BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan suatu proses dimana dalam pelaksanaannya
melibatkan berbagai aspek untuk menunjang akan keberhasilan dalam mengembangkan
potensi diri yang ada pada peserta didik, baik itu aspek kognitif, aspek
apektif dan aspek psikomotor. Pendidikan juga menjadi kebutuhan pokok dalam
kehidupan manusia karena dengan pendidikan manusia akan selalu memiliki
pengetahuan, sikap, dan kebiasaan yang sesuai dengan Norma-norma yang ada. Hal
ini sejalan dengan pengertian pendidikan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
(KBBI) yang menyatakan bahwa pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata
laku seseorang atau sekelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui
upaya pengajaran dan pelatihan (Syah, 2010: 10).
Peranan pendidikan adalah menyiapkan generasi muda yang memiliki
masa depan yang lebih baik dari generasi sekarang. Menyadari hal itu pemerintah
Indonesia memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada seluruh warga negaranya
untuk mendapatkan pendidikan. Sebagaimana tercantum dalam UUD 1945 pasal 31,
yang berbunyi: “Bahwa tiap-tipa warga Negara berhak mendapatkan Pengajaran”.
Dengan demikian, seluruh warga Negara Indonesia, memiliki hak untuk memperoleh pendidikan yang layak
sehingga dapat memilki keterampilan sikap dan tingkah laku yang bisa membawa
perubahan baik itu untuk dirinya sendiri, agama ataupun bangsa.
Belajar merupakan sebuah unsur yang tidak dapat di pisahkan bahkan
di hapuskan dalam proses pendidikan. kerena pada dasarnya Belajar merupakan sebagai
sebuah proses perubahan di dalam kepribadian manusia dan perubahan tersebut di
tampakan dalam bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku. Belajar
juga dapat di artikan sebagai suatu perubahan yang relativ permanen dalam suatu
kecenderungan tingkah laku yang merupakan hasil dari latihan pengetahuan (Tafsir,
2002: 60).
Dalam proses Belajar mengajar, seorang guru dapat menentukan
peningkatan Kualiatas mutu pendidikan yang diperoleh Siswa, terutama dalam
proses belajarnya. Hal itu tergantung pada bagaimana guru bisa melakukan
penguasaaan kelas, jika guru mampu mengelola kelas dengan baik maka tujuan
pemebelajaran yang diinginkanpun akan mendapatkan hasil yang baik pula,
begitupun sebaliknya. Sehingga kebutuhan ataupun tujuan akhir yang harus
diperoleh siswa yakni penguasaan siswa terhadap pengetahuan (Kognitif),
perubahan Nilai dan sikap (Afektif) dan peningkatan Keterampilan (Psikomotor)
menunjukan keberhasilan Belajar yang telah tercapainya.
Menurut Hamalik (2006:30), hasil belajar adalah bila seseorang
telah belajar akan terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya
dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti. Sejalan
dengan pendapat tersebut Sudjana (2003:3) mengemukakan bahwa hasil belajar
adalah perubahan tingkah laku yang mencakup bidang kognitif, afektif, dan
psikomotorik yang dimiliki oleh siswa setelah menerima pengalaman belajar. Oleh
sebab itu Hasil belajar juga menjadi tolak ukur bagi guru dalam menentukan berhasil
tidaknya proses pembelajaran yang dilakukannya dan menjadi koreksi untuk
perbaikan kedepannya.
Seperti halnya untuk
mendapatkan Hasil belajar dalam pembelajaran pendidikan Kewarganegaraan (PKn),
mereka harus senantiasa mengikuti proses pembelajaran yang dapat memberikan
arti dan pengalaman mereka sehingga hasil belajar yang baik dapat diraih oleh
siswa. Menurut Azyumardi Azra dalam (Anas dan Heri, 2010:5) mengatakan Bahwa
Pendidikan Kewarganegaraan adalah pendidikan yang mengkaji dan membahas tentang
pemerintahan, Konstitusi, lembaga-lembaga Demokrasi, rule of law, HAM,
hak dan kewajiban warga negara serta proses demokrasi yang menyangkut tentang:
sosialisasi, diseminasi dan aktualisasi konsep, system, Nilai, budaya, dan
praktek demokrasi melalui Pendidikan. Dengan mempelajari PKn siswa di ajarkan
untuk mengenal tentang Pemeritahan baik itu Pusat maupun Daerah, mengetahui Hak
dan kewajiban mereka selaku warga Negara yang baik dan yang paling penting itu
hadir rasa ingin selalu mencintai dan menjaga Persatuan dan Kesatuan NKRI.
Selanjutnya dari hasil observasi yang penulis lakukan di Kelas IV
MI Matlaul Atfal, Cilengkrang II, Kota Bandung, pada populasi penelitian,
penulis menemukan Fakta bahwa selama Proses Pembelajaran Berlangsung, kegiatan
belajar siswa hanya sebatas Duduk, mendengarkan, dan menulis Kembali materi
yang di paparkan oleh guru, kemudian Proses Pembelajarannya pun itu cenderung
berpusat pada Guru (Teacher Centered), siswa jarang sekali untuk mengajukan pertanyaan
ataupun menanggapi apa yang diutarakan oleh guru dan lebih cenderung Pasif dan
Hasil Belajar Siswanya pun kebanyakan masih di bawah KKM yakni berkisar Pada
45,03%.
