early intervention in developmental delay are significant topics in the study of child development. Developmental delays should be diagnosed by comparison with characteristic variability of a milestone, not with respect to average age at achievement. An example of a milestone would be eye-hand coordination, which includes a child's increasing ability to manipulate objects in a coordinated manner. Increased knowledge of age-specific milestones allows parents and others to keep track of appropriate development.
Aspects of child development
Child development is not a matter of a single topic, but progresses somewhat differently for different aspects of the individual. Here are descriptions of the development of a number of physical and mental characteristics.
Physical growth
What develops?
Physical growth in stature and weight occurs over the 15–20 years following birth, as the individual changes from the average weight of 3.5 kg and length of 50 cm at full-term birth to full adult size. As stature and weight increase, the individual's proportions also change, from the relatively large head and small torso and limbs of the neonate, to the adult's relatively small head and long torso and limbs.
Speed and pattern of development
The speed of physical growth is rapid in the months after birth, then slows, so birth weight is doubled in the first four months, tripled by age 12 months, but not quadrupled until 24 months.Growth then proceeds at a slow rate until shortly before puberty (between about 9 and 15 years of age), when a period of rapid growth occurs. Growth is not uniform in rate and timing across all body parts. At birth, head size is already relatively near to that of an adult, but the lower parts of the body are much smaller than adult size. In the course of development, then, the head grows relatively little, and torso and limbs undergo a great deal of growth.
Mechanisms of developmental change
Genetic factors play a major role in determining the growth rate, and particularly the changes in proportion characteristic of early human development. However, genetic factors can produce the maximum growth only if environmental conditions are adequate. Poor nutrition and frequent injury and disease can reduce the individual's adult stature, but the best environment cannot cause growth to a greater stature than is determined by heredity.
Population differences
Population differences in growth are largely related to adult stature. Ethnic groups that are quite tall in adulthood are also longer at birth and throughout childhood, as compared to groups that have short adult stature. Males are also somewhat taller, although this is more apparent in ethnic groups with strong sexual dimorphism in adulthood. Populations that are characteristically malnourished are also shorter throughout life. However, there are few population differences in growth rates or patterns, except that poor environmental conditions may delay puberty and the associated growth spurt. The markedly different age at puberty of boys and girls means that boys and girls of age 11 or 12 are at very different points in maturation and may reverse the usual sex difference in physical size.
Individual differences
Individual differences in height and weight during childhood are considerable. Some of these differences are due to family genetic factors, others to environmental factors, but at some points in development they may be strongly influenced by individual differences in reproductive maturation.
Motor development
What develops?
http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/6/66/Early_toddler.jpg/220px-Early_toddler.jpg

A child while learning to walk
Abilities for physical movement change through childhood from the largely reflexive (unlearned, involuntary) movement patterns of the young infant to the highly skilled voluntary movements characteristic of later childhood and adolescence. (Of course, older children and adolescents retain some reflex movements in addition to developing voluntary movement.)
Speed and pattern of development
The speed of motor development is rapid in early life, as many of the reflexes of the newborn alter or disappear within the first year, and slows later. Like physical growth, motor development shows predictable patterns of cephalocaudal (head to foot) and proximodistal (torso to extremities) development, with movements at the head end and in the more central areas coming under control before those of the lower part of the body or the hands and feet. Types of movement develop in stage-like sequences; for example, locomotion at 6–8 months involves creeping on all fours, then proceeds to pulling to stand, "cruising" while holding on to an object, walking while holding an adult's hand, and finally walking independently. Older children continue the sequence by walking sideways or backward, galloping, hopping, skipping with one foot and walking with the other, and finally skipping. By middle childhood and adolescence, new motor skills are acquired by instruction or observation rather than in a predictable sequence.
Mechanisms of motor development
The mechanisms involved in motor development involve some genetic components that determine the physical size of body parts at a given age, as well as aspects of muscle and bone strength. Nutrition and exercise also determine strength and therefore the ease and accuracy with which a body part can be moved. It has also been shown that the frontal lobe develops posterio-anteriorally (from back to front). This is significant in motor development because the hind portion of the frontal lobe is known to control motor functions. This form of development is known as "Portional Development" and explains why motor functions develop relatively quickly during normal childhood development, while logic, which is controlled by the middle and front portions of the frontal lobe, usually will not develop until late adolescence and early childhood. Opportunities to carry out movements help establish the abilities to flex (move toward the trunk) and extend body parts, both capacities being needed for good motor ability. Skilled voluntary movements develop as a result of practice and learning.
Individual differences
Normal individual in motor ability are common and depend in part on the child's weight and build. However, after the infant period, normal individual differences are strongly affected by opportunities to practice, observe, and be instructed on specific movements. Atypical motor development may be an indication of developmental delays or problems such as autism or cerebral palsy.
Population differences
There are some population differences in motor development, with girls showing some advantages in small muscle usage, including articulation of sounds with lips and tongue. Ethnic differences in reflex movements of newborn infants have been reported, suggesting that some biological factor is at work. Cultural differences may encourage learning of motor skills like using the left hand only for sanitary purposes and the right hand for all other uses, producing a population difference. Cultural factors are also seen at work in practiced voluntary movements such as the use of the foot to dribble a soccer ball or the hand to dribble a basketball.
Cognitive/Intellectual development