Untuk Meningkatkan Hasil belajar dan keaktifan Siswa tersebut, maka
penulis mencoba memberikan suatu altrnatif model pembelajaran yang berorientasi
pada siswa dan membina seluruh potensi siswa. Dalam penelitian ini penulis
bermaksud untuk mencoba menerapkan Model Pembelajaran Kooperatif tipe Take and
Give. Adapun Pengertian Model Pembelajaran Take and Give ini adalah suatu
tipe pembelajaran yang mengajak siswa untuk saling berbagi mengenai materi yang
di sampaikan oleh guru, dengan kata lain tipe ini melatih siswa terlibat secara
aktif dalam menyampaikan materi yang mereka terima ke teman atau siswa yang
lain secara berulang-ulang.
Selain itu juga model pembelajaran tipe take and give merupakan
tipe pembelajaran yang memiliki tujuan untuk membangun proses pembelajaran yang
dinamis, penuh semangat, dan antusiasme yang penuh dari peserta didik. serta dapat
memberikan keleluasaan siswa untuk mengekpresikan dirinya dan berinteraksi
secara baik terhadap teman-temannya, siswa juga di tantang untuk lebih aktif
selama proses pembelajaran berlangsung, dan juga melatih siswa untuk bekerja
sama sehinggga pada akhirnya siswa dapat menghargai kemampuan orang lain. (Siti
Amaliah, 2011: 6)
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis tertarik untuk
melakukan penelitian lapangan yang berjudul: “Penerapan Model Pembelajaran
Take and Give Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Kognitif Siswa Pada Mata
Pelajaran PKn Pokok Bahasan Pemerintahan Tingkat Pusat” (Penelitian
Tindakan Kelas di MI Matlaul Atfal Cilengkrang II Kota Bandung).
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka
yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :
1.
Bagaimanakah
aktivitas siswa dan guru pada setiap tahapan model Pembelajaran take and give?
2.
Adakah
peningkatan hasil belajar kognitif siswa kelas IV MI Matlaul Atfal dengan menerapkan
model pembelajaran take and give pada bidang study PKn sub materi pokok Pemerintahan
Tingkat Pusat?
C.
Batasan Masalah
Adapun batasan masalah yang akan diteliti yakni:
1.
Subjek
yang diteliti adalah Siswa Kelas IV MI Matlaul Atfal Cilengkrang II Kota
Bandung tahun ajaran 2013/2014
2.
Materi
pelajaran PKn yang diteliti di batasi hanya pada sub Materi Pokok Pemerintahan
Tingkat Pusat.
D.
Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan yang akan dicapai dalam
penelitian ini adalah:
1.
Menegetahui
aktivitas siswa dan guru pada setiap tahapan model pembelajaran take and give.
2.
Mengetahui
peningkatan hasil belajar kognitif siswa kelas IV MI Matlaul Atfal setelah menggunakan
model pembelajaran take and give pada bidang study PKn sub materi pokok Pemerintahan
Tingkat Pusat.
E.
Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dan manfaat
bagi pengembangan pembelajaran antara lain:
1.
Bagi
siswa, bisa memberikan nuanasa baru dalam Proses pembelajaran dengan menggunakan
metode belajar aktif, kreatif dan menyenangkan yang lebih berpusat pada siswa sehingga
Prestasi Belajar Kognitif siswa dapat meningkat.
2.
Bagi
guru, sebagai inovasi dalam pembelajaran PKn yang berpusat pada siswa dalam rangka
peningkatan prestsi belajar kognitif siswa.
3.
Bagi
lembaga, dapat memberikan informasi sebagai upaya peningkatan mutu proses pendidikan.
F.
Kerangka Berfikir
Dalam proses kegiatan belajar mengajar, guru memegang peranan yang
sangat penting. Proses belajar mengajar yang di lakukan oleh Guru haruslah
melahirkan perubahan tingkah laku yang berarti (permanen) pada peserta didik.
Perubahan tingkah laku ini dapat berupa perubahan kemampuan ranah kognitif,
afektif, dan psikomotor. (Uus Ruswandi dan Badrudin, 2008: 4).
Belajar dapat diartikan sebagai proses perubahan tingkah laku yang
terjadi pada diri seseorang sebagai akibat dari pengalaman dan latihan (Wina
Sanjaya, 2009: 235) Hal ini sejalan dengan yang dinyatakan oleh Usman Efendi
dan juhaya yang mengatakan bahwa belajar adalah suatu proses usaha atau
interaksi yang dilakukan individu untuk memperoleh sesuatu yang baru dan
perubahan keseluruhan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman-pengalaman itu
sendiri. (Uus Ruswandi dkk, 2009: 96).
Salah satu prinsip yang berlaku umum untuk semua guru yang baik
adalah guru yang bisa menyesuaikan metode mengajar dengan bahan pelajaran. Oleh
karena itu pemilihan berbagai model, metode, strategi, pendekatan dan teknik
pembelajaran merupakan suatu langkah yang utama sebelum melaksanakan proses
pembelajaran yang akan dilaksanakan.
Menurut Joyce dalam (Triatno, 2010: 74) model pembelajaran adalah
suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam
merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam tutorial dan untuk
menentukan perangkat-perangkat pembelajaran termasuk di dalamnya buku-buku,
film, computer, kurikulum dll. Pedoman itu memuat tanggung jawab guru dalam
merencanakan pelaksanaan dan mengevaluasi kegiatan pembelajaran. Salah satu
tujuan dari penggunaan model pembelajaran adalah untuk meningkatkan
keterampilan siswa untuk belajar lebih mudah, efektif, dan bermakna (Koes,
2003: 60).
Dengan dilakukannya pemilihan model pembelajaran yang tepat terhadap
proses kegiatan pembelajaran yang akan dilaksanakan, di harapkan siswa mampu
belajar secara efektif, aktif, menyenangkan, dan bermakna serta mampu
mendapatkan hasil belajar yang baik.
Hasil belajar didefinisikan sebagai hal yang dapat dipandang dari
dua sisi yaitu sisi siswa dan dari sisi guru. Dari sisi siswa, hasil belajar
merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik bila dibandingkan pada
saat sebelum belajar. Tingkat perkembangan mental tersebut terwujud pada
jenis-jenis ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Sedangkan dari sisi guru,
hasil belajar merupakan saat terselesikannya bahan pelajaran. (Dimyati dan Mudjiono, 1999:250). Hasil belajar siswa di pengaruhi
oleh kemampuan siswa dan kualitas pengajaran, kualitas pengajaran yang baik
adalah guru yang mampu mengelola kelas dalam proses pembelajarannya dengan baik
pula. Dalam penelitian ini yang dimaksud Hasil belajar adalah yang berdimensi
Kognitif, maka hasil belajar yang harus diketahui adalah tipe belajar kognitif
yang terdiri atas enam indicator, yaitu:
a.
Pengetahuan
Yang
berhubungan dengan mengingat bahan yang sudah dipelajari sebelumnya. Tingkatan
ini merupakan kemampuan yang paling rendah.
b.
Pemahaman
Pemahaman
adalah kemampuan memahami arti suatu bahan pelajaran, seperti menafsirkan
menjelaskan atau merangkum.
c.
Penerapan
Penerapan
adalah kemampuan menggunakan atau menafsirkan suatu bahan yang sudah dipelajari
kedalam situasi baru atau situasi konkret.
d.
Analisis
Analisis
adalah kemampuan menguraikan atau menjabarkan sesuatu kedalam komponen atau
bagian-bagian, sehingga susunannya dapat dimengerti.
e.
Sintesis
Kemampuan
sintesis menunjuk kepada upaya menghimpun bagian kedalam suatu keseluruhan,
seperti merumuskan tema rencana atau melihat hubungan abstrak dari berbagai
informasi/fakta.
f.
Evaluasi
Menurut
Guba dan Lincoln (Wina Sanjaya, 2009: 335) menyatakan bahwa evaluasi merupakan
suatu proses memberikan pertimbangan mengenai nilai dan arti sesuatu yang di
pertimbangkan (evaluand).
Salah satu model
pembelajaran yang sudah dirancang untuk bisa digunakan pada penelitian ini adalah
model pembelajaran take and give, atau sering dikonotasikan orang dengan
“saling memberi dan saling menerima”. Jadi pengertian model pembelajaran Take
and give ini adalah rangkaian penyajian data yang diawali dengan pemberian
kartu kepada siswa yang didalam kartu itu sendiri ada catatan yang harus
dikuasai atau dihafal oleh masing-masing siswa. Kemudian siswa mencari pasangan
masing-masing untuk bertukar pengetahuan yang ada padanya sesuai dengan yang
didapatnya dikartu, lalu kegiatan pembelajaran diakhiri dengan mengevaluasi
siswa dengan menanyakan pengetahuan yang ada padanya dan yang dia terima dari
pasangannya. Dengan demikian komponen yang berperan penting dalam Model
Pembelajaran Take and give ini adalah penguasaan materi melalui kartu, keterampilan
bekerja berpasangan, dan sharing informasi, dan pengevaluasian yang bertujuan untuk
mengetahui pengetahuan, penguasaan dan pemahaman siswa terhadap materi yang
diberikan di dalam kartu dan kartu pasanganya (Miftahul
Huda, 2013: 242).
Adapun kelebihan
dari model Model Pembelajaran Take and give ini adalah :
1.
Model
pembelajaran ini tidak kaku, karena seorang guru boleh memodifikasi lagi penggunaan
model pembelajaran ini sesuai dengan keinginan dam kebutuhan serta situasi
pembelajaran.
2.
Materi
akan terarah, karena guru terlebih dahulu menjabarkan uraian materi sebelum
dibagikan kartu kepada siswa
3.
Melatih
siswa untuk bekerja sama dan menghargai kemampuan orang lain
4.
Melatih
siswa untuk beriteraksi secara baik dengan teman sekelasnya.
5.
Akan dapat memperdalam dan mempertajam
pengetahuan siswa melalui kartu yang dibagikan kepadanya, sebab mau tidak mau
harus menghafal dan paling tidak membaca materi yang diberikan kepadanya.
6.
Dapat
meningkatkan tanggung jawab siswa, sebab masing-masing siswa dimintai
pertanggungjawaban atas kartu yang diberikan kepadanya.
Oleh karena itu diharapkan dengan di terapkannya model pembelajaran
take and give ini akan mampu meningkatkan aktivitas dan pemahaman siswa pada
mata pelajaran PKn sub materi pokok Pemerintahan Tingkat Pusat. sehingga pada
akhirnya dapat meberikan peningkatan Hasil belajar kognitif siswa.