what develops?
The capacity to learn, remember, and symbolize information, and to solve problems, exists at a simple level in young infants, who can perform cognitive tasks such as discriminating animate and inanimate beings or recognizing small numbers of objects. During childhood, learning and information-processing increase in speed, memory becomes increasingly longer, and symbol use and the capacity for abstraction develop until a near-adult level is reached by adolescence.
Mechanisms of cognitive development
Cognitive development has genetic and other biological mechanisms, as is seen in the many genetic causes of mental retardation. However, although it is assumed that brain functions cause cognitive events, it has not been possible to measure specific brain changes and show that they cause cognitive change. Developmental advances in cognition are also related to experience and learning, and this is particularly the case for higher-level abilities like abstraction, which depend to a considerable extent on formal education.
Individual differences
There are normal individual differences in the ages at which specific cognitive abilities are achieved, but schooling for children in industrialized countries is based on the assumption that these differences are not large. Atypical delays in cognitive development are problematic for children in cultures that demand advanced cognitive skills for work and for independent living.
Population differences
There are few population differences in cognitive development. Boys and girls show some differences in their skills and preferences, but there is a great deal of overlap between the groups. Differences in cognitive achievement of different ethnic groups appears to result from cultural or other environmental factors.
Social-emotional development
What develops?
Newborn infants do not seem to experience fear or have preferences for contact with any specific people. In the first few months they only experience happiness, sadness, and anger. A baby’s first smile usually occurs between 6 and 10 weeks. It is called a ‘social smile’ because is usually occurs during social interactions. By about 8–12 months, they go through a fairly rapid change and become fearful of perceived threats; they also begin to prefer familiar people and show anxiety and distress when separated from them or approached by strangers. The capacity for empathy and the understanding of social rules begin in the preschool period and continue to develop into adulthood. Middle childhood is characterized by friendships with age-mates, and adolescence by emotions connected with sexuality and the beginnings of romantic love. Anger seems most intense during the toddler and early preschool period and during adolescence.
Speed and pattern of development
Some aspects of social-emotional development, like empathy, develop gradually, but others, like fearfulness, seem to involve a rather sudden reorganization of the child's experience of emotion. Sexual and romantic emotions develop in connection with physical maturation.
Mechanisms of social and emotional development
Genetic factors appear to regulate some social-emotional developments that occur at predictable ages, such as fearfulness, and attachment to familiar people. Experience plays a role in determining which people are familiar, which social rules are obeyed,and how anger is expressed.
Individual differences
Individual differences in the sequence of social-emotional development are unusual, but the intensity or expressiveness of emotions can vary greatly from one normal child to another. Individual tendencies to various types of reactivity are probably constitutional, and they are referred to as temperamental differences. Atypical development of social-emotional characteristics may be mildly unusual, or may be so extreme as to indicate mental illness. Temperamental traits are thought to be stable and enduring throughout the life span. Children who are active and angry as infants can be expected to be active and angry as older children, adolescents and adults
Population differences
Population differences may occur in older children, if, for example they have learned that it is appropriate for boys to express emotion or behave differently than girls, or if customs learned by children of one ethnic group are different from those learned in another. Social and emotional differences between boys and girls of a given age may also be associated with differences in the timing of puberty characteristic of the two sexes.
Language
What develops?
In addition to acquiring a large spoken vocabulary, there are four main areas in which the child must attain competence, regardless of the language or dialect spoken. These are referred to as phonology or sounds, semantics or the encoded meanings, syntax or the way in which words are combined and pragmatics or knowledge of how language is used in different contexts.
Speed and pattern of development
Receptive language, the understanding of others' speech, has a gradual development beginning at about 6 months. However, expressive language, the production of words, moves rapidly after its beginning at about a year of age, with a "vocabulary explosion" of rapid word acquisition occurring in the middle of the second year. This vocabulary expansion is closely linked to the ability to repeat spoken words and enables the rapid acquisition of skill in their pronunciation. Grammatical rules and word combinations appear at about age two. Mastery of vocabulary and grammar continue gradually through the preschool and school years. Adolescents still have smaller vocabularies than adults and experience more difficulty with constructions like the passive voice.
Babies from one month old can produce "ooh" sounds which appear to grow out of pleasurable interactions with caregivers in a mutual "dialogue". According to Stern, this process is communication of affect between adult and infant in a mutual, rhythmic interaction. The attunement and "gaze-coupling" in which infant and adult take different roles is thought to anticipate the give-and-take of later dialogue.
From about 6 to 9 months babies produce more vowels, some consonants and "echolalia", or the frequent repetition of sounds like "dadadada" which appear to have some phonetic characteristics of later speech. It is thought that a crucial part of the development of speech is the time caregivers spend "guessing" what their infants are trying to communicate thus integrating the child into their social world. The attribution of intentionality to the infant's utterances has been called "shared memory" and forms a complex series of actions, intentions and actions in response in an improvised way.
It has been argued that children's phonological systems develop in ways that are parallel to adult languages, even if they are using unrecognisable "words". First words have the function of naming or labelling but also condense meaning as in "milk" meaning "I want milk". Vocabulary typically grows from about 20 words at 18 months to around 200 words at 21 months. From around 18 months the child starts to combine words into two word sentences. Typically the adult expands it to clarify meaning. By 24–27 months the child is producing three or four word sentences using a logical, if not strictly correct, syntax. The theory is that children apply a basic set of rules such as adding 's' for plurals or inventing simpler words out of words too complicated to repeat like "choskit" for chocolate biscuit. Following this there is a rapid appearance of grammatical rules and ordering of sentences. There is often an interest in rhyme, and imaginative play frequently includes conversations. Children's recorded monologues give insight into the development of the process of organising information into meaningful units.
By three years the child is beginning to use complex sentences, including relative clauses, although still perfecting various linguistic systems. By five years of age the child's use of language is very similar to that of an adult. From the age of about three children can indicate fantasy or make-believe linguistically, produce coherent personal stories and fictional narrative with beginnings and endings. It is argued that children devise narrative as a way of understanding their own experience and as a medium for communicating their meaning to others. The ability to engage in extended discourse emerges over time from regular conversation with adults and peers. For this the child needs to learn to combine his perspective with that of others and with outside events and learn to use linguistic indicators to show he is doing this. They also learn to adjust their language depending on to whom they are speaking. Typically by the age of about 9 a child can recount other narratives in addition to their own experiences, from the perspectives of the author, the characters in the story and their own views.
Mechanisms of language development
Although the role of adult discourse is important in facilitating the child's learning, there is considerable disagreement amongst theorists about the extent to which children's early meanings and expressive words arises directly from adult input as opposed to intrinsic factors relating to the child's cognitive functions. Findings about the initial mapping of new words, the ability to decontextualise words and refine meaning are diverse. One hypothesis is known as the syntactic bootstrapping hypothesis, referring to the child's ability to infer meaning from cues, using grammatical information from the structure of sentences. Another is the multi-route model in which it is argued that context-bound words and referential words follow different routes; the first being mapped onto event representations and the latter onto mental representations. In this model, although parental input has a critical role,children rely on cognitive processing to establish subsequent use of words. However, naturalistic research on language development has indicated that preschoolers' vocabularies are strongly associated with the number of words addressed to them by adults. There is as yet no single accepted theory of language acquisition. Current explanations vary in emphasis from learning theory, with its emphasis on reinforcement and imitation (Skinner), to biological, nativist theories, with innate underlying mechanisms (Chomsky and Pinker), to a more interactive approach within a social context (Piaget and Tomasello). Behaviorists argue that given the universal presence of a physical environment and, usually, a social environment, any theory of language must account for the effects of the contingent relations of these on an individuals development of language behaviour. Pinker argues that complex language is universal and has an innate basis. Pinker's argument is partly based on the development of creole languages from pidgins. The children of parents who communicate, without grammatical structures, in pidgin, develop a creole language of their own accord, complete with standardised word orders, markers for present, future and past tenses and subordinate clauses. There is some support for this from the development of sign language amongst deaf children thrown together at a young age in special schools in Nicaragua who spontaneously developed a pidgin which was then developed into a creole by a younger generation of children coming into the schools, (ISN).
Individual differences
Slow Expressive Language Development (SELD) a delay in the use of words coupled with normal understanding, is characteristic of a small proportion of children who later display normal language use.
Dyslexia is a significant topic in child development as it affects approximately 5% of the population (in the western world). Essentially it is a disorder whereby children fail to attain the language skills of reading, writing and spelling commensurate with their intellectual abilities. Dyslexic children show a range of differences in their language development, from subtle speech impairments to mispronunciations to word-finding difficulties.
The most common phonological difficulties are limitations of verbal short-term memory and phonological awareness. Such children often have difficulties with long-term verbal learning such as months of the year or learning tables. In the late 1980s the phonological deficit hypothesis has become the dominant explanation.
The difficulties in early articulation, basic phonological skills and acquiring basic building blocks means that dyslexics have to invest too many resources in just coping with the basics rather than acquiring new information or skills. Early identification enables children to receive help before they fail. Atypically delayed language development may be diagnostic of autism, and regression of language may indicate serious disabilities like Rett syndrome. Poor language development also accompanies general developmental delays such as those found in Down syndrome.