Kerangka
pemikiran ini dapat dituangkan dalam bentuk skema penulisan sebagai berikut:
Gambar 1.1 kerangka
pemikiran
G.
Hipotesis
Hipotesis
adalah jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan
masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan (Sugiyono,
2013 : 96).
Adapun hipotesis dalam penelitian ini yakni “jika menerapkan model
pembelajaran Take and give maka
dapat meningkatkan hasil belajar kognitif siswa dalam mata pelajaran PKn di
kelas IV MI Matlaul Atfal,
cilengkrang II, kota Bandung”.
H.
Langkah-langkah Penelitian
1.
Subjek dan Tempat Penelitian
Subyek dalam peniltian ini adalah siswa kelas IV MI Matlaul Atfal,
Cilengkrang II, Kota Bandung. jumlah siswa 14 orang. Dipilihnya kelas IV karena
sesuai dengan masalah yang sedang dihadapi dan kesepakatan antara peneliti dan
pihak sekolah.
Dalam penilitian ini peneliti mengambil lokasi di MI Matlaul Atfal,
Cilengkrang II, Kota Bandung. Peneliti mengambil lokasi atau tempat ini dengan
pertimbangan karena jangkauan dari tempat tinggal cukup dekat, dan yang paling
penting itu masih berada di lingkungan wilayah kota bandung, dan akan berdampak
pada memudahkan peneliti dalam mencari data, dan peluang waktu yang luas.
2.
Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Penelitian Tindakan Kelas (Classroom action Research). Penelitian
Tindakan Kelas bisa memiliki makna bermacam-macam, bergantung pada referensi
yang digunakan sebagai acuan. Namun diantara berbagai literatur yang membahas
tentang action research dapat ditarik suatu persamaan komponen, bahwa action
research merupakan upaya untuk untuk meningkatkan sistem organisasi atau
masyarakat agar lebih efektif dan efisien. (Mulyasa, 2006:151). Sedangkan menurut
(Arikunto,2010:23) bahwa Penelitian Tindakan Kelas merupakan suatu pencermatan
terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja di munculkan dan
terjadi dalam sebuah kelas secara bersamaan. Dalam tindakan tersebut diberikan
oleh guru atau dengan arahan oleh guru yang dilakukan oleh siswa. Penelitin
Tindakan Kelas juga dapat diartikan penelitian yang dilakukan di kelas dengan
tujuan memperbaiki atau meningkatkan mutu pembelajaran (Suhardjono, 2010:58). Jadi
dari paparan diatas dapat di tarik kesimpulan bahwa Penelitian Tindakan Kelas
adalah usaha untuk meningkatkan mutu belajar yang di berikan atau dengan arahan
guru yang dilakukan oleh siswa dengan bertujuan agar terciptanya pembelajaran
yang efektif dan efisien.
PTK dilaksanakan berupa proses pengkajian berdaur. Menurut Hopkins
(1993:48) setiap siklus terdiri dari 4 komponen kegiatan pokok, yaitu:
a)
Planning (perencanaan)
b)
Acting (tindakan)
c)
Observing
(pengamatan)
d)
Reflecting (refleksi)
Untuk melaksanakan perbaikan terlebih dahulu perlu dilakukan
identifikasi masalah serta analisis dan
perumusan masalah. Identifikasi masalah dapat dilakukan dengan mengajukan
pertanyaan pada diri sendiri tentang pembelajaran yang dikelola. Setelah
masalah teridentifikasi, masalah perlu dianalisis dengan cara melakukan refleksi dan menelaah berbagai dokumen yang
terkait. Dari hasil analisis, dipilih dan dirumuskan masalah yang paling
mendesak dan mungkin dipecahkan oleh guru. Masalah kemudian dijabarkan secara
operasional agar dapat memandu usaha perbaikan.
Setelah masalah dijabarkan, langkah berikutnya adalah
mencari/mengembangkan cara perbaikan, yang dilakukan dengan mengkaji teori dan
hasil penelitian yang relevan, berdiskusi dengan teman sejawat dan pakar, serta
menggali pengalaman sendiri. Berdasarkan
hasil yang dicapai dalam langkah ini, dikembangkan cara perbaikan atau
tindakan yang sesuai dengan kemampuan atau komitmen guru, kemampuan siswa,
sarana dan fasilitas yang tersedia, serta iklim belajar dan iklim kerja di
sekolah.
Pelaksanaan tindakan dimulai dengan mempersiapkan rencana
pembelajaran dan skenario tindakan
termasuk bahan pelajaran dan tugas-tugas, menyiapkan alat
pendukung/sarana lain yang diperlukan, mempersiapkan cara merekam dan
menganalisis data, serta melakukan simulasi pelaksanaan jika diperlukan.
Dalam melaksanakan tindakan atau perbaikan, observasi dan
interpretasi dilakukan secara simultan. Aktor utama adalah guru, namun guru
dapat dibantu oleh alat perekam data atau teman seejawat sebagai pengamat. Agar
pelaksanaan tindakan sesuai dengan kaidah PTK, perlu diterapkan enam kriteria
berikut.
1)
Metodologi
penelitian jangan sampai mengganggu komitmen guru sebagai pengajar.
2)
Pengumpulan
data jangan sampai menyita waktu guru terlampau banyak.