Anak pembangunan
Dari Wikipedia, ensiklopedia bebas
Langsung ke: navigasi, cari
Untuk kegunaan lain, lihat Perkembangan anak (disambiguasi).
Menjelajahi

Perkembangan anak mengacu pada perubahan biologis dan psikologis yang terjadi pada manusia antara kelahiran dan akhir masa remaja, sebagai individu berlangsung dari ketergantungan untuk meningkatkan otonomi. Karena perubahan ini mungkin pembangunan sangat dipengaruhi oleh faktor genetik dan acara selama hidup prenatal, genetika dan perkembangan janin biasanya dimasukkan sebagai bagian dari studi tentang perkembangan anak. Istilah terkait termasuk psikologi perkembangan, mengacu pada perkembangan selama kehidupan, dan pediatri, cabang kedokteran yang berkaitan dengan mengasuh anak. Perkembangan perubahan dapat terjadi sebagai hasil dari proses yang dikendalikan secara genetik dikenal sebagai pematangan, atau sebagai akibat dari faktor lingkungan dan belajar, tetapi paling sering melibatkan interaksi antara dua, juga dapat terjadi sebagai akibat dari sifat manusia dan kemampuan kita untuk belajar dari lingkungan kita. Manusia memiliki rasa ingin untuk beradaptasi dengan lingkungan mereka dan ini adalah apa yang meliputi perkembangan anak.

Ada berbagai definisi periode perkembangan anak, karena setiap periode sebuah kontinum dengan perbedaan individu tentang mulai dan berakhir.
Perkiraan garis besar periode perkembangan dalam perkembangan anak.

Beberapa periode pembangunan berkaitan dengan usia dan contoh-contoh interval pasti adalah: bayi baru lahir (usia 0-1 bulan); bayi (usia 1 bulan - 1 tahun); balita (usia 1-3 tahun); anak prasekolah (usia 4-6years); sekolah -anak usia (usia 6-13 tahun);. remaja (usia 13-20) [1] Namun, organisasi seperti Zero ke Tiga dan Asosiasi Dunia untuk Bayi Kesehatan Mental menggunakan istilah bayi sebagai sebuah kategori yang luas, termasuk anak-anak sejak lahir untuk usia 3, keputusan logis mengingat bahwa derivasi Latin dari kata bayi adalah mereka yang tidak pidato.

Perkembangan anak yang optimal dianggap penting untuk masyarakat dan sehingga penting untuk memahami perkembangan sosial, kognitif, emosional, dan pendidikan anak-anak. Peningkatan penelitian dan minat dalam bidang ini telah menghasilkan teori-teori baru dan strategi, dengan hal khusus untuk praktek yang mempromosikan pembangunan dalam sistem sekolah. Selain itu ada juga beberapa teori yang berusaha untuk menggambarkan urutan negara-negara yang membentuk perkembangan anak.
Isi
[Hide]

    * 1 Teori
          o 1.1 Ekologi Teori Sistem
          o 1.2 Piaget
                + 1.2.1 Tahapan Piaget
          o 1.3 Vygotsky
          o 1.4 Teori Lampiran
          o 1.5 Erik Erikson
          o 1.6 Teori Perilaku
          o 1.7 Teori lainnya
    * 2 Kontinuitas dan diskontinuitas dalam pembangunan
          o 2.1 Mekanisme pengembangan
    * 3 Penelitian isu-isu dan metode
    * 4 Perkembangan tonggak
    * 5 Aspek perkembangan anak
          o 5.1 Pertumbuhan Fisik
                + 5.1.1 Apa yang berkembang?
                + 5.1.2 Kecepatan dan pola pembangunan
                + 5.1.3 Mekanisme perubahan pembangunan
                + 5.1.4 Penduduk perbedaan
                + 5.1.5 Individu perbedaan
          o 5.2 pengembangan Motor
                + 5.2.1 Apa yang berkembang?
                + 5.2.2 Kecepatan dan pola pembangunan
                + 5.2.3 Mekanisme perkembangan motorik
                + 5.2.4 Individu perbedaan
                + 5.2.5 Penduduk perbedaan
          o 5.3 kognitif / Intelektual pengembangan
                + 5.3.1 Apa yang berkembang?
                + 5.3.2 Mekanisme perkembangan kognitif
                + 5.3.3 Individu perbedaan
                + 5.3.4 Penduduk perbedaan
          o 5.4 pembangunan sosial-emosional
                + 5.4.1 Apa yang berkembang?
                + 5.4.2 Kecepatan dan pola pembangunan
                + 5.4.3 Mekanisme perkembangan sosial dan emosional
                + 5.4.4 Individu perbedaan
                + 5.4.5 Penduduk perbedaan
          o 5.5 Bahasa
                + 5.5.1 Apa yang berkembang?
                + 5.5.2 Kecepatan dan pola pembangunan
                + 5.5.3 Mekanisme perkembangan bahasa
                + 5.5.4 Individu perbedaan
    * 6 Lihat juga
    * 7 Referensi
    * Membaca 8 lebih lanjut
    * 9 Pranala luar

[Sunting] Teori
[Sunting] Teori Sistem Ekologis
Artikel utama: Teori Sistem Ekologi