3)
Metodologi
harus reliabel (handal) hingga guru dapat menerapkan strategi yang sesuai
dengan situasi kelasnya.
4)
Masalah
yang ditangani guru harus sesuai dengan kemampuan dan komitmennya.
5)
Guru
harus memperhatikan berbagai aturan (etika) yang berkaitan dengan tugasnya.
6)
PTK
harus mendapat dukungan dari masyarakat sekolah.
Observasi, Analisis Data, Tindak Lanjut, dan Laporan Penelitian
Tindakan Kelas (PTK ). Pengumpulan data dalam PTK dapat dilakukan dengan
berbagai teknik seperti: obseravasi, catatan harian, rekaman, angket,
wawancara, serta analisis dokumen hasil belajar siswa.
Tahap observasi dan interpretasi dilakukan bersamaan dengan
pelaksanaan tindakan perbaikan. Selain untuk menginterpretasikan peristiwa yang
muncul sebelum direkam, interpretasi juga membantu guru melakukan penyesuaian.
Observasi yang efektif berlandaskan pada lima prinsip dasar yaitu: (1) harus
ada perencanaan bersama antara guru dan pengamat, (2) fokus observasi harus
ditetapkan bersama, (3) guru dan pengamat harus membangun kriteria observasi
bersama-sama, (4) pengamat harus memiliki keterampilan mengobservasi, dan (5)
observasi akan bermanfaat jika balikan diberikan segera dan mengikuti berbagai
aturan. Ada empat jenis observasi yang dapat dipilih, yaitu: observasi terbuka,
observasi terfokus, observasi terstruktur, observasi sistematik. Observasi yang
bertujuan memantau proses dan dampak perbaikan dilakukan dengan mengikuti triga
langkah yang merupakan satu siklus yang selalu berulang, yaitu: pertemuan
pendahuluan (perencanaan), pelaksanaan obseravasi, dan diskusi balikan. Agar
ketiga ketahapan ini berlangsung efektif, hubungan guru dan pengamat harus
saling didasari mempercayai, fokus kegiatan adalah perbaikan, proses tergantung
dari pengumpulan dan pemanfaatan data yang objektif, guru didorong untuk
mengambil kesimpulan, setiap tahap observasi merupakan proses yang
berkesinambungan, serta guru dan pengamat terlibat dalam perkembangan
profesioanal yang saling menguntungkan.
Selain melalui observasi, data mengenai pembelajaran dapat
dikumpulkan melalui catatan/ laporan harian guru, catatan harian siswa,
wawancara (antara guru dan siswa, pengamat dan siswa, serta pengamat dan guru),
angket dan telaah berbagai dokumen.
Analisis data dilakukan dengan menyeleksi dan mengelompokan data,
memaparkan atau mendeskrifsikan data dalam bertuk narasi, tabel, dan/atau
grafik, serta menyimpulkan dalam bentuk pernyataan. Berdasarkan hasil analisis
dilakukan refleksi, yaitu renungan atau mengingat kembali apa yang sudah
berhasil dikerjakan, mengapa berhasil. Berdasarkan hasil refleksi, guru
melakukan perencanaan tindak lanjut, yang dapat berupa revisi dari rencana
lama, atau baru sama sekali.
Beberapa langkah umum yang harus diperhatikan guru dalam
mengembangkan rancangan penelitian tindakan kelas, adalah sebagai berikut: (E.
Mulyasa, 2006: 156).
1)
Identifikasi
masalah;
2)
Analisis
maslah;
3)
Merumuskan
ide-ide sementara tentang berbagai faktor penting yang berkaitan dengan
masalah;
4)
Mengumpulkan
dan menafsirkan data untuk mengembangkan alternatif tindakan;
5)
Merumuskan
tindakan;
6)
Menilai
hasil tindakan.
Untuk mengetahui efektifitas dan efisiensi terhadap penelitian
tindakan kelas yang dilaksanakan perlu dilakukan pengkajian dan penelitian.
Penelitian PTK dapat dilakukan sebagai berikut:
a.
Melihat
pemechanan masalah dan perbaikan yang dapat dilakukan dalam setiap pembelajaran
b.
Membandingkan
keadaan serta perubahan yang terjadi sbelum dan sesudah dilakukan tindakan.
Setelah melakukan refleksi atau perenungan analisis sintesis dan
penilaian terhadap hasil pengamatan proses serta hasil tindakan tadi, baiasanya
muncul permaslahan atau pemikiran baru yang perlu mendapat perhatian sehingga
pada gilirannya perlu diadakan perencanaan ulang.
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Keempat fase tadi dapat dilihat pada
gambar 1.2
Gambar 1.2 Alur PTK (Arikunto, 2010:16)
3.
Prosedur Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan melalui 3 siklus berulang dan setiap
siklus terdiri atas empat langkah yaitu perencanaan tindakan, pelaksanaan
tindakan, observasi dan refleksi. Gambaran tentang pelaksanaan penelitian yang
terdiri dari 3 siklus.
a.
Siklus
I
Refleksi Awal
Pada tahap ini dilakukan identifikasi kesulitan siswa dalam
memahami materi-materi dalam pembelajaran PKn.
Perencanaan
Tindakan I
Pada tahap perencanaan ini masalah yang ditemukan diatasi dengan
melakukan langkah-langkah sebagai berikut :
1)
Identifikasi
masalah yang timbul berdasarkan hasil observasi pendahuluan peneliti terhadap
kondisi siswa dalam pembelajaran PKn.
2)
Merencanakan
tindakan dengan ilustrasi PTK dengan melalui model pembelajaran Take and
Give pada mata pelajaran PKn materi Pemerintahan tingkat pusat. Secara
rinci dalam tahapan Penelitian Tindakan Kelas ini, peneliti melakukan
kegiatan-kegiatan sebagai berikut :
a)
Menyusun
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) sebagai acuan pelaksanaan proses
pembelajaran.
b)
Membuat
bahan ajar yang berorientasi melalui model pembelajaran Take and Give.
Dengan kompetensi Dasar (KD) mengenal Pemerintahan Pusat.
c)
Menyusun
kisi-kisi dan instrumen tes akhir siklus I untuk Kompetensi Dasar (KD) ini.
d)
Menyusun
jadwal kegiatan penelitian tindakan kelas yang akan dilaksanakan.
e)
Menyusun
lembar observasi, dan alat evaluasi akhir siklus I.
Pelaksanaan Tindakan I
Pada tahap pelaksanaan tindakan ini merupakan implementasi atau
penerapan isi rancangan, yaitu mengenakan tindakan di kelas. Pada tahapan ini
guru melakukan tindakan yang didasarkan atas perkembangan teoretis dan empiris
agar hasil yang diperoleh berupa peningkatan pemahaman materi pembelajaran yang
optimal. Pada penelitian ini peneliti bertindak sebagai pengajar dan guru
sebagai observer.
Pelaksanaan tindakan didasarkan pada rencana pembelajaran yang
telah disusun sebelumnya dengan rincian sebagai berikut :
a)
Sebelum
pembelajaran peneliti mengabsen siswa, peneliti dan siswa membaca doa
bersama-sama. Di sini peneliti melaksanakan apersepsi dan pemberian motivasi
b)
Melakukan
pembelajaran PKn materi Pemerintahan tingkat pusat sesuai rencana persiapan.
Untuk setiap pertemuan dilakukan pembelajaran sesuai ketentuan yang
direncanakan dalam rencana pembelajaran
c)
Dalam
siklus I, materi yang diajarakan adalah Pemerintahan tingkat pusat
d)
Peneliti
memulai dengan proses kegiatan pembelajaran dengan mengunakan model
pembelajaran Take and Give.
e)
Peneliti
menyuruh siswa pengamatan, menggolongkan, membuat dugaan, menjelaskan, menarik
kesimpulan dan sebagainya untuk menemukan beberapa konsep .
f)
Pada
akhir pembelajaran peneliti dan siswa sama-sama membuat simpulan materi
pembelajaran.
g)
Pada
akhir siklus dilakukan pemberian tes akhir siklus. Hasil dari tes pada akhir
siklus ini nantinya dapat digunakan sebagai bahan evaluasi untuk tindakan
berikutnya.
Observasi I
a)
Observasi
dilakukan oleh guru kelas sebagai peneliti, yaitu mengamati jalannya proses
pembelajaran.
b)
Observasi
pelaksanaan pembelajaran menerapkan model pembelajaran Take and Give
menggunakan media lembar observasi dan memperhatikan tanggapan siswa terhadap
tindakan tersebut serta mengenali kesulitan-kesulitan yang dialami siswa.
c)
Observasi
aktivitas siswa, dan afektif serta psikomotor selama pembelajaran berlangsung.
d)
Menelaah
hasil tes untuk menilai segi hasil belajar siswa dalam belajar Pemerintahan
tingkat pusat.
Refleksi I
Mendiskusikan hasil pengamatan pada siklus I untuk perbaikan pada
pelaksanaan siklus ke II.
b.
Siklus
II
Perencanaan
Tindakan II
Pada tahapan perencanaan ini masalah yang ditemukan pada siklus ke
I diatasi dengan melakukan langkah-langkah sebagai berikut :
a)
Identifikasi
masalah yang timbul berdasarkan hasil hasil pada siklus I.
b)
Merencanakan
tindakan dengan ilustrasi PTK dengan merupakan model pembelajaran Take and
Give pada mata pelajaran PKn materi Pemerintahan tingkat pusat. Secara
rinci dalam tahapan Penelitian Tindakan Kelas ini, peneliti melakukan
kegiatan-kegiatan sebagai berikut :
1)
Menyusun
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) sebagai acuan pelaksanaan proses
pembelajaran.
2)
Membuat
bahan ajar yang berorientasi pada model pembelajaran Take and Give.
Dengan kompetensi Dasar (KD) mengenal Pemerintahan
tingkat pusat.
3)
Menyusun
kisi-kisi dan instrumen tes akhir siklus II untuk Kompetensi Dasar (KD) ini.
4)
Menyusun
jadwal kegiatan penelitian tindakan kelas yang akan dilaksanakan.
5)
Menyusun
lembar observasi, dan alat evaluasi akhir siklus II.