Juga disebut "Pembangunan dalam Konteks" atau "Manusia Ekologi" teori, Ecological Teori Sistem, awalnya dirumuskan oleh Urie Bronfenbrenner menetapkan empat jenis sistem lingkungan nested, dengan pengaruh dua-arah dalam dan di antara sistem. Keempat sistem Microsystem, Mesosystem, Exosystem, dan Macrosystem. Setiap sistem mengandung peran, norma, dan aturan-aturan yang kuat dapat membentuk pembangunan. Sejak publikasi pada tahun 1979, pernyataan utama Bronfenbrenner tentang teori ini, The Ekologi Pembangunan Manusia [2] memiliki pengaruh luas pada psikolog cara pendekatan dan lain-lain studi tentang umat manusia dan lingkungan mereka. Sebagai hasil dari konseptualisasi ini berpengaruh pembangunan, lingkungan ini - dari keluarga dengan struktur ekonomi dan politik - telah datang untuk dilihat sebagai bagian dari program hidup dari masa kanak-kanak sampai dewasa [3].
[Sunting] Piaget
Bagian ini tidak mengutip manapun acuan atau sumber.
Silakan bantu memperbaiki artikel ini dengan menambahkan referensi yang layak. Disertai rujukan bahan mungkin sulit dan dihapus. (Mei 2010)
Artikel utama: Jean Piaget dan Teori perkembangan kognitif

Piaget adalah seorang ahli teori Swiss yang mengemukakan bahwa anak-anak belajar secara aktif melalui proses bermain. Dia menyarankan bahwa peran orang dewasa dalam membantu anak belajar adalah untuk menyediakan bahan-bahan yang sesuai bagi anak untuk berinteraksi dan membangun. Dia akan menggunakan Socrates bertanya untuk mendapatkan anak-anak untuk merefleksikan apa yang mereka lakukan. Dia akan mencoba untuk mendapatkan mereka untuk melihat kontradiksi dalam penjelasan mereka. Ia juga mengembangkan tahap perkembangan. Pendekatannya dapat dilihat pada bagaimana kurikulum ini diurutkan di sekolah, dan dalam pedagogi pusat prasekolah di seluruh Amerika Serikat.
[Sunting] Tahapan Piaget

Sensorimotor: (melahirkan sekitar umur 2)

Selama tahap ini, anak belajar tentang dirinya dan lingkungannya melalui tindakan motor dan refleks. Pemikiran berasal dari sensasi dan gerakan. Anak belajar bahwa ia terpisah dari lingkungannya dan aspek-lingkungannya orang tuanya atau mainan favorit-terus eksis meskipun mereka mungkin berada diluar jangkauan indranya. Pengajaran untuk anak dalam tahap ini harus diarahkan ke sistem sensorimotor. Anda dapat memodifikasi perilaku dengan menggunakan indra: cemberut, yang tegas atau menenangkan suara-semua berfungsi sebagai teknik yang tepat.

Praoperasional: (dimulai sekitar pada saat anak mulai bicara tentang usia 7)

Menerapkan pengetahuan baru tentang bahasa, anak mulai menggunakan simbol untuk mewakili objek. Pada awal tahap ini ia juga melambangkan obyek. Mereka sekarang lebih mampu berpikir tentang hal-hal dan peristiwa yang tidak segera hadir. Berorientasi untuk saat ini, anak-anak mengalami kesulitan konseptualisasi waktu. pemikiran mereka dipengaruhi oleh cara-fantasi mereka ingin hal yang harus-dan mereka menganggap bahwa orang lain melihat situasi dari sudut pandang nya. Mereka menerima informasi dan perubahan dalam pikiran mereka untuk menyesuaikan ide-ide mereka. Pengajaran harus memperhitungkan fantasi hidup anak dan rasa waktu yang belum dikembangkan. Menggunakan kata-kata netral, tubuh menguraikan dan peralatan seorang anak bisa menyentuh memberinya peran aktif dalam belajar.

Beton: (sekitar kelas satu untuk remaja awal)

Selama tahap ini, meningkat akomodasi. Anak mengembangkan kemampuan berpikir secara abstrak dan untuk membuat penilaian rasional tentang fenomena beton atau diamati, yang di masa lalu yang ia butuhkan untuk memanipulasi fisik untuk memahami. Dalam mengajar anak ini, dia memberikan kesempatan untuk mengajukan pertanyaan dan menjelaskan hal-hal yang kembali kepada Anda memungkinkan dia untuk mental memanipulasi informasi.

Formal Operasi: (masa remaja)

Tahap ini membawa kognisi untuk membentuk akhir. Orang ini tidak lagi memerlukan benda konkret untuk membuat penilaian rasional. Pada titik ini, ia mampu hipotetis dan penalaran deduktif. Pengajaran bagi remaja mungkin dalam kisaran yang luas karena dia akan mampu mempertimbangkan banyak kemungkinan dari berbagai perspektif.
[Sunting] Vygotsky
Artikel utama: Lev Vygotsky dan psikologi Budaya-historis

Vygotsky adalah seorang ahli teori yang bekerja selama dekade pertama Uni Soviet. Ia mengemukakan bahwa anak-anak belajar melalui pengalaman, seperti Piaget disarankan. Namun, tidak seperti Piaget, ia menyatakan bahwa intervensi yang tepat waktu dan sensitif oleh orang dewasa ketika seorang anak di tepi mempelajari tugas baru (disebut zona perkembangan proksimal) dapat membantu anak-anak belajar tugas-tugas baru. Teknik ini disebut "perancah," karena hal ini membangun pada anak-anak sudah memiliki pengetahuan dengan pengetahuan baru yang dewasa dapat membantu anak belajar. [4] Sebuah contoh mungkin ini ketika orangtua "membantu" sebuah bertepuk tangan bayi atau roll tangannya ke pat-sajak-kue, sampai dia bisa bertepuk tangan dan roll tangannya sendiri [5] [6].

Vygotsky adalah sangat berfokus pada peran budaya dalam menentukan pola anak pembangunan [4] Ia berpendapat bahwa "Setiap fungsi dalam perkembangan budaya anak muncul dua kali: pertama, pada tingkat sosial, dan kemudian, pada tingkat individu; pertama. , antara orang-orang (interpsychological) dan kemudian di dalam anak (intrapsychological). Hal ini berlaku sama untuk perhatian sukarela, ke memori logis, dan pembentukan konsep Semua fungsi yang lebih tinggi berasal sebagai hubungan yang sebenarnya antara individu.. "[4]

Vygotsky merasa bahwa pembangunan adalah proses dan melihat masa-masa krisis dalam perkembangan anak di mana ada transformasi kualitatif fungsi mental anak. [7]
[Sunting] Teori Lampiran
Artikel utama: Teori Lampiran

teori Lampiran, yang berasal dari karya John Bowlby dan dikembangkan oleh Mary Ainsworth, adalah teori psikologis, evolusi dan ethological yang menyediakan kerangka deskriptif dan jelas untuk memahami hubungan interpersonal antara manusia. teoretisi Lampiran mempertimbangkan bayi manusia untuk memiliki kebutuhan untuk hubungan dengan setidaknya satu pengasuh untuk perkembangan sosial dan emosional yang normal terjadi.
[Sunting] Erik Erikson
Artikel utama: Erik Erikson dan pengembangan Psikososial