Pelaksanaan
Tindakan II
Pelaksanaan tindakan II didasarkan pada rencana pembelajaran yang
telah disusun sebelumnya dengan rincian sebagai berikut :
a)
Sebelum
pembelajaran peneliti mengabsen siswa, peneliti dan siswa membaca Doa
bersama-sama. Di sini peneliti melaksanakan apersepsi dan pemberian motivasi
b)
Melakukan
pembelajaran PKn pada materi Pemerintahan tingkat pusat sesuai rencana persiapan. Untuk setiap
pertemuan dilakukan pembelajaran sesuai ketentuan yang direncanakan dalam
rencana pembelajaran
c)
Dalam
siklus I, materi yang diajarakan adalah Pemerintahan tingkat pusat
d)
Peneliti
memulai dengan proses kegiatan pembelajaran dengan mengunakan model
pembelajaran Take and Give.
e)
Peneliti
menyuruh siswa mengamati, menggolongkan, membuat dugaan, menjelaskan, menarik
kesimpulan dan sebagainya untuk menemukan beberapa konsep .
f)
Pada
akhir pembelajaran peneliti dan siswa sama-sama membuat simpulan materi
pembelajaran.
g)
Pada
akhir siklus II dilakukan pemberian tes akhir siklus. Hasil dari tes pada akhir
siklus II ini nantinya dapat digunakan sebagai bahan evaluasi untuk tindakan
berikutnya.
Observasi II
a)
Observasi
dilakukan oleh guru kelas sebagai peneliti, yaitu mengamati jalannya proses
pembelajaran.
b)
Observasi
pelaksanaan pembelajaran menerapkan model pembelajaran Take and Give menggunakan
media lembar observasi dan memperhatikan tanggapan siswa terhadap tindakan
tersebut serta mengenali kesulitan-kesulitan yang dialami siswa..
c)
Observasi
aktivitas siswa, dan afektif serta psikomotor selama pembelajaran berlangsung.
d)
Observasi
kinerja guru selama pembelajaran berlangsung.
e)
Menelaah
hasil tes untuk menilai segi hasil belajar siswa dalam belajar Pemerintahan
tingkat pusat.
Refleksi II
Mendiskusikan hasil pengamatan pada siklus II untuk perbaikan pada
pelaksanaan siklus ke III.
c.
Siklus
III
Perencanaan
Tindakan III
Pada tahapan perencanaan ini masalah yang ditemukan pada siklus ke
II diatasi dengan melakukan langkah-langkah sebagai berikut :
a)
Identifikasi
masalah yang timbul berdasarkan hasil siklus II.
b)
Merencanakan
tindakan dengan ilustrasi PTK dengan merupakan model pembelajaran Take and
Give pada mata pelajaran PKn materi Pemerintahan Tingkat pusat. Secara
rinci dalam tahapan Penelitian Tindakan Kelas ini, peneliti melakukan
kegiatan-kegiatan sebagai berikut :
1)
Menyusun
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) sebagai acuan pelaksanaan proses
pembelajaran.
2)
Membuat
bahan ajar yang berorientasi pada model pembelajaran Take and Give.
Dengan kompetensi Dasar (KD) Pemerintahan tingkat pusat.
3)
Menyusun
kisi-kisi dan instrumen tes akhir siklus III untuk Kompetensi Dasar (KD) ini.
4)
Menyusun
jadwal kegiatan penelitian tindakan kelas yang akan dilaksanakan.
5)
Menyusun
lembar observasi, angket, dan alat evaluasi akhir siklus III.
Pelaksanaan
Tindakan III
Pelaksanaan tindakan III didasarkan pada rencana pembelajaran yang
telah disusun sebelumnya dengan rincian sebagai berikut :
a)
Sebelum
pembelajaran peneliti mengabsen siswa, peneliti dan siswa membaca Doa
bersama-sama. Di sini peneliti melaksanakan apersepsi dan pemberian motivasi
b)
Melakukan
pembelajaran PKn materi Pemerintahan tingkat pusat sesuai rencana persiapan.
Untuk setiap pertemuan dilakukan pembelajaran sesuai ketentuan yang
direncanakan dalam rencana pembelajaran
c)
Dalam
siklus I, materi yang diajarakan adalah Pemerintahan tingkat pusat
d)
Peneliti
memulai dengan proses kegiatan pembelajaran dengan mengunakan model
pembelajaran Take and Give.
e)
Peneliti
menyuruh siswa pengamatan, menggolongkan, membuat dugaan, menjelaskan, menarik
kesimpulan dan sebagainya untuk menemukan beberapa konsep .
f)
Pada
akhir pembelajaran peneliti dan siswa sama-sama membuat simpulan materi
pembelajaran.
g)
Pada
akhir siklus II dilakukan pemberian tes akhir siklus. Hasil dari tes pada akhir
siklus II ini nantinya dapat digunakan sebagai bahan evaluasi untuk tindakan
berikutnya..
Observasi III
a)
Observasi
dilakukan oleh guru kelas sebagai peneliti, yaitu mengamati jalannya proses
pembelajaran.
b)
Observasi
pelaksanaan pembelajaran menerapkan model pembelajaran Take and Give
menggunakan media lembar observasi dan memperhatikan tanggapan siswa terhadap
tindakan tersebut serta mengenali kesulitan-kesulitan yang dialami siswa..
c)
Observasi
aktivitas siswa, dan afektif serta psikomotor selama pembelajaran berlangsung.
d)
Observasi
kinerja guru selama pembelajaran berlangsung.
e)
Menelaah
hasil tes untuk menilai segi hasil belajar siswa dalam belajar dalam Pemerintahan
tingkat pusat.
Refleksi III
Mendiskusikan hasil pengamatan pada siklus III untuk perbaikan pada
pelaksanaan yang akan datang.