Erikson, seorang pengikut Freud, disintesis baik Freud dan teori sendiri untuk menciptakan apa yang dikenal sebagai "psikososial" tahap perkembangan manusia, yang rentang dari lahir sampai mati, dan berfokus pada "tugas" pada setiap tahap yang harus dilakukan untuk berhasil menavigasi tantangan hidup. [8]
[Sunting] Teori Perilaku
Artikel utama: Analisis Perilaku perkembangan anak

behaviorisme teori John B. Watson 'bentuk dasar dari model perilaku pembangunan [9] Dia. menulis secara ekstensif pada perkembangan anak dan penelitian yang dilakukan (lihat percobaan Little Albert). Watson berperan penting dalam modifikasi aliran William James 'pendekatan kesadaran untuk membangun aliran teori perilaku [10] Watson juga. Membantu membawa perspektif ilmu alam untuk psikologi anak dengan memperkenalkan metode penelitian obyektif berdasarkan perilaku yang dapat diamati dan terukur. Setelah memimpin Watson, BF Skinner diperpanjang model untuk menutupi persyaratan instrumental dan perilaku verbal.
[Sunting] Teori lainnya

Sesuai dengan pandangannya tentang suatu motivasi dasar manusia menjadi dorongan seksual, Sigmund Freud mengembangkan teori psikoseksual pembangunan manusia dari masa kanak-kanak dan seterusnya, dibagi menjadi lima tahap. Setiap tahap berpusat di sekitar pemuasan libido dalam suatu wilayah tertentu, atau zona erotis, dari tubuh. Dia juga berpendapat bahwa sebagai manusia berkembang, mereka menjadi terpaku pada objek yang berbeda dan spesifik melalui tahap-tahap perkembangan mereka. Setiap tahap berisi konflik yang membutuhkan resolusi untuk memungkinkan anak untuk mengembangkan. [11]

Penggunaan teori sistem dinamis sebagai kerangka untuk pertimbangan pembangunan dimulai pada awal 1990-an dan terus ke dalam abad ini [12] Dynamic teori sistem tegangan koneksi nonlinier (misalnya, antara awal dan kemudian ketegasan sosial). Dan kapasitas suatu sistem untuk mengatur kembali sebagai pergeseran fase yang merupakan tahap-seperti di alam. Konsep lain berguna untuk developmentalists adalah negara atraktor, kondisi (seperti tumbuh gigi atau kecemasan asing) yang membantu untuk menentukan perilaku tampaknya terkait maupun yang terkait. sistem Dynamic teori telah diterapkan secara luas untuk mempelajari perkembangan motorik, teori juga memiliki asosiasi yang kuat dengan beberapa pandangan Bowlby tentang sistem lampiran. Sistem Dinamis teori juga berkaitan dengan konsep proses transaksi, [13] proses saling interaktif di mana anak-anak dan orang tua secara simultan saling mempengaruhi satu sama lain, menghasilkan perubahan perkembangan di kedua dari waktu ke waktu.

Core Pengetahuan Perspektif adalah teori evolusi dalam perkembangan anak yang mengusulkan "bayi mulai hidup dengan bawaan, tujuan khusus sistem pengetahuan disebut sebagai domain inti pemikiran" [14] Ada lima domain inti pemikiran, masing-masing yang sangat penting untuk kelangsungan hidup, yang sekaligus mempersiapkan kita untuk mengembangkan aspek-aspek kunci dari kognisi awal, mereka adalah: fisik, numerik, linguistik, psikologis, dan biologis.
[Sunting] Kontinuitas dan diskontinuitas dalam pembangunan

Meskipun identifikasi tahap perkembangan yang menarik bagi peneliti dan pengasuh anak-anak, banyak aspek perubahan pembangunan yang berkelanjutan dan tidak menampilkan tonggak terlihat perubahan [15] perubahan perkembangan terus menerus,. Seperti pertumbuhan tinggi badan, melibatkan kemajuan cukup bertahap dan dapat diprediksi terhadap karakteristik dewasa. Ketika perubahan perkembangan terputus, bagaimanapun, para peneliti dapat mengidentifikasi tidak hanya tonggak spembangunan, tetapi periode usia terkait sering disebut tahap. Sebuah panggung adalah jangka waktu tertentu, sering dikaitkan dengan rentang usia kronologis yang dikenal, di mana suatu perilaku atau karakteristik fisik secara kualitatif berbeda dari apa itu pada usia lainnya. Ketika suatu periode usia disebut sebagai panggung, istilah itu menyiratkan tidak hanya perbedaan kualitatif, tetapi juga urutan peristiwa perkembangan diprediksi, sehingga setiap tahap baik didahului dan diikuti oleh periode lain yang spesifik terkait dengan kualitas perilaku atau karakteristik fisik.

Tahapan pengembangan mungkin tumpang tindih atau terkait dengan aspek-aspek lain tertentu pembangunan, seperti pembicaraan atau gerakan. Bahkan dalam area perkembangan tertentu, transisi ke tahap tidak mungkin berarti bahwa tahap sebelumnya benar-benar selesai. Sebagai contoh, dalam diskusi Erikson tahapan kepribadian, teori ini menunjukkan bahwa seumur hidup dihabiskan dalam isu ulang yang awalnya karakteristik tahap masa kanak-kanak [16] Demikian pula,. Penganut teori perkembangan kognitif, Piaget, menggambarkan situasi di mana anak-anak dapat memecahkan satu jenis masalah dengan menggunakan kemampuan berpikir dewasa, tapi tidak bisa mencapai hal ini untuk masalah kurang familiar, fenomena ia disebut decalage horizontal. [17]
[Sunting] Mekanisme pembangunan
Girl bermain di sebuah arena bermain
Lihat juga: Alam versus memelihara

Meskipun perubahan perkembangan sejalan dengan usia kronologis, usia itu sendiri tidak dapat menyebabkan pembangunan. Mekanisme dasar atau penyebab perubahan perkembangan faktor-faktor genetik dan faktor lingkungan. Faktor genetik bertanggung jawab untuk perubahan sel seperti pertumbuhan secara keseluruhan, perubahan proporsi bagian tubuh dan otak, dan aspek pematangan fungsi seperti visi dan kebutuhan diet. Karena gen dapat "dimatikan" dan "berpaling pada", genotipe awal individu dapat berubah fungsi dari waktu ke waktu, sehingga menimbulkan perubahan perkembangan lebih lanjut. Faktor lingkungan yang mempengaruhi perkembangan dapat mencakup makanan dan pajanan penyakit, serta sosial, emosional, dan pengalaman kognitif. Namun, pemeriksaan faktor lingkungan juga menunjukkan bahwa manusia muda bisa bertahan dalam rentang cukup luas pengalaman lingkungan. [17]