4.
Tekhnik Pengumpulan Data
1)
Observasi dan Refleksi
Kegiatan observasi dilakukan untuk mengumpulkan data tentang Hasil
belajar kognitif siswa dalam proses pembelajaran PKn di kelas IV MI. Matlaul
Atfal Cilengkrang II. kota Bandung. Dan selanjutnya hasil observasi tersebut
akan direfleksikan oleh guru untuk melanjutkan pada siklus tindakan berikutnya.
2)
Angket
Angket atau kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang
digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang
pribadinya, atau hal-hal yang ia ketahui (Suharsimi Arikunto, 2006:151). Alasan
penulis menggunakan teknik angket ini di samping menghemat waktu juga dapat
menarik data atau jawaban dari seluruh populasi pada saat yang bersamaan juga
memberi kebebasan kepada responden dalam menjawab pertanyaan yang diajukan.
Pemanfaatan teknik angket ini dimaksudkan untuk mendalami pembahasan pokok
dalam penelitian ini, yaitu mengenai penerapan model pembelajaran Take and
Give. Selanjutnya nilai angket tersebut akan ditransformasikan ke dalam
bentuk simbol angka kuantitatif dengan memberikan skor terhadap setiap jawaban
berdasarkan kriteria tertentu. Adapun pengajuan item angket tersebut akan
bersifat positif dan negatif. Bagi angket yang berorientasi positif, maka
sistem penyekorannya adalah a = 5, b = 4, c = 3, d = 2, dan e = 1. Sebaliknya
item angket yang berorientasi negatif sistem penyekorannya dibalik, yaitu a =
1, b = 2, c = 3, d = 4, dan e = 5.
Angket ini digunakan peneliti untuk mengetahui seberapa jauh
pengaruh model pembelajaran Take and Give diserap oleh siswa, maka
dilakukan penyebaran lembar kuesioner pada akhir pertemuan yang diisi siswa,
dan selanjutnya dianalisis untuk mendapatkan respons siswa terhadap penerapan Model
pembelajarn Take and Give dalam materi Pemerintahan tingkat pusat.
5.
Teknik Analisis Data
Setelah semua data diperoleh dengan alat pengumpul, selanjutnya
dilakukan analisis data. Melihat data kuantitatif yang telah dikuantifikasi
dengan angka, maka analisisa data dilakukan dengan prosedur perhitungan
statistik.
Analisis ini
dihitung dengan menggunakan statistik sederhana, yaitu :
a)
Aktivitas
siswa
Aktivitas ini digunakan untuk mengetahui aktivitas siswa selama
proses belajar mengajar PKn dengan menggunakan model pembelajaran Take and
Give. Adapun perhitungannya menggunakan rumus sebagai berikut :
Rata-rata aktivitas siswa =
b) Ketuntasan
individu
Ketuntasan belajar
secara individu ini digunakan untuk mengetahui siswa mana yang belum tuntas
belajar d kelas V SDIT At-Taqwa
Cihampelas, dengan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) untuk
nilai Fiqih ditentukan 70. Untuk menentukan ketercapaian individu digunakan
rumus sebagai berikut :
Ketentusan
individual = x 100%
c) Daya
serap klasikal
Daya
serap belajar klasikal digunakan untuk mengetahui apakah materi pelajaran dapat
dilanjutkan atau tidak. Jika daya serap klasikal siswa ³
65%, maka mata pelajaran sudah boleh dilanjutkan. Untuk menghitung daya serap
klasikal siswa digunakan rumus :
Daya
serap = x 100%
d) Ketuntasan
belajar klasikal
Ketuntasan belajar
klasikal ini digunakan untuk mengetahui ketuntasan belajar siswa secara
keseluruhan. Jika banyaknya siswa yang tuntas belajar ³75%,
maka secara keseluruhan siswa tuntas belajar. Untuk menentukan skor yang
diperoleh digunakan rumus :
Ketuntasan
belajar = x 100%
Sedangkan untuk
pemahaman siswa, dilakukan dengan cara menghitung rata-rata tes setiap siklus
dengan menggunakan rumus :
X =
(Arikunto, 2009 : 264)
Keterangan
:
X
= Rata-rata tes setiap siklus ke n
∑Xn = Jumlah nilai tes setiap siklus ke n
N = Jumlah siswa
Table
1.1 perbandingan Nilai Angka dan Huruf
No
|
Simbol-simbol Angka dan Huruf
|
Predikat
|
|
Angka
|
Huruf
|
||
1
2
3
4
5
|
8 – 10 = 80 – 100
= 3,1 – 4
7 – 7,9 = 70 – 79
= 2,1 – 3
6 – 6,9 = 60 – 69
= 1,1 – 2
5 – 5,9 = 50 – 59
= 1
0 – 4,9 = 0 – 49 =
0
|
A
B
C
D
E
|
Sangat Berhasil
Berhasil
Cukup Berhasil
Kurang Berhasil
Tidak Berhasil
|
1 Response to "Penerapan Model Pembelajaran Take and Give Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Kognitif Siswa Pada Mata Pelajaran PKn Pokok Bahasan Pemerintahan Tingkat Pusat” (Penelitian Tindakan Kelas di MI Matlaul Atfal Cilengkrang II Kota Bandung)."
izin kopas
Post a Comment