Alih-alih bertindak sebagai mekanisme independen, faktor genetik dan lingkungan sering berinteraksi untuk menyebabkan perubahan pembangunan. Beberapa aspek perkembangan anak yang terkenal karena plastisitas mereka, atau sejauh mana arah pembangunan dipandu oleh faktor lingkungan serta diprakarsai oleh faktor genetik. Sebagai contoh, pengembangan reaksi alergi tampaknya disebabkan oleh paparan terhadap faktor lingkungan tertentu yang relatif dini dalam hidup, dan perlindungan dari paparan awal membuat anak semakin kecil kemungkinannya untuk menunjukkan reaksi alergi nanti. Ketika sebuah aspek pembangunan sangat dipengaruhi oleh pengalaman awal, dikatakan untuk menunjukkan tingkat tinggi plastisitas, ketika genetika make-up adalah penyebab utama pembangunan, plastisitas dikatakan rendah [18] Plastisitas mungkin melibatkan bimbingan. oleh faktor-faktor endogen seperti hormon serta faktor eksogen seperti infeksi.
Anak bermain dengan gelembung

Salah satu jenis pedoman lingkungan pembangunan telah digambarkan sebagai plastisitas pengalaman-tergantung, di mana perilaku diubah sebagai hasil belajar dari lingkungan. Plastisitas jenis ini dapat terjadi selama kehidupan dan bisa melibatkan berbagai jenis perilaku, termasuk beberapa reaksi emosional. Tipe kedua dari plastisitas, plastisitas pengalaman-hamil, melibatkan pengaruh yang kuat dari pengalaman tertentu selama periode sensitif terbatas pembangunan. Sebagai contoh, penggunaan terkoordinasi dari dua mata, dan pengalaman gambar tiga dimensi tunggal daripada gambar dua dimensi yang diciptakan oleh cahaya dalam setiap mata, tergantung pada pengalaman dengan visi pada paruh kedua tahun pertama kehidupan . plastisitas Pengalaman-hamil bekerja untuk menyempurnakan aspek pembangunan yang tidak dapat melanjutkan untuk hasil optimal sebagai akibat dari faktor genetik bekerja sendirian. [19]

Selain adanya plastisitas dalam beberapa aspek pembangunan, korelasi genetik-lingkungan dapat berfungsi dalam beberapa cara untuk menentukan karakteristik individu dewasa. korelasi genetik-lingkungan adalah keadaan dimana faktor genetik membuat pengalaman tertentu lebih mungkin terjadi. Sebagai contoh, dalam korelasi genetik-lingkungan pasif, seorang anak mungkin mengalami lingkungan tertentu karena dia atau orang tuanya 'genetik make-up membuat mereka cenderung memilih atau menciptakan lingkungan seperti itu. Dalam korelasi genetik-lingkungan menggugah, karakteristik anak genetika-menyebabkan menyebabkan orang lain untuk merespon dengan cara tertentu, menyediakan lingkungan yang berbeda daripada yang terjadi untuk anak genetis-yang berbeda, misalnya, anak dengan sindrom Down mungkin diperlakukan lebih protektif dan kurang menantang daripada non-Down anak. Akhirnya, korelasi genetik-lingkungan aktif adalah satu di mana anak memilih pengalaman yang pada gilirannya berpengaruh mereka, misalnya, seorang anak, otot aktif dapat memilih setelah pengalaman-sekolah olahraga yang menciptakan peningkatan kemampuan atletik, tapi mungkin menghalangi pelajaran musik. Dalam semua kasus ini, menjadi sulit untuk mengetahui apakah karakteristik anak dibentuk oleh faktor genetik, oleh pengalaman, atau kombinasi keduanya. [20]
[Sunting] isu Penelitian dan metode

Membangun pemahaman yang berguna perkembangan anak memerlukan penyelidikan yang sistematis tentang kejadian perkembangan. Berbagai aspek pembangunan melibatkan pola yang berbeda dan menyebabkan perubahan, sehingga tidak ada cara sederhana untuk meringkas perkembangan anak. Namun demikian, menjawab pertanyaan tertentu tentang topik masing-masing dapat menghasilkan informasi yang sebanding tentang berbagai aspek perubahan pembangunan. Pertanyaan-pertanyaan berikut ini disarankan untuk tujuan ini oleh Waters dan rekan-rekannya. [21]

   1. Apa yang berkembang? Apa aspek yang relevan dari perubahan individu selama periode waktu?
   2. Apa tingkat dan kecepatan pembangunan?
   3. Apa mekanisme pembangunan - apa aspek pengalaman dan menyebabkan perubahan perkembangan keturunan?
   4. Apakah ada perbedaan individu normal dalam perubahan pembangunan yang relevan?
   5. Apakah ada perbedaan populasi aspek pembangunan (misalnya, perbedaan dalam pengembangan anak laki-laki dan perempuan)?

Penelitian empiris yang mencoba untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan ini mungkin mengikuti sejumlah pola. Awalnya, penelitian observasional dalam kondisi naturalistik mungkin diperlukan untuk mengembangkan narasi menggambarkan dan mendefinisikan aspek perubahan perkembangan, seperti perubahan dalam reaksi refleks pada tahun pertama. Jenis pekerjaan ini dapat diikuti oleh studi korelasional, mengumpulkan informasi tentang usia kronologis dan beberapa tipe perkembangan seperti pertumbuhan kosa kata; statistik korelasional dapat digunakan untuk mengubah negara. Studi semacam menguji karakteristik anak-anak pada usia yang berbeda. Metode-metode ini mungkin melibatkan studi longitudinal, di mana sekelompok anak-anak kembali diperiksa pada beberapa kesempatan ketika usia mereka bertambah, atau studi cross-sectional, di mana kelompok anak-anak dari berbagai usia diuji sekali dan dibandingkan satu sama lain, atau mungkin ada kombinasi pendekatan ini. Beberapa studi perkembangan anak meneliti efek dari pengalaman atau keturunan dengan membandingkan karakteristik kelompok yang berbeda dari anak-anak dalam desain selalu non-acak. Penelitian lain dapat menggunakan desain acak untuk membandingkan hasil untuk kelompok anak yang menerima intervensi yang berbeda atau perlakuan pendidikan. [17]
[Sunting] tonggak Pembangunan
Artikel utama: Sistem Dinamis teori juga berkaitan dengan konsep proses transaksi,Sistem Dinamis teori juga berkaitan dengan konsep proses transaksi, Anak pengembangan tahap

Milestones adalah perubahan dalam kemampuan fisik dan mental yang spesifik (seperti berjalan dan pemahaman bahasa) yang menandai akhir dari satu periode perkembangan dan awal lain. Untuk teori tahap, tonggak menunjukkan tahap transisi. Studi tentang pemenuhan tugas perkembangan banyak telah menetapkan usia kronologis tertentu yang biasanya terkait dengan tahap perkembangan. Namun, ada cukup banyak variasi dalam pencapaian milestone, bahkan antara anak dengan lintasan perkembangan dalam kisaran normal. Beberapa tonggak lebih bervariasi daripada yang lain, misalnya, indikator pidato reseptif tidak menunjukkan banyak variasi di antara anak-anak dengan pendengaran normal, tapi tonggak pidato ekspresif bisa sangat bervariasi.

Sebuah keprihatinan umum dalam perkembangan anak adalah keterlambatan perkembangan melibatkan keterlambatan dalam kemampuan usia-spesifik untuk tahap perkembangan penting. Pencegahan dan intervensi awal topik keterlambatan perkembangan signifikan dalam studi perkembangan anak. Perkembangan penundaan harus didiagnosis dibandingkan dengan variabilitas karakteristik tonggak sejarah, tidak dengan hormat dengan usia rata-rata pada prestasi. Contoh tonggak sejarah akan koordinasi mata-tangan, yang meliputi kemampuan anak meningkat untuk memanipulasi objek secara terkoordinasi. Peningkatan pengetahuan tonggak usia tertentu mengijinkan orang tua dan orang lain untuk melacak pembangunan yang tepat.
[Sunting] Aspek perkembangan anak

Perkembangan anak bukan masalah satu topik, tapi berkembang agak berbeda untuk aspek yang berbeda dari individu. Berikut adalah deskripsi dari pengembangan sejumlah karakteristik fisik dan mental.
[Sunting] Pertumbuhan Fisik
[Sunting] Apa yang berkembang?

pertumbuhan fisik bertubuh dan berat terjadi selama 15-20 tahun berikutnya lahir, karena perubahan individu dari berat rata-rata 3,5 kg dan panjang 50 cm saat lahir penuh panjang untuk ukuran dewasa penuh. Seperti meningkatkan postur dan berat badan, proporsi individu juga berubah, dari kepala relatif besar dan badan kecil dan anggota badan neonatus, relatif kecil untuk orang dewasa panjang kepala dan badan dan anggota badan. [22] [22]
[Sunting] Kecepatan dan pola pembangunan

Kecepatan pertumbuhan fisik yang pesat dalam beberapa bulan setelah kelahiran, kemudian melambat, sehingga berat badan lahir dua kali lipat dalam empat bulan pertama, tiga kali lipat pada usia 12 bulan, namun tidak empat kali lipat sampai 24 months.Growth kemudian mulai pada tingkat yang lambat sampai sesaat sebelum pubertas (antara sekitar 9 dan 15 tahun), ketika masa pertumbuhan yang cepat terjadi. Pertumbuhan yang tidak seragam dalam tarif dan waktu di seluruh bagian tubuh. Saat lahir, ukuran kepala sudah relatif dekat dengan yang dewasa, tetapi bagian bawah badan jauh lebih kecil dari ukuran dewasa. Dalam kegiatan pembangunan, kemudian, kepala tumbuh relatif sedikit, dan dada dan anggota badan mengalami banyak perkembangan. [22]
[Sunting] meningkatkan postur dan berat badan, proporsi individu juga berubah, dari kepala relatif besar dan badan kecil dan anggota badan neonatus, relatif kecil untuk orang dewasa panjang kepala dan badan dan anggota badan. [22] [22]
Mekanisme perubahan pembangunan

faktor genetik memainkan peran utama dalam menentukan tingkat pertumbuhan, dan khususnya perubahan karakteristik proporsi pembangunan manusia awal. Namun, faktor genetik dapat menghasilkan pertumbuhan maksimum hanya jika kondisi lingkungan yang memadai. Gizi buruk dan cedera sering dan penyakit dapat mengurangi perawakannya dewasa individu, tetapi lingkungan terbaik tidak dapat menyebabkan pertumbuhan ke perawakannya lebih besar dari yang ditentukan oleh faktor keturunan. [22]
[Sunting] perbedaan Penduduk

perbedaan Populasi dalam pertumbuhan sebagian besar terkait dengan tinggi badan dewasa. kelompok etnis yang cukup tinggi di masa dewasa juga lebih lama saat lahir dan sepanjang masa kanak-kanak, dibandingkan dengan kelompok yang telah dewasa bertubuh pendek. Pria juga agak lebih tinggi, meskipun hal ini lebih jelas pada kelompok etnis dengan dimorfisme seksual yang kuat di masa dewasa. Karakteristik populasi yang kekurangan gizi juga lebih pendek sepanjang hidup. Namun, ada perbedaan beberapa penduduk di tingkat pertumbuhan atau pola, kecuali bahwa kondisi lingkungan yang buruk dapat menunda pubertas dan dorongan pertumbuhan yang terkait. Usia sangat berbeda saat pubertas anak laki-laki dan perempuan berarti bahwa anak laki-laki dan perempuan umur 11 atau 12 berada pada titik yang sangat berbeda dalam pematangan dan mungkin sebaliknya perbedaan seks biasa di ukuran fisik. [22]
[Sunting] Perbedaan Individu

perbedaan individu dalam tinggi dan berat badan selama masa kanak-kanak cukup besar. Beberapa perbedaan ini karena faktor genetik keluarga, orang lain untuk faktor lingkungan, tetapi pada beberapa titik dalam pembangunan mereka mungkin sangat dipengaruhi oleh perbedaan individu dalam kematangan reproduksi. [22]
[Sunting] pengembangan Motor
[Sunting] Apa yang berkembang?
Seorang anak sambil belajar berjalan

Kemampuan untuk perubahan gerakan fisik melalui masa kanak-kanak dari sebagian besar refleksif (terpelajar, sadar) pola pergerakan bayi muda untuk gerakan sukarela sangat terampil karakteristik anak nanti dan remaja. (Tentu saja, anak-anak dan remaja mempertahankan beberapa gerakan refleks di samping mengembangkan gerakan sukarela.) [15]
[Sunting] Kecepatan dan pola pembangunan

Kecepatan perkembangan motorik yang pesat pada awal kehidupan, karena banyak refleks dari bayi mengubah atau hilang dalam tahun pertama, dan memperlambat nanti. Seperti pertumbuhan fisik, perkembangan motorik menunjukkan pola diprediksi cephalocaudal (kepala sampai kaki) dan proximodistal (badan untuk ekstremitas) pembangunan, dengan gerakan-gerakan pada akhir kepala dan di daerah yang lebih sentral datang di bawah kontrol sebelum orang-orang dari bagian bawah tubuh atau tangan dan kaki. Jenis gerakan berkembang dalam urutan tahap-seperti, misalnya, penggerak pada 6-8 bulan melibatkan merayap pada merangkak, kemudian mulai menarik untuk berdiri, "jelajah" sementara berpegang pada objek, berjalan sambil memegang tangan orang dewasa, dan akhirnya berjalan secara independen. Anak yang lebih tua melanjutkan urutan dengan berjalan menyamping atau ke belakang, galloping, melompat, melompat-lompat dengan satu kaki dan berjalan dengan yang lain, dan akhirnya melompat-lompat. Dengan masa kanak-kanak menengah dan remaja, keterampilan motorik baru diperoleh oleh instruksi atau pengamatan bukan di urutan predictable. [15]
[Sunting] Mekanisme perkembangan motorik

Mekanisme yang terlibat dalam perkembangan motorik melibatkan beberapa komponen genetik yang menentukan ukuran fisik dari bagian tubuh pada usia tertentu, serta aspek otot dan kekuatan tulang. Gizi dan latihan juga menentukan kekuatan dan karena itu kemudahan dan akurasi dengan mana suatu bagian tubuh bisa digerakkan. [15] Hal ini juga telah menunjukkan bahwa lobus frontal mengembangkan posterio-anteriorally (dari belakang ke depan). Hal ini sangat penting dalam perkembangan motorik karena bagian belakang lobus frontal diketahui mengontrol fungsi motor. Bentuk pengembangan ini dikenal sebagai "proporsional Pembangunan" dan menjelaskan mengapa fungsi motorik berkembang relatif cepat selama pengembangan masa kanak-kanak normal, sedangkan logika, yang dikendalikan oleh bagian tengah dan bagian depan lobus frontal, biasanya tidak akan berkembang sampai remaja akhir dan awal masa kanak-kanak. [23] Kesempatan untuk melakukan gerakan membantu membangun kemampuan untuk melenturkan (bergerak menuju bagasi) dan memperpanjang bagian tubuh, baik kapasitas yang diperlukan untuk kemampuan motor yang baik. gerakan sadar Terampil mengembangkan sebagai akibat dari latihan dan belajar. [15]
[Sunting] Perbedaan Individu

Normal individu dalam kemampuan motor yang umum dan tergantung di bagian berat badan anak dan membangun. Namun, setelah masa bayi, perbedaan individu normal sangat dipengaruhi oleh kesempatan untuk berlatih, mengamati, dan diinstruksikan pada gerakan tertentu. perkembangan motorik Atypical mungkin merupakan indikasi keterlambatan perkembangan atau masalah seperti autisme atau cerebral palsy. [15]
[Sunting] perbedaan Penduduk

Ada beberapa perbedaan populasi dalam pengembangan motor, dengan gadis-gadis yang menunjukkan beberapa keuntungan dalam penggunaan otot kecil, termasuk artikulasi suara dengan bibir dan lidah. perbedaan bangsa di gerakan refleks bayi yang baru lahir telah dilaporkan, yang menunjukkan bahwa beberapa faktor biologis sedang bekerja. Perbedaan budaya dapat mendorong belajar keterampilan motorik seperti menggunakan tangan kiri hanya untuk keperluan kebersihan dan tangan kanan untuk semua kegunaan lain, menghasilkan perbedaan populasi. Faktor budaya juga terlihat di tempat kerja dalam gerakan-gerakan sukarela dipraktekkan seperti penggunaan kaki untuk menggiring bola sepak atau tangan untuk menggiring bola bola basket. [15]
[Sunting] Kognitif / pengembangan Intelektual
Wiki letter w cropped.svg Bagian ini membutuhkan ekspansi.
[Sunting] Apa yang berkembang?

Kapasitas untuk belajar, mengingat, dan melambangkan informasi, dan untuk memecahkan masalah, ada pada tingkat sederhana pada bayi muda, yang dapat melakukan tugas-tugas kognitif seperti membedakan makhluk hidup dan mati atau mengakui sejumlah kecil benda. Selama masa kanak-kanak, belajar dan meningkatkan pemrosesan informasi dalam kecepatan, memori menjadi semakin lama, dan simbol menggunakan dan kapasitas untuk abstraksi berkembang sampai tingkat dekat-dewasa dicapai oleh remaja. [15]
[Sunting] Mekanisme perkembangan kognitif

perkembangan kognitif memiliki mekanisme biologi genetik dan lainnya, seperti terlihat dalam banyak penyebab genetik retardasi mental. Namun, meskipun diasumsikan bahwa fungsi otak menyebabkan peristiwa kognitif, belum mungkin untuk mengukur perubahan otak tertentu dan menunjukkan bahwa mereka menyebabkan perubahan kognitif. Kemajuan Pembangunan di kognisi juga terkait dengan pengalaman dan pembelajaran, dan ini terutama terjadi untuk kemampuan tingkat yang lebih tinggi seperti abstraksi, yang tergantung pada tingkat yang cukup besar pada pendidikan formal. [15]
[Sunting] Perbedaan Individu

Ada perbedaan individu normal di usia di mana kemampuan kognitif tertentu dicapai, tetapi sekolah untuk anak-anak di negara-negara industri didasarkan pada asumsi bahwa perbedaan ini tidak besar. Atypical penundaan dalam perkembangan kognitif yang bermasalah untuk anak-anak dalam budaya yang maju permintaan keterampilan kognitif untuk bekerja dan untuk hidup mandiri. [15]
[Sunting] perbedaan Penduduk

Ada sedikit perbedaan populasi perkembangan kognitif. Anak laki-laki dan perempuan menunjukkan beberapa perbedaan keterampilan mereka dan preferensi, tapi ada banyak tumpang tindih antara kelompok. Perbedaan dalam pencapaian kognitif kelompok etnis yang berbeda muncul akibat dari faktor lingkungan budaya atau lainnya. [15]
[Sunting] pembangunan sosial-emosional
[Sunting] Apa yang berkembang?

bayi baru lahir sepertinya tidak mengalami rasa takut atau memiliki preferensi untuk kontak dengan orang-orang tertentu. Dalam beberapa bulan pertama mereka hanya mengalami kebahagiaan, kesedihan, dan kemarahan.


0 Response to "Uas Perkembangan peserta didik tentang teori jean piaget, erikson"